30. Waktu

118 23 5
                                    


.

.

Satu minggu berlalu. Aku menatap layar i-pad di tanganku dengan ekspresi yang tidak bisa aku jelaskan. Aku sedih bersamaan dengan rasa bingung yang mendalam. Aku terus menggulir layar i-pad untuk membaca berita yang di rilis hari ini.

Sebuah berita yang memberitahukan bahwa Mark akan hiatus sementara dengan alasan dia akan pulang ke kampung halamannya—Kanada.

Entah kenapa, aku merasa ini tidak benar. Aku kayak ngerasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh perusahaan. Kenapa Mark tiba-tiba pulang kampung dan hiatus?

Apa.. ini ada hubungannya dengan kondisi Mark yang aneh beberapa minggu belakangan?

Aku meng-lock i-pad-ku karena melihat Jeno bersama yang lainnya masuk ke ruang latihan. Ya, hari ini Jeno udah kembali bekerja. Kondisinya sudah jauh lebih baik. Walaupun dia belum terlalu boleh melakukan koreo yang berat-berat.

"Ini.."- Jeno memberiku satu cup Americano.

"Wow, makasih.."- ucapku menerimanya dengan senang hati.

Jeno mengelus kepalaku sebentar. Lalu memberiku tasnya sebelum bergabung dengan yang lain untuk mulai latihan. Aku duduk di sudut ruangan memerhatikan mereka. Ketidakhadiran Mark kerasa banget. Padahal cuma satu orang, tapi nuansa disini terasa agak sepi. Aku jadi bertanya-tanya sendiri, apakah Mark beneran pulang ke kampung halamannya?

Entah kenapa, feelingku berkata tidak. Aku juga nggak tau kenapa... cuman, yaa, feelingku bilang dia ada di Korea.





Jeno dan teman-temannya serentak merebahkan diri di lantai tepat saat pelatih keluar dari ruangan karena latihan selesai. Mereka disuruh kembali 2 jam lagi setelah jeda makan siang. Jeno merangkak dari tengah ruangan menuju sudut menghampiriku.

"Capek.."- keluhnya menarik kakiku agar berselonjor dan ia bisa tidur diatas pahaku.

Jeno memejamkan matanya dengan nafas yang masih belum beraturan. Wajahnya penuh keringat. Aku menyugar rambut hitam Jeno yang lebat sambil menyeka keringat diwajahnya dengan tisu.

"Capek banget ya?"- tanyaku.

Jeno mengangguk kecil dengan mata yang masih terpejam. "Udah hampir 3 minggu aku nggak pernah dance. Jadi, ototku hari ini kayaknya pada kaget."-

Aku tertawa kecil menanggagapinya. "Otot bisa kaget juga ya?"- tanyaku.

"Bisa dong!"- sahut Jeno. Ia membuka matanya. Aku tersenyum sambil tetap menyeka keringatnya diwajah sebelah kirinya.

"Ra.."- panggil Jeno.

"Hmm?"- aku berdehem menjawabnya tanpa berhenti dari kegiatanku.

"Kenapa?"- tanyaku saat Jeno tak kunjung berbicara lagi. Dia tetap diam menatap wajahku diatasnya. "Apa?"- tanyaku sekali lagi.

Dia akhirnya tersenyum lebar. "Gapapa,"- jawabnya.

Aku mencubit hidungnya yang mancung dan tajam karena kesal. Ku pikir dia pengen bicara sesuatu yang penting. Ternyata dia hanya iseng memanggilku.

"Kamu nggak lapar? Ini udah waktunya kamu makan terus minum obat."-

"Makan apa ya hari ini..."- Jeno bergumam sembari memejamkan kembali matanya.

"Nggak boleh makan yang aneh-aneh dulu ya. Kamu masih dibawah pengaruh obat. Nanti sembuhnya makin lama kalau kamu bandel,"- peringatku.

"Iya.. iya..! aku nggak bakal bandel kok,"- sahut Jeno. "Yaudah kalau gitu, kamu aja yang milih. Sekalian suapin!"-

Forbidden Rencard | Jeno LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang