bab 5

363 36 0
                                    


"Boleh saya dapat pekerjaan disini?"

Rafa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dimasing masing sisi. Lalu menatap lamat kearah Mina didepannya.

"Pekerjaan seperti apa?"

Wanita dihadapannya menundukkan kepala seperti memikirkan sesuatu. "Saya pinter menyuci baju, juga handal dalam cuci piring. Atau mengurus rumah. Bisa dipastikan rumah bapak aman kalo saya yang jaga. Lalu, saya juga bisa jaga anak-"

"Begitu?"

"Bapak engga minat ya?" gumam Mina.

"Kalo cuci baju bisa pakai mesin cuci, cuci piring juga sudah ada orang lain. Soal mengurus rumah, setiap beberapa hari orang bersih bersih selalu datang ke rumah ini."

"Ah iya," Mina mengalihkan pandangannya.

"Dan, anak saya sudah besar."

"Saya mengerti pak, saya permisi dulu." Mina melafalkan ucapannya secara cepat dan langsung ingin pergi.

"Tapi!—" ucapan Rafa menghentikan langkah Mina. "Bukannya kamu harus belajar untuk menjadi penulis yang hebat?"

Ucapan yang dilontarkan Rafa sedikit menahan Mina untuk tetap berada dirumah itu. Mina memundurkan langkahnya dan mensejajarkannya dengan tubuh Rafa.

"Bapak mau bantuin saya?"

"Bantuin apa?" tanya Rafa kebingungan.

"Ya itu, bantuin saya nulis."

Tubuh Rafa sedikit membungkuk dan menatap mata Mina langsung. Kedua bola mata Mina beradu dengan kedua bola mata milik Rafa. Tiba tiba hawar panas menggerogoti daerahnya. Mina menjauhkan dirinya karena untuk keamanan hatinya yang mudah jatuh cinta ini.

Jangan Minah-yya!

Orang didepanmu ini sedang berkedok single tapi udah punya bini!

Pesona suami orang kadang menggiurkan jiwa hampa ini! Andweeee—!

"Asal dengan satu syarat."

Mina bersusah payah meneguk salivanya berat. Tenggorokannya tercekat, bisa bisanya tubuhnya tidak sinkron disaat seperti ini. Apalagi kalo dikisseu! Ditatap seperti mau dilahap saja ia grogi akut.

"Apa itu?"

"Kamu jadi guru les anak saya."

"Anak Bapak? Kenapa saya? Yaallah pak, saya aja bersusah payah buat lulus sekolah. Diri saya aja tidak mengerti pelajaran sekolah gimana mau menerangkan pelajaran ke anak bapak? Jangan Pak! Bisa bisa suram masa depan anak bapak." ucap Mina dengan wajah memelas.

"Kamu cari tau saja caranya bagaimana. Bukannya kamu mencari pekerjaan? Bisa dimulai saat ini. Kebetulan anak saya lagi belajar dirumah." ujar Rafa seraya berjalan menuju pintu utama rumahnya. Rafa berhenti di palang pintu menunggu keputusan Mina yang tertegun.

***

Kira kira Mina saat ini sedang melongo menatap isi rumah Rafa. Seumur hidupnya ini kali pertama ia menginjakkan dirumah yang seluas lapangan bola. Mina masih takjub dengan ruangan utama lalu beralih menuju ruangan yang ia yakini perpustakaan. Well! Perpustakaan pun ada dirumah. Jangan heran kalau supermarket pun bisa pindah ke rumahnya Pak Rafa.

"Bisa dibuat acara perkumpulan se-RT nih." gumam Mina tanpa sadar.

"Apa kamu bilang?"

"En-engga, saya engga bilang apa apa pak. Rumah bapak bagus, banget malahan." ujar Mina dengan dua tanda jempol sembari senyum paling terbaik miliknya.

"Ini semua buku bisa jadi bahan dalam cerita kamu. Misal kata paling asing, lalu kosa kata, pengetahuan. Karena penulis itu dimulai dari buku."

"Kalo saya dari acara halu pak."

Rafa berbalik, "Acara apa itu?"

"Ehm, maksudnya tuh ngelamun memikirkan sesuatu gitu." jelas Mina.

"Oh itu, bukan acara namanya. Kamu tidak tau pengertian acara apa?" Rafa membawa buku kamus bahasa indonesia. "Acara itu adalah kata dalam bahasa Indonesia untuk mengungkapakan agenda, hal atau pokok masalah yang akan diselenggarakan. Memangnya menghalumu mengandung sebuah agenda pokok masalah?"

"Maaf pak, saya engga tau kalo itu begitu rumit. Saya sungguh minta maaf."

"Saya bercanda."

Grrrrrrr

"Hah?" Mina langsung menutup mulutnya cepat.

Rafa tersenyum dan langsung duduk diatas kursi. Ia membuka sebuah laptop yang ada disana. Rafa ingin menunjukkan sesuatu tapi Mina masih mematung berdiri.

"Kamu akan terus berdiri?"

"Hah?"

"Ayo duduk, saya mau kasih lihat."

Mina baru mengerti. Ia langsung menarik dirinya agar duduk disebelah Rafa. Keduanya sedang menatap layar laptop untuk membuat akun milik Mina.

Mina mengetik namanya dan berhenti di empat huruf. Tangannya menimang ingin meneruskan atau tidak. Mina harus lihat, Rafa itu orang yang ciri cirinya suka mengejek nama apa tidak? Ia enggan sekali memberitahukan nama kepanjangannya jika belum dekat.

"Gimana kalo saya lewat dulu?"

"Boleh, coba diisi yang lainnya."

Mina melanjutkan informasi data dirinya. Setelah selesai, Rafa melanjutkan prosesnya. Sampai Mina berada dilayar part pertama untuk ceritanya. Rasanya pencapaiannya saat ini, dan melihat kesedihan yang sudah ia lalui Mina tidak berkata kata apa lagi.

"Laptop ini milikmu."

"Hah?"

"Kamu mudah terkejut ya?" kekeh Rafa mengembalikan kembali reaksi wajah Mina normal. "Laptop ini untuk pegawai saya. Kamu kan pegawai saya?"

Mina mengerjapkan matanya cepat. Ia akhirnya sudah berada diruang utama bersama bocah kelas 1 SMP. Mana setiap materinya suka mengulang saat SD. Mina menutup matanya sebentar.

"Udah mati lagi?"

Seruan bocil itu membuat jiwa harimau Mina bangun. Bisa bisanya ia menganggu kucing tidur.

"Mana yang tidak kamu mengerti?" tanya Mina malas.

Albar menunjuk semua layar laptopnya. "Tidak mengerti semua."

"Mana mungkin tidak mengerti semua? Apa otakmu berada didengkul? Seharusnya kalo guru menerangkan itu didengar, ditelan, diresapi, dikunyah sampai benar benar paham." omel Mina kumat lagi. "Kamu saja tidak mengerti, apa lagi saya yang tidak belajar?" tambah Mina bergumam.

"Papah! Kenapa papah kirim guru yang bodoh?!" teriak Albar.

"Aish—!" desis Mina tajam.

"Kenapa?" suara berat tiba tiba muncul dari atas. Rafa berjalan dengan pakaian santainya. Papah muda emang selalu ber-damage parah.

"Pak! Saya engga bisa jadi guru lesnya dia. Setidaknya kalo gurunya sedikit lemot tapi muridnya pintar kita bisa bekerja sama. Tapi ini engga pak," keluh Mina pusing setelah membaca seluruh materi pelajaran Albar yang ia tidak mengerti mana pokoknya.

"Bukannya kamu ingin pekerjaan?"

"Iya! Tapi saya engga menawarkan untuk jadi guru les. Saya menawarkan diri untuk jadi pengurus rumah tangga, tukang cuci piring, baju atau benda lainnya."

"Siapa yang harusnya menawarkan?"

"Bapak." jawab Mina langsung tertunduk.

"Siapa yang harus menerima?"

"Saya." jawab Mina makin tertunduk. "Maaf pak, saya banyak bicara."

.
.

Bonus!!!!
Jangan pelit kasih vote dan comen guyss!!!!

Biar kentang goreng ini semangat mengetik sampai kriting.

Idih Pak BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang