Aku mau bicara jujur. Kok isi ceritanya beda sama judul ceritanya ya??😁😁ada yang sadar engga sih?
Ke depannya aku mau lihat apa judul ceritanya akan sama seperti ini terus, atau diganti. Karena jujur aku bingung, kok bisa kaya gini sih?mmmHappy reading selalu ya😘😘
Mina menghela nafas berat. Praktek perawatan Albar belum juga berakhir. Ia mondar mandir didepan pintu. Duduk lalu terbangun. Mina terdiam lagi di kursi yang panjang dan dingin itu.
Albar kuat, ia pasti baik baik saja.
Kreekkk....
Rafa keluar dan langsung menutup pintunya lagi. Mina yang berusaha melihat Albar hanya terdiam.
"Kenapa keluar sendiri? Albar baik baik saja kan?"
"Dia tidak papa, cuman dia harus menginap disini malam ini. Dokter Bryan akan mengawasi Albar 24 jam."
"Saya tunggu disini saja ya. Albar pasti takut sendirian."
"Mina, kita pulang saja malam ini. Besok kamu bisa menjenguknya lagi."
"Albar sendirian Pak!" teriak Mina sembari menatap Rafa nyalang.
"Kita harus istirahat Mina." ucap Rafa lirih kepada Mina. Sampai akhirnya Mina menunduk dan mengangguk paham.
Selama perjalanan pulang. Mina membungkam mulutnya. Rafa tidak tau harus berkata apa. Mina masih memikirkan keadaan Albar. Ia memegang lehernya yang bekas tadi di cekik Albar.
"Apa yang dikatakan ayahku."
"Saya saja tidak tau kalo bapak punya ayah. Bapak lebih memikirkan masalah hidup bapak dibandingkan Albar? Kenapa bapak teriak teriak gitu didepan Albar?"
"Jangan percaya padanya."
"Saya engga percaya siapapun Pak! Bahkan selama ini saya berusaha hanya percaya sama Bapak! Sampai bapak mau mengaku dan cerita semua ke saya! Tentang siapa Bapak sebenarnya, apa hubungannya dengan Tessa mantan istri bapak yang sekarang adalah kakak ipar? Lalu kenapa Albar bisa menjadi seperti ini. Saya ingin tau semua ceritanya pak! Jika bapak anggap saya sebagai istrimu sendiri."
Rafa mendesah panjang. "Saya akan menceritakan semuanya ketika sampai dirumah."
Mina langsung membuang wajah kearah lain. Nafasnya naik turun, ia memang sedang nafsu sekarang.
Mobil yang dikendarai Rafa akhirnya sampai di pekarangan rumah. Mina keluar mobil dan langsung pergi terbirit birit. Ia tidak ingin mendengar Rafa.
Mina langsung pergi ke kamar dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia berusaha memejamkan mata, dan yang terlihat hanyalah wajah Albar yang sedang ketakutan. Tiba tiba wajah lain muncul. Wajah Anita yang pucat berusaha menggapai Mina.
Ia langsung terperanjak dan duduk dengan tegang. Nafas Mina naik turun. Kenapa itu semua bisa bersangkut paut? Rafa tiba tiba masuk ke dalam kamar. Mina buru buru menyelimuti dirinya lagi.
Ia merasakan kasur bergerak. Rafa duduk ditepi ranjang dan entah sedang melakukan apa.
"Ayo duduk Mina, saya akan ceritakan semuanya."
Mina sedikit tertarik. Ia menurunkan selimutnya sampai leher dan menatap Rafa.
"Duduk yang benar, saya mau mengobati lukamu." Mina langsung menarik tubuhnya untuk duduk.
"Katanya Bapak mau cerita?"
"Iya." Rafa mengambil kapas dan mengobati leher Mina yang sedikit berdarah. Karena Albar mencekiknya sembari menancapkan kuku kukunya.
"Sebenarnya saya punya kedua orang tua. Ayah saya seperti yang sudah kamu lihat penampakannya seperti apa. Lalu ibu saya yang sekarang tinggal di Berlin. Ayah saya mempunyai hotel di pantai Pangandaran. Beliau menikah lagi lalu memberikan rumah ini sebagai harta warisan untuk saya. Saya ditinggalkan saat masih berusia remaja labil. Kamu memang benar, saya tidak memiliki kasih sayang keluarga makanya saya tidak tau apa makna keluarga sebenarnya. Oh iya, kamu sudah tau kan keluarga saya Arfa. Dia mengikuti Ibu ke Berlin. Sebenarnya kedua orang tua saya tidak berpisah. Tapi mereka sama sama menipu dan hidup bahagia membangun hubungan baru."
Mina menatap tercengang. Itu artinya...
"Ya, Ibu saya berkencan dengan pria bule. Arfa hidup dengan cukup baik dari hasil kerja keras Ibu saya. Ia memiliki perusahaan IT di Singapura dan berkerja sebagai editor penulis Platfrom online. Sama dengan saya. Sampai saat ini, Saya tidak tau kabar Ibu saya dimana, sedang apa, apakah masih hidup. Saya tidak tau. Lalu saya bertemu dengan wanita desa yang ayu rupanya. Saya jatuh hati padanya. Lalu tak lama kemudian saya menikahinya. Dia sama seperti kamu, yang selalu penasaran dengan jati diri saya. Akhirnya saya beritahu seluruh anggota keluarga saya. Dan dia pergi ke pantai Pangandaran untuk bertemu dengan ayah saya. Tapi disana, mereka mempengaruhinya dengan iming iming harta. Ibu tiri saya, dan anak anaknya mengejek Wulan."
Wulan? Itu Mbak Tessa?
"Mereka ingin rumah ini. Maka dari itu mereka mulai mengusik Wulan. Wulan yang punya harga diri tinggi mulai merubah sikap, sifat dan juga wajahnya. Ia melakukan banyak perubahan sampai saya tidak mengenalinya. Sampai dititik puncak, Arfa hadir dan ingin mengambil kebahagiaan yang saya punya. Saat Albar sudah hadir. Wulan mengubah namanya menjadi Tessa. Dan hidup sebagai orang kaya. Setiap hari Arfa dan Tessa melakukan Zinah di depan mata Albar yang masih belia. Saat malam hari, saya memarahi Tessa. Albar mendengarnya dan semakin tertekan. Ini semua salah saya."
Mina menggenggam tangan Rafa. "Saya tidak tau ceritanya akan seperti itu." Rafa tertunduk menahan tangis.
Mina mengangkat wajah Rafa dan mulai mendekatkan wajah mereka. Mina mencium Rafa lembut dan meyakinkannya.
"Saya tidak akan pernah berubah seperti Mbak Tessa." Ucap Mina melepas ciuman keduanya. Namun, Rafa kembali mendekat dan melumat bibir Mina secara menuntut. Keduanya terhanyut dalam kerinduan yang ada.
"Oh iya, bagaimana jika kita mengubah panggilan kita masing masing." seru Mina membuat Rafa mendesah panjang karena hasratnya sudah tinggi.
"Aku-kamu?" sahut Rafa.
"Mas?" ucap Mina semangat.
"Terserahmu saja." Rafa kembali mengikis jarak diantara mereka. Namun, Mina menjauh.
"Mas, kita kan harus istirahat. Katanya mau jaga Albar kan?"
Rafa terjatuh disamping tangan Mina. Ia sudah terlalu lemas untuk sekedar menopang dirinya.
"Aku butuh asupan energi."
"Energi itu di dapat dari makanan. Mas mau makan?"
"Saya pengennya kamu." Mina tertawa melihat kesengsaraan Rafa.
"Sudahlah, cepat tidur ya. Asupan energinya bisa nanti saja."
"Nanti pagi?"
Mina mendelik tajam. "Kan kita harus jaga Albar, Mas. Pikirannya jangan kotor dong bisa engga?"
"Lah, padahal kamu juga menikmati kayaknya."
"Itu kan karena dipaksa." cicit Mina.
Rafa mencebikkan bibirnya lalu membaringkan Mina. Rafa memeluk erat istrinya itu. Kegagalannya membina rumah tangga bersama Tessa memang karena salahnya. Itu sebabnya Rafa tidak ingin mengulang lagi kesalahan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idih Pak Bos
RomanceMinah Suparti adalah orang pertama yang membenci namanya sendiri. Karena nama ibaratkan keberuntungan seseorang. Namanya cantik, alhamdulillah wajahnya jadi ikutan cantik. Minah hanya pengangguran dan beban dikeluarganya. Suatu ketika ia bertemu keb...