Bab 12

287 36 1
                                    

"'Dan aku telah memilihmu untuk diriku'"

--Qs. At-thaha 41

Rumah Mae tampak ramai saat ini. Mina mengekori setempat untuk mencari temannya Icang itu. Awas saja kalo Icang salah alamat. Bukannya ke rumah Mae!

"Bibi!" Mina terperanjak kaget oleh suara panggilan yang familiar itu.

"Oy, Alsa? Ngapain disini?"

"Ye Bibi Mae kan nikah. Masa Alsa engga dateng."

"Semua orang juga tau. Alsa, dimana Bibi Mae?" tanya Mina. Ia harus bertemu dengan Mae secepat mungkin sebelum ijab qabul.

Tapi saat Mina akan melangkah pergi. Suara MC memanggil mempelai wanita dan diikuti sorak ramai gembira. Mae sedang berjalan menuju tempat ijabnya.

Shit! Rencana gue gagal! Icang beneran bangke!

"Tunggu!" interupsi seseorang membuat semua tamu undangan mengalihkan perhatian mereka. Icang datang ke depan Mae.

Loh Icang?

"Hey! Naon maneh aya didieu?" ucap Ceu Odam dan langsung menarik Icang mundur. (ngapain kamu ada disini?)

"Mae, aku suka kamu."

"Aku suka aku suka, tong riweh didie kaditu siah!" (jangan ribut disinu, kesana!)

"Mae! Aku cinta kamu."

"Indit moal?!" hentak Ceu Odam. Icang langsung didorong oleh Ceu Odam sampai jatuh diatas tanah.

"Ceu! Tong kitu atuh Ceu! Icang suka sama Mae, Mae juga suka sama Icang. Pernikahan ini bukan untuk Mae!" seru Mina membela kedua temannya.

Ceu Odam melotot tajam kearah Mina. Tapi Mina tetap berusaha. Ia pergi menuju pengantin pria sembari duduk disebelahnya dengan kedua tangan mengapit.

"Gue mohon sama lo, Nurdin?"

"Nama Abi teh Jaenudin!" koreksi Jaenudin atas namanya.

Mae pernah cerita dulu. Gue lupa astaga!

"Ah iya Udin! Tolong dong, batalin pernikahan ini. Mae engga cinta sama lo. Lo juga kan?" pinta Mina hati hati. "Lo tau kisah Layla Majnun? Mae itu seperti Layla dan Icang adalah Qais-nya."

"Lo engga mau kan Mae jadi Layla Majnun?"

Jaenudin sedikit prihatin. Ia berbicara dengan berbisik kepada keluarganya. Sembari menunggu Mina sudah melihat keluarganya melotot kepadanya.

Sampai Jaenudin dan seluruh keluarganya memutuskan untuk membatalkan pernikahan itu. Ceu Odam masih merengek meminta maaf dan berusaha agar pernikahannya tidak batal. Tapi Jaenudin adalah orang baik. Dan Mina berhasil meyakinkan dirinya.

"Kamu wanita pembawa sial!" teriak Ceu Odam menunjuk Mina yang sedang tersenyum bersama Mae.

"Kamu teh mau anak saya jadi perawan tua?! Tolong jangan memberikan nasib sialmu itu untuk anakku!" marahnya.

"Mae ada untuk Icang begitu pun sebaliknya."

Ceu Odam tertawa sumbang. "Tinggali Esih anak maneh ieu! Saenggeus ngacilakakeun bapakna ayena mere kasialan jang si Mae! Ampun gusti!" (liat ini Esih, anakmu! Sesudah mencelakakkan bapaknya dia memberikan kesialan untuk anakku!) Ceu Odam bergegas masuk ke dalam rumah meninggalkan semuanya.

Kedua mata Mina menangkap wajah ibunya yang menahan malu. Seluruh keluarganya beringsut menarik diri untuk keluar dari acara pernikahan itu. Mina menarik nafasnya dalam dalam. Dan meyakinkan bahwa tindakannya itu benar.

Idih Pak BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang