Bab 9 (not children)

383 32 0
                                    

Siap siap ketipu(●´з')♡

-----------

"Kamu, sudah punya rencana untuk menikah?"

"Apa? Kenapa Ria harus bertanya soal pernikahan?" tanya Mina dan Rafa hanya menatapnya.

Rafa menatapnya sesaat. Ia langsung mengangkat tangan dan memainkan dagunya perlahan.

"Tidak, kapan saya berkata seperti itu?" elak Rafa.

"Aneh kenapa saya bisa mendengar kata pernikahan ya?" pikir Mina berulang kali.

"Sudahlah, lebih baik kamu tulis ulang saja sendiri. Setelah satu part-2000 kamu bisa menyerahkannya ke saya." ucap Rafa seraya bangkit dari duduknya.

"Apa? 2000?!" tanya Mina kaget.

"Kenapa? Kamu tak sanggup?"

"Bagaimana jika 1000 kata saja pak?" tawar Mina dengan mengedipkan matanya.

"Apa kamu sedang berdagang? Saya tidak membuka lapak dagang sampai ada tawar-menawar." tegas Rafa.

Mina meringis pedih mendengarnya. Sampai Rafa berlalu keluar dari perpustakaan. Mina memundurkan kursinya lalu melihat sekeliling ruangan itu yang penuh dengan bacaan. Mina suka membaca.

Tapi baca subtitle drakor😂

Tak heran jika penulis akan lebih pintar dan bijak karena sebuah buku. Seperti kata pepatah. Buku adalah jendela dunia. Jika tidak ada buku maka tidak punya jendela.

Mina memikirkan langkah selanjutnya untuk ukuran ceritanya. Apa ia harus memasukkan unsur not children?

Buku mana ya? Yang bisa dijadiin referensi tutorial kisseu?

Tapi kenapa si Ria harus punya ciuman pertama?

Argh! Mana gue kagak tau sensasi ciuman begimana!

Aduh mamae anakmu ini masih perawan suci

Ya walaupun kadang suka nongol vidio dari Iqyi

"Tasbihku." gumam Mina membaca judul buku yang ada ditangannya.

Mina melanjutkannya ke halaman berikutnya. Lalu tertulis jelas disana nama Afif. Penulisnya adalah Afif? Mina penasaran sekali dengan isi cerita itu. Jadi ia melanjutkan membacanya dengan duduk dikursi. Setiap waktu yang terus berjalan. Mina tanpa sadar terus membuka halaman per halaman.

Sampai dirinya sendiri pun tersanjung dan terbawa suasana dalam cerita itu. Bagaimana cerita Fakhri yang sedang berjuang demi pendidikannya lalu bertemu Herawati seorang janda yang matanya buta. Tapi Fakhri mau menerima cinta Hera. Sayangnya pundak Mina pegal. Ia baru menyelesaikan setengah dari buku itu.

Kedua matanya hampir terpental saat melihat waktu yang menunjukkan waktu Ashar. Ia harus segera pulang. Karena kalau ia telat sampai dirumah sebelum Kak Ezar dan Kak Ajeng. Beuh! Gawat ceritane!

"Sudah selesai?" Rafa baru datang.

Mina menggaruk tenguknya. Ia keasyikan membaca buku orang lain sampai lupa kisah Ria dan Galih harus bagaimana.

"Itu...saya akan menyelesaikannya dirumah saja. Saya lupa waktu, dan baru menyadari bahwa ini sudah jam 4."

"Kenapa?" tanya Rafa sebelum melihat diatas meja. Rafa tersenyum begitu melihat buku itu. "Suka ceritanya?"

"Suka. Ehm, saya sudah baca setengahnya. Maaf tidak minta izin dulu."

"Kalo kamu suka kamu bisa membawanya." Rafa melihat layar laptop Mina yang masih menyala terang.

"Engga usah pak, ini kan buku bapak." tolak Mina malu malu.

"Kamu mau membuat ciuman pertama untuk Ria?"

"Argh! Lagi pula mereka kan masih SMA. Ngapain harus ciuman? Kayaknya saya bakal hapus semua part ini."

Rafa mengangguk tanpa memindahkan tatapannya dari layar laptop. Mina yang semula berdiri melihat tasnya jatuh ke lantai. Ia berniat membawanya kembali dengan duduk terlebih dahulu. Sayangnya kursi itu sedikit bergoyang karena tubuh Mina yang tidak seimbang. Untungnya sebuah tangan menggenggam kursi itu baik baik.

Mina sudah kembali ke posisinya yang semula. Tapi kedua matanya lalu beradu dengan kedua bola mata yang sangat dekat dengannya.

Ke intiman ini..

Mina meneguk salivanya berat. Kedua bola matanya meliak-liuk mencari celah selain menatap Rafa yang berada tepat didepannya.

"Kenapa tidak melanjutkannya saja?" tanya Rafa dengan masih tetap diposisinya.

"Lanjut yang mana?" jawab Mina sekenanya.

"Ciuman." suara serak terdengar begitu keras ditelinga Mina.

Apa yang harus gue lakuin?

Bau Mint dari dalam mulut Rafa pun tercium sangat segar dihidung Mina saat ini.

Bukannya gue nampik dikasih pindang seger kaya gini

Tapi....

"Mau mencobanya?"

"Hah?!" gagu Mina.

"Menulis ceritanya." lanjut Rafa sambil menarik dirinya untuk menjauh.

"Ohhhh, Ya! Eh engga!" apa yang mau diucapkan Mina saat ini? Ia sendiri tidak tau.

Shit shit shit! Double bego lo Mina--yya!

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Rafa penuh selidik.

Mina tidak berani menatap Rafa. Ia langsung membereskan barang barangnga dengan cepat, segera, plus gemetar.

"S-saya akan mengirim part-nya untuk hari ini, nanti malam."

Otak gue buntu! Gue butuh peta! Peta!

"Kamu tidak sedang memikirkan apapun kan? Apa dekat dengan saya membuatmu tidak nyaman?"

IYES! Betul sekali pak!

"Ehm, saya sedang memikirkan Galih."

Rafa menatap tajam kearah Mina yang seperti menyembunyikan sesuatu. Seperti tercium bau bau kebohongan.

"Kamu berbohong." ucap Rafa yakin.

"Saya tidak tau cara berciuman!" Mina lalu tersentak kaget saat ia tanpa sadar keceplosan.

"Ohh, sebuah ciuman?" Rafa sedikit menarik sudut bibirnya.

"Bukan! Ma-maksudnya tuh..." Mina tergagap.

Mina kembali membeku saat tanpa sadar Rafa mengunci tubuhnya didinding. Kedua bola matanya saling mengikat. Nafas keduanya saling terhubung. Detik itu juga dunia serasa berhenti bagi Mina. Saat saat gelenyar hangat menyentuhnya.

"Heg, heg heg.." Mina langsung menarik diri menjauh bersama cegukannya.

Shit. Shit. Shit!!

Mina langsung berlari keluar rumah tanpa berpamitan pada Albar atau yang lainnya. Albar yang melihat itu terlambat menghalangi Mina untuk pergi.

"Kenapa Kak Mina pergi buru buru?" gumam Albar.

Bi Ratni memegang pundak Albar yang tampak sedih. "Mungkin ada sesuatu yang penting. Kita makan saja."

Albar menatap sendu kearah pintu. Padahal ia berusaha memasak agar Kak Mina mencobanya. Ya, Albar sedikit kecewa saat ini. Ia kembali berbalik dengan perasaan kecewa yang menggerogoti hatinya.

.
.

Ada informasi nih ya! Jadi Rai-anaknya Rafa ganti nama jadi Albar. Belum nemu nama kepanjangannya sih. Jadi kalo masih ketemu Rai sebenarnya dia Albar. Masih orang sama sih😂

Idih Pak BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang