Bab 7

349 29 0
                                    

Mina menatap langit langit lewat berandanya. Bagaimana bintang bintang menghiasi langit yang gelap itu sampai jadi indah. Itu sedikit mengangkat kesedihan dan beban Mina saat ini. Lalu ia teringat saat saat bersama keluarganya melepas canda dan tawa. Sampai akhirnya jadi putih abu abu.

Mungkin Albar pun sama. Mungkinkah keadaan Pak Rafa sama dengan kakaknya Ezar? Hubungan suami-istri mereka sedang putih abu abu?

Seharusnya ia menulis kali ini. Tapi otak Mina serasa buntu. Otaknya baru berjalan ketika bersama Pak Rafa. Ia harus segera tidur agar bisa mengangkat pikirannya yang dipenuhi oleh Rafa.

Baru beberapa detik memejamkan mata. Sebuah panggilan masuk ke handphone-nya.

"Hallo?"

"Ada dimana?"

"Yaudah gue kesana."

Mina meraih jaketnya dan langsung mengenakannya sambil berjalan. Ketika melewati keluarganya yang sedang menonton TV.

"Aku keluar sebentar, mau ke warung."

Tidak menunggu jawaban karena Mina sedang tergesa saat ini. Setelah menutup pintu Mina langsung berlari menuju warung Ceu Odam. Walaupun sudah malam hari tapi warung Ceu Odam masih ramai karena depannya pengajian anak TK.

"Kenapa Mae?"

"Ada undangan." Mae menarik tangan Mina untuk mengikutinya. Mae membawa Mina ke dalam kamarnya lalu menunjukkan kertas contoh undangannya.

"Lu yang bikin?"

"Kamu teh harus lihat heula atuh. Disana teh namanya Mae sama akang akang itu."

"Ya terus napa?" Mina menggaruk kepala belakangnya.

"Mae suka sama A Icang." ucap Mae sambil memejamkan matanya.

"Tuh kan! Gue juga selama ini berfikiran kaya gitu!"

"Ssttt! Jangan teriak, nanti emak denger. Mae engga bilang karena takut Min Min suka sama A Icang." ucap Mae pelan.

"Gue suka sama Icang? Nu bener ah! Modelan kaya Icang bukan seleraku." ucap Mina.

"Seleraku kaya makanan aja A Icang teh."

"Hem, terus intinya apa Mae?" Mina masih terlihat bodoh.

"Emak jodohin Mae sama anak kampung sebelah."

"Pakcoy! Tega bener pantes namanya Ceu Odam. Dia juga kalau ketemu gue suka nagih utang si mamah."

Mae memasang wajah sedih. Mina langsung mengelus punggungnya.

"Lo udah kasih tau Icang belum? Kalo lo kasih tau mungkin dia bisa nikung lo diseperempat malem."

Mae menutup wajahnya. "Gimana kalo A Icang engga suka Mae?"

"Dia pasti suka."

"A Icang bilang sama Min Min?"

"Kaga juga sih." Mina memikirkan sesuatu. "Mungkin lo harus kasih tau Ceu Odam?"

"Emak engga bakal setuju Min Min."

"Ah iya, namanya juga Ceu Odam."

Mina mungkin harus menginap malam ini dirumah Mae karena Mae yang masih kelihatan sedih soal kisah asmaranya.

Idih Pak BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang