Mina tersadar sesaat. Kepalanya pening seketika. Namun cepat kembali membaik. Ia bingung ditempatnya menatap sekitar. Ia berada dimana?"Kamu sudah bangun?" Rafa datang dari arah timur.
"Ini jam berapa?"
"Jam 7 malam."
Mina melotot dan terperanjak kaget. Ia tidur seharian dirumah orang lain?
"Astaga, saya harus pulang sekarang pak." Mina langsung berdiri dan akan pergi.
"Nanti dulu, makan saja dulu. Biar nanti saya antar pulang."
Mina menggigit jari. Bagaimana jika orang dirumahnya mencarinya? Disaat Mina bergelut dengan pikirannya sendiri. Rafa menyimpan makanan didepannya.
"Ayo makan, nanti kita pulang."
Mina kembali duduk dengan perlahan. Keduanya duduk dilantai ruang tamu. Mina menatap makanannya lalu beralih menatap Rafa yang sedang membuka bungkus makanan lainnya.
"Saya pesan dari rumah makan, engga papakan? Soalnya Bibi sedang pulang ke kampungnya."
"Oh benarkah? Pantesan saya engga liat bibi. Ngomong ngomong Albar kemana?"
"Albar udah tidur. Dia harus tidur setelah solat isya."
Mina mengangguk pelan pelan. Lalu memakan makanannya. Keduanya makan bersama dalam hening. Dan yang berbicara hanya sendok makan yang berdenting dengan piring.
Mina menatap diam diam Rafa yang fokus makan. Tanpa sadar ia malah berhenti makan dan terus melihat Rafa. Cara Rafa melahap makanannya dan juga mengunyahnya. Mina terpesona oleh semua pesona yang terpancar darinya.
"Kenapa?" tanya Rafa tanpa Mina.
"Eh—!" Mina langsung memasukkan sendoknya. Ia meringis, ternyata sendoknya kosong.
"Kamu liatin saya?"
Rafa mengalihkan tatapannya. Ia menatap Mina dengan sorotan yang tajam.
"Eng-engga!—" gagapnya.
"Ada yang ingin kamu ucapkan kan?" tebak Rafa.
Mina menunduk sembari mengangguk.
"Apa itu?" tanya Rafa lagi.
"Ke ke ke—" tenggorokan Mina tersekat. Lagi pula kenapa ia mengingat lagi soal ciuman saat itu? Apa maksud ciuman itu Bapak Rafa Rafif Fakhri?
"Kenapa cuman saya yang selalu bapak panggil?" ucap Mina pada akhirnya.
Rafa terdiam sebentar. "Soal itu..." Rafa tidak menemukan kata kata yang pas saat ini.
Drrtttt....Mina merasakan getaran diperutnya. Ia langsung mengeluarkan gadget-Nya.
"Hallo?" ucap Mina hati hati. "Iya Mah, ini aku lagi dirumah Mae. Sebentar lagi aku pulang—" Mina langsung menjauhkan ponselnya karena sang ibu sudah menutupnya secara sepihak.
"Saya harus pulang sekarang pak."
**
Mina sudah masuk ke dalam rumahnya. Suasana rumah begitu tegang saat ini. Itulah yang dirasakan Mina saat menginjakkan kakinya didalam rumah.
"Dari mana aja kamu?!" hentak Ezar begitu melihat adiknya.
Ezar tertawa garing. "Ini cuman alasan kamu doang kan? Sakit? Sakit tapi main keluyuran sampai malam? Bisa?! Kenapa kerja engga bisa?"
"Ezar!" Ajeng menimpal.
"Kami khawatir sama kamu. Kenapa kamu baru pulang Nah?" Ajeng berbicara kepada Mina yang menundukkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idih Pak Bos
RomanceMinah Suparti adalah orang pertama yang membenci namanya sendiri. Karena nama ibaratkan keberuntungan seseorang. Namanya cantik, alhamdulillah wajahnya jadi ikutan cantik. Minah hanya pengangguran dan beban dikeluarganya. Suatu ketika ia bertemu keb...