Bab 1

695 55 0
                                    

Harapan si pengangguran ^^

"Akan saya lakukan, apapun itu!" ucap Mina dengan penuh kegigihan. Baru saja Rafa akan menanyakan perihal namanya. Sebuah panggilan langsung menghentikannya. Setelah mengangkatnya Rafa melupakan orang yang sedang berbicara dengannya.

"Pak! Bapak!–" ucapan Mina seolah melebur karena panggilan itu.

Rafa langsung mengendarai mobilnya dan meluncur ke jalanan. Seorang pembatu dirumahnya memberitahu bahwa Rai-anaknya kambuh lagi. Seolah dunianya benar benar hampir runtuh. Rafa berlari kencang untuk masuk ke dalam rumahnya. Bahkan ia sudah melupakan apa yang menjadi tujuannya.

"Albar!"

Seorang perawat Albar datang menghampiri. Dan ternyata Albar sudah baikan. Ini bukan percobaan bunuh diri seperti yang sudah Rai lakukan beberapa kali. Rafa mendesah lega lalu menghampiri anaknya yang tertidur pulas.

"Maaf pak, saya kira den Albar kesurupan. Ternyata dia hanya mimpi." Perawat itu tertunduk malu. Memang dia adalah perawat baru.

Rafa mengacuhkan perawat itu dan beralih menatap Albar. Karena usapan lembut itu, Albar terusik dan akhirnya bangun.

"Papah? Udah pulang?"

Rafa tersenyum menatap anaknya. "Papah ninggalin sesuatu yang berharga di luar sana." ucap Rafa. "Kamu sudah makan?"

Albar mengangguk menjawabnya. Albar lalu melihat orang disekitarnya.

"Kenapa pada kumpul disini?" Albar melihat seluruh orang yang berada dikamarnya. Termasuk perawat baru, pembantu dan juga tukang kebun.

"Apa Albar kambuh lagi?"

"Jangan banyak pikiran. Papah ada urusan diluar sana. Boleh papah tinggal?" Rafa belum selesai dengan wanita itu. Susah payah dirinya menemukan gadis itu.

**

2 bulan yang lalu

Rafa menatap anaknya yang menuju gerbang sekolah. Bukan sekolah biasa pada umumnya. Meski Albar sudah menginjak kelas 1 SMP, ia tidak bisa bermain seperti anak pada umumnya.

Dan disamping sekolah itu adalah sekolah biasa. Rafa yang kini hidup sendiri dengan mengurus anak satu satunya pasca bercerai dengan istrinya sedikit mengalami trauma. Dan dampak dari itu semua adalah Albar.  Albar melihat kilas balik hubungannya dengan sang ibu. Kini mental Albar terganggu, dan ia sering menyalahkan dirinya sendiri atas perceraian ini.

Pekerjaan dan mengurus anaknya memang lah menjadi beban tersendiri untuknya. Seharusnya Rafa mencari istri baru? Untuk menjaga anaknya bila ia sedang bekerja? Tapi siapa yang mau menjaga anak yang bukan darah dagingnya?

"Cepetan Sa!"

"Bibi sih! Makan es krim lama banget!"

Akibat percakapan itu. Rafa terhenti dan tidak masuk ke dalam mobilnya. Ia malah melihat seorang gadis yang membawa anak kecil berlari mengejar pintu gerbang yang hampir ditutup. Rafa yakin mereka habis makan es krim. Karena seluruh wajah gadis itu dipenuhi coklat.

"Dadah!" sang gadis melambaikan tangannya pada anak kecil itu karena akhirnya mereka berhasil. Tiba tiba entah kenapa Rafa malah tersenyum melihat interaksi itu.

Gadis itu berbalik dan tak sengaja menyandung batu karena memilih jalan yang salah.

"Arghh...."

"Aduh..." lirihnya pelan. Rafa sudah menghampiri gadis itu dan berniat menolongnya. Tapi bukannya mendapatkan sebuah tangan untuk ia genggam. Gadis itu memilih berdiri sendiri dan mengatakan 'Maaf, permisi' dengan tidak mengangkat wajahnya. Gadis itu langsung berlari terbirit dengan kaki pincangnya.

"Wah, sulit dipercaya." Rafa tertawa karena kekonyolan ini. Lalu ia tak sengaja melihat sebuah buku yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Rafa memegang buku itu lalu berniat mengejar gadis tadi. Tapi ternyata sudah tidak ada. Bayangannya pun tidak terlihat.

**

Mina pulang ke rumah dengan keadaan selama perjalanan marah marah. Tak bisa dipungkiri. Dirinya bisa begini karena bapak bapak sialan tadi. Yang meninggalkannya sendirian dan membuat perhatian oleh semua pengunjung dikafe itu.

Mina langsung meminum satu gelas penuh air putih. Sedikit bercerita tentang kondisi keluarganya. Ibu dan bapaknya adalah pengangguran. Mina juga seorang pengangguran. Dan yang bekerja dirumah ini adalah Ajeng kakaknya. Ibunya Alsa, artinya ia menumpang hidup pada kakaknya.

Mina menjadi pengangguran sudah hampir 1 tahun. Setelah lulus SMA, Mina bekerja disebuah pabrik tekstil. Tapi sesuatu peristiwa terjadi disana. Yang mengakibatkan Mina tidak bisa kembali bekerja dan memutuskan untuk keluar. Ia tidak bisa mengambil pekerjaan disebuah perkantoran besar karena hanya tamatan SMA.

Akhirnya Mina memilih menjadi beban keluarganya lagi.

Mina melihat ibunya dan Kak Ajeng sedang bersantai diruang TV ditambah Fuji anak yang berusia 5 tahun. Keluarganya sedang menonton film kartun kesukaan Fuji.

Mina duduk hati hati disofa yang masih kosong. Lalu tak sengaja melihat remot yang tergeletak begitu saja. Mina ingin menonton serial india favoritnya. Ia langsung mengambil remot itu hati hati.

Cet...

"Huwaaaa...." suara Fuji menggelora.

"Nah! Kebiasaan ganggu anak kecil! Fuji lagi anteng juga nonton TV." Ajeng memarahi Mina.

"Fuji tadi lagi main logo kok. Dia engga liat TV." Mina mengutarakan alasannya. Fuji yang cari perhatian. Ia tidak berhenti menangis bila saluran TV-nya tidak berubah. Dan tadi malah dianggurin.

"Fuji hikss...liat kok...tapi sambil dengerin hikss.." Ajeng langsung merebut remotnya.

"Kamu kan udah gede. Udah 20 tahun tapi rasa bocil. Sekali kali ngalah sama anak umur 5 tahun kek." gerutu Ajeng.

Mina bangkit dari duduknya. "Mina belum 20 tahun. Umur Mina masih 19 tahun 7 bulan."

"Bukannya nama kamu Minah ya? Bisa bisanya diganti jadi Mina." Ajeng langsung beralih fokus menatap layar laptopnya karena Fuji sudah berhenti menangis. Dan mamahnya tidak menghiraukan pembicaraan anak anaknya. Sang mamah Esih asyik melipat pakaian.

Apa yang Mina harapkan dirumahnya? Kondisinya tidak akan berubah sedikit pun. Ia hanyalah pengangguran dan tidak akan mendapatkan posisi dirumahnya.

Mina menghapus air matanya dan pergi menuju kamarnya. Ia langsung merebahkan diri sambil melihat buku catatannya yang sudah hilang itu. Ia memang menuliskan suatu cerita. Mina bahkan lupa mau dibawa kemana akhirnya itu. Ia sudah berusaha dengan menempatkan cerita di beberapa situs baca. Tapi tak ada satupun yang sepertinya menarik. Cerita yang ada didalam bukunya menarik seorang CEO? Bagaimana bisa!

"Argh! Kirim aku duda kaya ya allah. Supaya Mina bisa ganti nama dan syukuran pake bubur hitam dan bubur putih."

Aku cape hidup miskin ya allah.

Duda kaya? Kaya song jong ki.

Cari Pak Rafa dimana ya? Aplikasi Bukbuk?

Mina langsung meraih ponselnya dan mulai mencari aplikasi yang dimaksud. Tapi ia hanya menemukan aplikasinya. Lalu kontaknya dimana? Kontak editor itu khusus untuk cerita yang dipilih. Sedangkan ceritanya tidak pernah masuk situs baca.

"Argh!" Mina frustasi saat ini. Ia mungkin tidak akan pernah jadi apa apa selamanya.
.
.

Pengen duda kaya, kaya song jong ki😄

Idih Pak BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang