Bab 22

281 26 0
                                    

Mina terbangun dengan tiba tiba. Ia terbangun dari mimpi buruknya. Menghirup udara sebanyak banyaknya. Mina langsung menoleh dan mendapati Rafa tertidur lelap di sampingnya.

Jika memutar kembali kenangan jaman dulu. Mina tak pernah terpikirkan untuk menikah. Ia tidak punya waktu untuk memikirkan rancangan hidupnya sendiri.

Karena Mina selalu berfikir bahwa ia adalah suatu kesalahan. Tidak pernah mendapatkan keberuntungan. Tidak pernah terlihat atau dikenali banyak orang. Seperti jaman sekolah dulu. Mina selalu mengucilkan dirinya seolah tak terlihat di dunia. Yang ia pikirkan adalah bagaimana membuat keluarganya bahagia. Tapi tak ada satupun dari mimpinya yang menjadi kenyataan. Karena mimpi hanyalah sebatas mimpi.

Dan selalu membenci namanya sendiri.

Sepertinya berusaha saja tidak cukup dalam dunia ini. Karena harus dibarengi oleh keberuntungan masing masing orang.

"Kenapa bapak mau nikahin saya?" tanya Mina dengan suara kecil menghadap Rafa yang tengah terlelap.

"Saya tidak lebih hanyalah sebuah kerupuk. Begitu diinjak akan sangat renyah dan rapuh—"

"Tapi begitu kuat saat dibiarkan." seruan kecil itu membuat Mina tersentak. Ia langsung membalikkan badan menjadi ke depan dan menutup matanya.

Rafa membuka matanya perlahan. Dan menarik sudut bibirnya. Rafa menyandarkan tubuhnya dengan tangan sebagai penyangga. Ia menatap wajah Mina yang sedang pura pura tertidur itu.

"Kamu lupa nama panggilannya."

"Apa?" jawab Mina dan membuka mata. Ia kaget saat melihat Rafa memajukan wajahnya beberapa senti.

"Apa?" tanya Rafa balik.

Mina mengernyitkan keningnya perlahan. "Mas?" tanyanya.

"Ia Mina-ku."

Mina membuang wajahnya kearah lain. Sambil memegang kedua pipinya yang memanas tiba tiba.

"Ini masih jam 3 pagi loh, Pak- eh Mas! Udah digombalin aja!" ujar Mina sambil mengerucutkan bibirnya.

"Lagian siapa juga yang mandang wajah diam diam sampai terkagum kagum begitu."

"Idih, biasa aja kali! Pak bos suka ngarang deh!" elak Mina.

Rafa langsung menaiki tubuh Mina. Membuat Mina membeku seketika.

"Ahh, kita bisa melanjutkan kegiatan kita semalam bukan?"

**

Mina mengaduk aduk minumannya. Didepannya ada Albar dan Rafa yang tengah menikmati sarapan mereka. Pukul 9 nanti para calon penulis akan datang untuk tahap selanjutnya. Denting bel berbunyi, Mina langsung bergerak cepat membuat Rafa dan Albar mengernyitkan kening mereka perlahan.

Mina tak lama kembali tapi sekarang bersama bocah kecilnya. Yap, Alsa.

"Katanya Alsa mau numpang sarapan disini." ujar Mina kikuk. Alsa tersenyum lebar lalu membungkukkan badannya.

"Selamat pagi, paman Rafa dan Mas Sepupu! Izinkan saya sarapan disini boleh?"  seru Alsa tanpa menghilangkan senyumannya.

Idih Pak BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang