01. Dua Saudara

4.6K 403 557
                                    

Malam semakin gelap dan dingin setelah guyuran hujan beberapa saat lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam semakin gelap dan dingin setelah guyuran hujan beberapa saat lalu. Gerimis yang tersisa tak menghentikan langkah gadis ber-hoodie hitam itu untuk pulang ke rumahnya. Setidaknya pukul 23:45 ia sudah sampai di kontrakan sempit yang jadi tempatnya untuk pulang.

Gadis itu bernama Senja. Ia tak pernah protes saat kontrakan tiga petaknya itu bocor di sana-sini. Bisa tinggal di Jakarta dengan harga murah saja sudah sangat membuatnya bersyukur.

Rumah Senja berada di lantai dua sebuah cafe perpustakaan. Karena itu, ia harus memutar ke belakang cafe, barulah menemukan tangga untuk masuk ke rumahnya. Di rumah itu, Senja tinggal bersama sang adik bernama Bagaskara.

Hal pertama yang Senja lakukan setelah sampai rumah adalah mengecek sang adik yang pasti sedang ada di kamar.

Tok! Tok! Tok!

"Buka aja Kak, nggak di kunci."

Setelah terdengar sahutan dari dalam Senja membuka pintu kamar sang adik. Bagaskara atau yang akrab dipanggil Bagas adalah nama adik semata wayang Senja. Seperti biasa adiknya itu sedang bergelut dengan buku-bukunya.

"Udah makan?" tanya Senja.

"Udah tadi," jawab Bagas diiringi anggukan.

Bagas menatap kakaknya dalam.
"Harusnya tadi telfon kalau lembur, 'kan bisa dijemput."

"Iya." Bagas menghela nafas mendengar jawaban kakaknya yang selalu sama.

Alasan Bagas dan Senja hanya tinggal berdua adalah ibu mereka telah meninggal sejak tiga tahun lalu. Sedangkan ayahnya, sekarang ini mendekam di penjara karena judi dan perampokan. Senja dan adiknya tidak begitu sedih karena itu, ayahnya bukan orang yang baik dan penuh perhatian kepada keluarga.

Senja dan Bagas adalah remaja yang sejak kecil telah hidup dengan kekerasan yang di lakukan oleh ayahnya. Maka tak heran kalau Senja punya kepribadian dingin dan suram, sedangkan Bagas punya sifat yang cuek dan keras. Namun beruntung, mereka adalah dua saudara yang penuh kasih dan selalu ada untuk satu sama lain.

*
Setelah membersihkan diri, Senja segera ke dapurnya. Ia harus memasak untuk sarapan keduanya di esok hari.

Dari dalam kulkas ia mengambil tahu dan brokoli yang ia simpan di kotak kedap udara. Gadis itu dan sang adik telah bersepakat kalau mereka akan belanja bahan makan seminggu sekali. Lalu untuk beberes rumah, mencuci piring dan memasak adalah tugas Senja, sedangkan memasak nasi dan menyapu jadi tugas Bagaskara. Sedangkan untuk pekerjaan berat, akan mereka lakukan saat hari Minggu.

Ya begitulah kehidupan Senja yang sekarang berusia 18 belas tahun, sekolah, kerja, masak, tidur, begitu terus.

Saat Senja tengah memotong brokolinya, tiba-tiba Bagas sudah ada di sampingnya. "Kak!"

"Hmmm?"

Berbeda dengan Senja yang bersekolah di sekolah Negeri Citra Bangsa, Bagas terlampau pintar untuk anak sesusia 16 tahun hingga ia bisa bersekolah di sekolah swasta paling top di Jakarta. Tidak hanya memperoleh beasiswa, tapi kepintaran Bagas membuatnya berada di kelas 12 saat usianya baru menginjak 16 tahun.

Be Happy! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang