lima : he's totally fine, indeed.

48.2K 4.9K 30
                                    

5. he's totally fine, indeed.

[]

Ghea itu orangnya paling nggak betah kalau disuruh diam mendekam di rumah sampai seharian, paling nggak dia harus keluar, entah itu hanya satu atau dua jam, dia harus liat hiruk-pikuknya manusia dulu baru setelah itu bisa disuruh diam di rumah.

Karena sudah nggak punya urusan di kampus, jadi Ghea hanya tinggal jadi pengangguran sekarang. Saat teman-temannya yang lain pada sibuk mikir mau cari kerja di mana, mau kerja apa, sebagian sudah magang sana-sini, Ghea masih santai-santai menikmati hidup.

Ya gimana dia nggak santai-santai, kalau dia bahas soal kerja saja orang tuanya sudah mengomel panjang-lebar. Mereka justru suka lihat anaknya jadi pengangguran dan foya-foya menghabiskan uang. Ghea nggak keberatan sih, dia senang-senang saja, tapi Ghea juga berpikir, kalau dia terus-terusan begitu, dia nggak akan bisa mandiri dan terus bergantung pada orang tuanya.

Ghea nggak mau, saat teman-temannya yang lain sudah sukses dengan karirnya, dia sendiri malah bingung harus mulai dari mana karena terbiasa hidup enak tanpa bekerja keras, tapi apa boleh buat? Karena sekarang dia belum wisuda, jadi dia menurut saja, mungkin akan lain cerita nanti ketika dia sudah benar-benar tuntas dengan urusan kuliahnya.

Weekend ini, Ghea nggak punya agenda, jadi setelah bangun nyaris siang dan keluar kamar hanya untuk makan, Ghea berniat untuk pergi me time hari ini. Dia sudah berdandan rapi dan cantik menggunakan tank top dengan outer kemeja crop dan bawahan hot pants.

Namun, sewaktu keluar dari kamar, Ghea justru dibuat terkejut dengan kehadiran sosok tak diundang di rumahnya.

"Lo?! Ngapain lo ke sini?!" Ghea berseru kaget ketika mendapati presensi Raka yang sedang mengobrol sok akrab dengan maminya di ruang tamu.

Mendengar seruan Ghea, kontan Raka dan Ajeng menoleh ke arah gadis itu.

"Ngapain gimana? Ini 'kan weekend, ya mau jalan sama kamu lah, kencan. Tumben banget kamu udah dandan cantik? Pasti udah janjian ya sama Raka?" ujar Ajeng dengan senyuman menggoda putrinya.

Ghea mendelik. "Siapa yang janjian?! Ghea nggak janjian ya sama dia! Orang Ghea mau keluar sendiri kok!" balasnya nggak terima dibilang janjian dengan Raka, karena dia memang nggak buat janji apa-apa sama manusia satu itu.

"Loh? Mau keluar sama siapa? Udah, batalin aja, mending sama Raka, udah ditungguin ini loh, tinggal berangkat aja 'kan?" sahut Ajeng dengan enteng.

"Nggak mau lah! Ghea tuh mau me time! Nggak mau diganggu!" tolak Ghea bersungut-sungut.

"Lain kali aja me time-nya." Ajeng

"Ih, Mami apaan sih? Dibilang nggak mau!" tolak Ghea lagi, kemudian berlalu keluar, niatnya mau pergi duluan, supaya nggak disuruh buat keluar sama Raka terus sama maminya, eh ternyata waktu lihat di garasi, mobilnya nggak ada.

"mAMIII, MOBILNYA GHEA KE MANAA???!!" Ghea berteriak dengan suaranya yang menggelegar bercampur perasaan kesal.

Lalu nggak lama kemudian, Ajeng dan Raka menyusul keluar.

"Apa juga Mami bilang, mending kamu keluar sama Raka. Mobil kamu dibawa sama Papi tadi," ujar Ajeng, yang membuat Ghea semakin bersungut-sungut.

"Papi ngapain sih bawa mobilnya Ghea?! Kan punya mobil sendiri!" keluh gadis itu dengan kesal, dia mengerucutkan bibir lengkap bersama alisnya yang bertaut.

"Loh? Ya jangan marah-marah ke Mami, Mami mana tau," balas Ajeng.

"Kamu mau ke mana, Ghea? Biar saya yang antar." Raka membuka suara.

It Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang