empat belas : can we start to love each other?

46.5K 4.9K 145
                                    

14. can we start to love each other?

[]

Usai pulang dari gym, sebab memang masih berkeringat, Raka tidak langsung pergi mandi, dia melepas baju dan menyisakan bokser yang menggantung rendah di pinggulnya, membiarkan suhu dalam ruangan untuk mengeringkan keringatnya. Seraya menunggu tubuhnya kering, Raka pergi ke dapur untuk mengambil segelas air.

Ketika sedang menandaskan air dalam gelasnya, Raka mendengar sayup-sayup suara Ghea yang sedang berdendang dan semakin terdengar dekat, sepertinya perempuan itu sedang menuju ke dapur—dan benar saja, Raka mendapati Ghea yang muncul dari balik tembok seraya bersenandung kecil.

Namun dendangan itu berhenti kala Ghea melihat Raka yang berdiri di depan kulkas dengan keadaan telanjang dada.

"Lo ngapain shirtless?! Nggak punya baju?!" seru Ghea secara kontan menatap Raka dengan ekspresif.

"Biasanya juga begini," jawab Raka sembari menutup kembali pintu kulkas.

Ghea nggak langsung menyahut, dia menggerak-gerakkan bola matanya dan malah berakhir salah fokus dengan pahatan otot perut Raka yang seperti roti kasur indomei.

"Halah! Lo sengaja mau godain gue 'kan?!" bantah Ghea segera memalingkan wajahnya yang merah padam salah tingkah.

"Memangnya kamu tergoda?"

Sial, iya lagi.

Dengan wajah yang masih berpaling, enggan untuk menatap Raka, Ghea membalas, "Ya lo pikir aja lah!"

"Oh ya?" Tahu-tahu Raka malah mendekat dan berdiri di depan Ghea, membuat si empu melotot kaget.

"Padahal cuma bagian atas, belum bawah, kenapa kamu bisa sampai salting begitu?" ujar Raka menggoda Ghea.

"Gue nggak salting!" bantah Ghea, mempertahakannya gestur jual mahalnya, padahal salah tingkah brutal.

"Pipi kamu merah." Raka semakin gencar menggoda.

"Y-ya gue emang pake blush on! Nggak usah ge-er!"

"Terus kenapa kamu buang muka? Bukannya sering lihat yang lebih dari ini?"

Wajah Ghea semakin matang dan memanas, akhirnya perempuan itu pun menyerah dan memilih untuk membalas, "Ah, berisik banget sih lo?! Pake baju lo sana! Jangan kayak orang miskin nggak punya baju!" tandasnya, kemudian berlalu pergi.

Padahal tujuannya pergi ke dapur untuk mengambil cheese cake miliknya yang ada di dalam kulkas, tapi niatnya terurungkan gara-gara melihat pemandangan surga duniawi yang membuat iman Ghea merosot.

Sial, lihat Raka shirtless saja Ghea sudah jantungan. Padahal hanya shirtless, belum telanjang bulat. Mana otot perutnya Raka seksi banget. Ghea naksir, pengen pegang, tapi nggak mungkin dia tiba-tiba grepe Raka, yang ada dia malah dikira mau mengulangi apa yang mereka lakukan malam itu.

Raka memang sialan, dia pasti sengaja ingin menggoda Ghea. Dia tahu kalau Ghea itu lemah sama hal kayak gitu, memang dasar otak Ghea itu kotor sekali.

"Anjir, gue kenapa deg-deg an begini?" gumam Ghea memegang dadanya yang berdebar kencang.

Padahal menurut Ghea, Erik adalah mantannya yang punya badan paling bagus, tapi masih belum ada apa-apanya dibanding Raka. Memang betul yang dikatakan teman-temannya, Raka nggak bisa di-compare dengan mantan Ghea manapun, sebab Raka memang lebih unggul dari mereka. Secara fisik memang begitu, tapi apakah secara perasaan, Raka juga bisa unggul, mengambil bagian dari hati Ghea yang tak bisa diambil oleh satupun laki-laki yang selama ini Ghea kencani?

It Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang