23. let it be always
(kinda mature)[]
Tidur Ghea terusik, ketika sesuatu yang memiliki perbedaan suhu signifikan membuatnya merasa tak nyaman, hingga ia terbangun dari tidur lelapnya. Ghea melenguh, memaksa matanya terbuka untuk mengetahui apa yang sudah mengganggu tidur nyenyaknya.
Ghea pikir, AC kamarnya mati, tapi saat menoleh ke arah tembok di mana pendingin ruangan itu berada, tak ada sesuatu yang salah, suhunya masih tetap seperti semula. Lalu kepala Ghea bergerak ke arah lain, ketika epidermisnya merasakan bahwa sesuatu yang membuatnya tak nyaman berasal dari samping tempatnya tidur.
Kerutan halus tampak di kening Ghea saat ia mendapati Raka yang banjir peluh, meringkuk di dalam selimut seperti orang kedinginan. Secara refleks, Ghea menempelkan punggung tangannya di kening Raka. Kini ia tahu, sesuatu yang sempat mengganggu tidurnya adalah suhu tubuh Raka yang lebih dari batas normal.
"Ka," panggil Ghea, ia mendudukkan diri seraya menggoyangkan lengan Raka.
Sebab tak ada sahutan, Ghea pun mengulangi panggilannya, kali ini Raka menjawab, akan tetapi hanya gumaman yang terdengar seperti orang mengigau.
"Ini gimana? Harus diapain? Gue nggak pernah ngurus orang sakit," gumam Ghea, menggigit bibir bawahnya, ia berpikir keras, pertolongan pertama apa yang harus ia lakukan.
Ghea mengingat, gejala seperti ini biasanya adalah demam, ketika sedang demam, Ajeng selalu memberinya kompres hangat dan rutin mengganti sampai suhu tubuhnya kembali normal. Jadi, mungkin Ghea bisa melakukan itu agar suhu tubuh Raka bisa turun dan kembali normal.
Menyibakkan selimut, Ghea lalu turun dari kasur, langkahnya yang masih sedikit gontai mengayun menuju dapur untuk mengambil baskom dan mengisinya dengan air hangat.
Beberapa saat kemudian, Ghea kembali ke kamar, lengkap dengan baskom berisi air hangat dan satu handuk kecil.
"Ka." Ghea kembali memanggil, ia menarik lengan Raka, mengubah posisi tidur pria itu menjadi terlentang.
Kening Raka mengerut bersama dengan sebuah lenguhan tak nyaman yang terdengar.
"Dingin ya?" Ghea bertanya, meskipun entah Raka sebetulnya mendengar atau tidak, tapi pria itu merespons dengan gumaman tak jelas yang Ghea anggap sebagai jawaban iya.
Usai mencari remot AC dan mengubah temperaturnya menjadi hangat, Ghea lalu membasahi handuk kecilnya, memeras hingga mengurangi sisa air yang menempel, ia menyeka area sekitar wajah dan leher Raka yang berkeringat, kemudian mengulanginya dan diakhiri menaruh kompresan di atas kening Raka.
Helaan napas panjang Ghea loloskan, perempuan itu melirik pada jam digital yang duduk di atas nakas, waktu menunjukkan pukul dua dini hari, matanya masih terasa mengantuk, tapi kalau dia tinggal tidur, siapa yang akan mengganti kompresan Raka?
Akhirnya, Ghea menyetel alarm setiap setengah jam sekali sampai waktu fajar tiba, ia menghubungi Jihan lewat pesan teks yang berisi;
Mama
Ma, kira-kira bookingan penginapannya bisa di cancel, nggak? Kayaknya Ghea sama Raka belum bisa berangkat besok
Raka tiba-tiba sakit hari ini. Kasian kalau besok langsung dipakai perjalanan jarak jauh
Maaf ngerepotin Mama 😔Tanpa menunggu balasan, Ghea meletakkan kembali ponselnya, lalu ia membenarkan letak selimut Raka, mengecek suhu tubuh pria itu yang sudah terasa lebih baik daripada semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Called Love
RomantikJudul awal; What? Married?! REMAKE VERSION - FOLLOW SEBELUM MEMBACA. *** Nggak pernah sekalipun terlintas di benak Ghea, jika dia akan menikah di usia muda. Namun perjodohan menyeretnya pada sebuah pernikahan tak diinginkan bersama seorang pria be...