sepuluh : bbq party

57.8K 5K 501
                                    

10. bbq party

[]

Tidur Ghea terusik ketika rasa nggak nyaman perempuan itu rasakan di perutnya, dan mau nggak mau Ghea pun beranjak dari ranjang, segera berlari keluar kamar dan masuk ke dalam kamar mandi, mengeluarkan isi perutnya yang seperti diaduk dalam tempo tak beraturan.

Setelah mengeluarkan isi perutnya dan membasuh wajah di wastafel, Ghea langsung tersadar sesuatu hingga tubuhnya menegang. Dia ... di apartemen?

Walaupun Ratna jadi satu-satunya yang sadar semalam, tapi dia nggak mungkin bawa Ghea ke sini. Ghea berusaha mengingat bagaimana dia bisa sampai ke rumah semalam, tapi ingatannya berhenti pada momen dia tergeletak di meja bar karena mabuk, setelah itu Ghea nggak ingat apa-apa.

"Anjing, siapa yang bawa gue pulang?" gumam Ghea dengan perasaan resah dan bertambah resah lagi saat Ghea sadar kalau dress yang dia pakai semalam berganti dengan sebuah hoodie kebesaran yang jelas bukan milik Ghea.

Ghea refleks memegang hoodie yang melekat di tubuhnya dengan mata melotot, dia semakin pusing. Nggak mungkin kalau dia ganti baju sendiri, apalagi ini bukan baju miliknya. Untuk berdiri saja Ghea kesusahan apalagi sampai ganti baju sendiri. Beberapa saat kemudian, Ghea segera keluar dari kamar mandi, mencari keberadaan Raka yang ternyata ada di dapur sedang memasak sesuatu.

Jantung Ghea bertalu-talu seketika. Apa semalam secara nggak sengaja Ghea menjawab panggilan Raka? Ghea masih memaksakan untuk ingat, tapi dia betulan nggak ingat apa-apa. Seketika, Ghea diliputi perasaan resah dan takut. Bukan takut Raka marah, tapi lebih takut kalau semalam Ghea sudah bertindak agresif akibat pengaruh alkohol.

"Siapa yang bawa gue ke sini?!" seru Ghea langsung to the point, membuat atensi Raka beralih.

"Oh, sudah bangun? Itu jus alpukat di meja makan buat kamu, katanya itu bisa buat redain pengar," ujar Raka, tak mengindahkan pertanyaan Ghea.

"Gue tanya, siapa yang bawa gue ke sini?!" Ghea mengulang pertanyaannya.

Raka mematikan kompornya, kemudian melepas apron dan menjawab, "Saya."

Seketika Ghea lemas sampai kakinya sulit berdiri. "Lo nggak macem-macem sama gue 'kan?!"

"Kamu nggak ingat?" Raka bertanya dengan ekspresi yang bikin Ghea pengen cakar mukanya.

"Ingat apa?!" Ghea melotot nyolot.

"Semalam."

"Semalam apa?! Ngomong yang jelas!"

"Ya udah kalau nggak ingat."

"Anjing, lo nyebelin banget sih?! Tinggal jawab aja semalem kenapa? Lo nggak cari kesempatan 'kan?!" Ghea semakin meledak-ledak.

"Kamu masih bisa jalan normal 'kan?"

Ghea terdiam sesaat. "Apa hubungannya sama jalan normal, monyet?!"

Raka menghela napas. "Saya nggak apa-apain kamu, kamu pikir saya sejahat itu sampai memanfaatkan situasi?"

"Bisa aja! Nggak ada yang tau setan di pikiran cowok!" tuding Ghea.

"Sudah tau begitu, kenapa kamu bisa pergi ke bar dengan sexy dress dan mabuk sampai nggak sadarkan diri? Kalau saya mau apa-apain kamu juga kita sudah menikah, itu normal, kalau sampai orang lain?" balas Raka membuat Ghea terdiam.

Ghea jelas nggak punya alasan untuk menyanggah ucapan Raka.

"Kunci mobil kamu saya sita, kamu nggak akan ke mana-mana tanpa saya," ucap Raka mengundang ekspresi terkejut dari wajah Ghea.

It Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang