12. it was a mistake
[]
Seolah dibangunkan dengan paksa, Ghea membuka matanya bersama dengan napasnya yang tersentak. Perempuan itu refleks menyisir pandang pada sekitar sampai dia mendapati jika dia bukan tidur di kamarnya sendiri dan yang lebih membuatnya terkejut lagi, dia tertidur di pelukan Raka.
Hal tersebut sontak membuat Ghea refleks melompat turun dari kasur dengan menarik selimut, sampai membuat Raka terbangun. Ghea membekap mulutnya tidak percaya, bahkan jantung Ghea rasanya seperti ingin merosot ketika teringat jika semalam mereka melakukan hubungan suami-istri.
"Ghea? Kenapa?" tanya Raka yang ikut terkejut sebab tiba-tiba Ghea melompat dari tempat tidur.
Alih-alih menjawab, Ghea segera berlari keluar dan masuk ke dalam kamarnya sendiri, mengunci pintu rapat-rapat dan meluruh di balik pintu kamar.
"Anjing, ini pasti nggak bener 'kan?" gumam Ghea berusaha menyangkal dengan apa yang telah terjadi.
"Sial, gue ngapain sih sebenernya kok bisa begini?!" monolog Ghea meremat rambutnya dengan frustrasi.
Lalu hal-hal buruk mulai melintas di kepalanya, membuat Ghea tanpa sadar malah menangis. Perempuan itu menggigit bibirnya kuat-kuat agar tangisnya tak menimbulkan suara. Berkali-kali Ghea memaki dirinya sendiri, dia merasa marah karena sudah bertindak tanpa pikir panjang.
Bukankah ini seharusnya normal? Melakukan hubungan suami-istri ketika sudah menikah itu wajar bukan? Iya, itu akan normal dan wajar jika seandainya pernikahan mereka juga dilakukan atas dasar sesuatu yang normal bukan karena paksaan.
Ghea ingin marah, tapi pada siapa? Raka? Itu nggak masuk akal. Jelas-jelas mereka melakukan atas kemauan masing-masing, bagaimana Ghea mau marah pada Raka?
Namun tetap saja, Ghea merasa ini nggak seharusnya terjadi, mereka nggak seharusnya melakukan ini.
"Ghea? Are you okay?"
"Ghea? Bisa tolong jawab saya?"
Suara Raka terdengar dari luar seraya mengetuk pintu kamar Ghea berkali-kali, tapi alih-alih menggubris, Ghea masih sibuk menangis.
"Ghea, kamu nggak pa-pa 'kan? Ada yang sakit?"
Meneguk ludahnya, Ghea menyeka air mata yang membasahi pipinya, kemudian berseru, "Pergi! Nggak usah peduliin gue!"
"Tapi kamu nggak pa-pa, kan?"
"Gue bilang pergi!" jerit Ghea yang setelah itu tak lagi ada suara dari luar kamarnya.
Sedang Ghea kembali menggigit bibirnya kuat-kuat sebab lagi-lagi air matanya meluruh.
✿
Raka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Ghea sebab tiba-tiba perempuan itu menjadi sangat sensitif. Apa Ghea marah karena apa yang mereka lakukan semalam?
Tapi untuk apa marah? Ghea sendiri yang mengizinkan Raka untuk memlikinya semalam. Lalu kenapa tiba-tiba jadi dia yang marah?
Raka betul-betul tidak paham, kenapa perempuan selalu punya pikiran yang rumit?
Namun, Raka masih memiliki hati nurani dengan tidak meninggalkan Ghea bekerja, dia mengabari sekretarisnya jika akan bekerja dari rumah hari ini, sebab sepertinya Ghea sedang dalam kondisi suasana hati yang tidak baik dan Raka masih belum tahu apa penyebabnya.
Sampai ketika waktu makan malam tiba, dan Raka sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan malam, tiba-tiba Ghea datang menghampiri dengan ekspresi tertekuk masam, lalu dia berkata,
KAMU SEDANG MEMBACA
It Called Love
Roman d'amourJudul awal; What? Married?! REMAKE VERSION - FOLLOW SEBELUM MEMBACA. *** Nggak pernah sekalipun terlintas di benak Ghea, jika dia akan menikah di usia muda. Namun perjodohan menyeretnya pada sebuah pernikahan tak diinginkan bersama seorang pria be...