32. say hello, twins
[]
Seumur hidup itu terlalu lama untuk dihabiskan dengan orang yang salah, sebab itulah pentingnya memilih pasangan yang tepat sebagai teman menghabiskan hidup hingga hari tua. Pasangan yang bisa saling menghargai, mau berjuang bersama, menerima apa adanya, dan yang cintanya tak akan pernah habis ditelan masa.
Sebetulnya, Ghea maupun Raka tak mendapat kesempatan memilih itu, membuat keduanya sama-sama tak punya harapan untuk pasangan yang mereka inginkan, dan setelah perseteruan yang seperti tak berujung, siapa sangka pada akhirnya mereka malah belajar untuk saling mencintai dan menerima satu sama lain?
Ghea juga sempat skeptis Raka tetap mau memperjuangkan hubungan mereka setelah seringnya Ghea bertingkah hingga mengundang pertengkaran di antara mereka. Dan ujung-ujungnya, Raka tetap sabar dan mengalah.
Ada banyak laki-laki tampan yang mapan di bumi, tapi tak semua dari mereka tahu, bagaimana cara menghargai dan memperlakukan perempuan dengan baik. Ada banyak laki-laki penyabar dan penyayang di bumi, tapi hanya ada satu yang seperti lelakinya, yaitu Raka sendiri.
Ghea bersyukur, setidaknya, Raka bukan seseorang yang menganut paham patriarki. Pria itu terbuka, ia tak pernah merasa superior dan merasa paling tahu segala, ia menerima saran dan masukan yang diberikan oleh Ghea, bahkan untuk menunjukkan keseriusannya sebagai calon ayah, Raka sampai berguru pada Rangga.
Lalu dengan ekspresi yang sumringah dan bangga, Raka akan melapor pada Ghea, hal apa saja yang sudah dia kuasai, entah itu skill memasang popoknya yang sudah lancar, bisa membedakan mana bagian belakang dan mana bagian depan yang kadang sering keliru.
Apalagi, semakin tua usia kandungan Ghea, semakin tinggi pula kesiap-siagaan Raka. Pria itu sampai mempelajari teori bagaimana untuk tetap bertindak logis, berpikir jernih, dan bersikap tenang ketika dalam kondisi panik. Raka yakin, jika dia sudah paham di luar kepala, dan akan diamalkannya ketika situasi panik itu melanda.
Namun, pada dasarnya, teori hanya teori. Membayangkan memang lebih mudah daripada merealisasikan. Kenyataannya, ketika berada dalam situasi panik itu, Raka lupa dengan apa yang dia pelajari dan apa yang terjadi? Benar, dia panik kalang kabut.
Hari masih sore saat tiba-tiba, Ghea mengeluh perutnya yang terasa mulas. Mendekati HPL memang akan sering terjadi kontraksi, Ghea pikir itu hanya kontraksi palsu seperti yang sudah-sudah, sebab jika sesuai perkiraan dokter, si utun masih akan lahir tiga hari lagi.
Namun, rasa mulas dan sakit itu tak kunjung membaik, justru merambat sampai punggung hingga kaki, akibat keluhannya itu, Raka langsung panas-dingin, gelembung-gelembung tanya muncul di benaknya.
Apakah sudah waktunya? Apa anaknya sudah akan lahir? Apa anak dan istrinya baik-baik saja?
Tapi syukurlah, meski terlihat sangat frustrasi berat, Raka bisa bertindak logis dengan membawa Ghea untuk segera ke rumah sakit, bukan malah kelimpungan, mondar-mandir seperti setrika.
Ternyata, sebab dari rasa sakit dan mulas yang tak berujung itu adalah Ghea yang sudah mulai pembukaan. Perasaan takut dan berdebar bercampur menjadi satu dengan rasa sakit yang kian intens. Entah sudah berapa kali Ghea mengeluh bahkan sampai menangis saking sakitnya.
Baik orang tua Raka maupun Ghea saling berdatangan, untuk menemani dan memberi dukungan pada Ghea. Ajeng sampai tak kuasa menahan air matanya mendengar keluh dan rintihan yang dikeluarkan Ghea.
Berbagai hal Raka lakukan guna mengurangi rasa sakit yang Ghea keluhkan, walaupun entah berguna atau tidak. Usapan dan urutan pelan Raka berikan di punggung Ghea, pria itu juga mengusap perut istrinya berharap bisa sedikit mengurangi sakit yang Ghea rasakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/274568604-288-k873649.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It Called Love
RomanceJudul awal; What? Married?! REMAKE VERSION - FOLLOW SEBELUM MEMBACA. *** Nggak pernah sekalipun terlintas di benak Ghea, jika dia akan menikah di usia muda. Namun perjodohan menyeretnya pada sebuah pernikahan tak diinginkan bersama seorang pria be...