Trauma. Tidak semua orang bisa menghilangkan kenangan buruk itu dari kehidupannya.
Bagi orang yang tidak pernah mengalami, mungkin mereka akan bilang gampang melupakannya, namun tidak dengan gadis satu ini. Nyatanya sangat sulit. Jika memang mudah, kenapa sekarang dia masih selalu dihantui rasa dan kenangan yang sebenarnya tidak ingin dia muncul kembali?
Segala cara sudah dia lakukan. Namun hasilnya sama saja.
---
Caca memeluk kedua kakinya erat. Didekat jendela besar yang langsung mengarahkannya pada pemandangan indah kota dimalam hari, dia hanya bisa terdiam dan menangis. Apa lagi yang bisa dilakukan anak usia 7 tahun yang akan dikirim ibunya sendiri keluar negri. Jauh dari keluarga, teman... ah benar. Caca tidak punya keduanya.
Keluarga? Sepertinya orang yang selama ini dianggapnya sebagai keluarga hanyalah kebohongan. Apa yang seharusnya dilakukan sebuah keluarga pada anaknya? Menyiksanya?
Gadis kecil itu terus saja menangis keras, membuat ibunya terbangun dari tidur pulasnya. Jam sudah menunjukkan pukul 12 lebih dan Caca masih saja terbangun. Dia seharusnya sudah terlelap diatas ranjangnya yang nyaman saat ini.
"Sudah mama bilang jangan membuat keributan dimalam hari! Apa kamu tidak juga mendengarkannya?!"
Irene masuk kedalam kamar Caca. Raut wajahnya tidak bersahabat sama sekali. Dia masuk dengan membanting pintu kamar dan membuat gadis itu sempat tersentak kaget dengan kemunculan ibunya yang tiba-tiba.
"Jika kamu punya telinga, maka dengarkan mama!" kesalnya menarik Caca secara paksa untuk bangkit dari lantai. "Berhenti menangis dan tidurlah! Tidak ada yang peduli kalaupun kamu menagis sekencang apapun! Kamu pikir orang-orang akan peduli?!"
Caca memang ingin berhenti menangis, tapi tidak bisa. Dia ingin menghilangkan rasa rindunya dengan bertemu orang tersebut.
"D-dimana papa? Hiks..."
Kata itu semakin membuat Irene murka. Sudah berulang kali dirinya mengatakan pada anaknya, namun tetap saja sama. Anaknya ini seperti tidak percaya akan kenyataan.
"Dengar anak cengeng!" Irene mencengkram lengan Caca erat. Membuat Caca merintih kesakitan, mencoba menahan rasa nyeri dilengannya. "Sudah berkali-kali mama bilang jangan menanyakan hal itu lagi! Apa kamu sudah lupa? Karena kamulah ayahmu itu tewas!!"
"Jika kamu tidak muncul waktu itu, mungkin srkarang ini dia masih ada!" tambah Irene. "Kamu memang anak pembawa sial"
"Aku hiks... ingin berte-"
Plak!!
Satu tamparan keras mendarat pada pipi Caca. Irene sudah tidak bisa menahan tangannya untuk tidak ikut campur.
Cairan merah pekat dan kental keluar dari hidung gadis kecil itu. Tangisnya semakin keras kala merasakan sakit yang terasa perih dan panas pada pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother ft. SKZ ✔️
Fanfiction[BOOK 01] Benci. Itu kata yang tersemat untuk Caca dari kakak tirinya. highrank : #1 in straykids #1 in skzfanfiction #1 in stepbrother #1 in bang chan #1 in han #1 in felix #2 in hyunjin #4 in lee know #11 in seungmin #13 in skz #15 in jeongin #18...