3. 🕊

1.5K 81 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم✨

“Tak peduli berapa kali mengulangi kesalahan yang sama, kembalilah kepada Tuhan yang sama dengan rintihan yang tidak biasa.”

(Ustadzah Muna Al Munawwar)

Ophi_16


3. Perasaan Silvi

Maira melangkah riang memasuki restaurant dengan kedua tangan yang masing-masing menggandeng tangan Asya dan Silvi.

Sesuai rencananya pagi tadi. Berakhir Asya mengajak Maira ke restaurant. Maira berlari kecil kearah Riki yang duduk lesehan diatas karpet taman restaurant. Riki memang selalu ikut Azri ketika Azri mengurus restaurant.

Asya dan Silvi ikut menghampiri dua bocil itu yang kini sudah asyik bermain dengan segala macam mainan.

"Riki, Kak Azri kemana? Kok Riki sendirian?" Silvi mengedarkan pandang mencari sahabatnya itu.

Riki yang semula fokus bermain mobil-mobilan mendongak menatap Silvi. Masih dengan tangan yang memegang mainan Riki menjawab.

"Kak Azri keluar bentar. Beliin Riki ice cream."

Maira yang mendengar kata ice cream mendongak sebentar menatap Riki. Ingin berbicara tapi urung. Gadis mungil itu lebih memilih melanjutkan main barbie nya.

Silvi mengangguk lalu kembali berdiri.

"Duduk di sana, yuk?" ucapnya pada Asya menunjuk gazebo yang berada ditengah taman.

Asya mengangguk lalu ikut melangkahkan kakinya mengikuti Silvi. Silvi memang tidak bekerja disini. Kehidupan keluarganya yang berada membuatnya dilarang oleh Sang Papa ketika ingin ikut bekerja disini. Padahal niatnya ingin menemani Asya. Berakhir dirinya yang melanjutkan ke jenjang perkuliahan.

Diantara mereka bertiga memang hanya Asya yang tidak meneruskan kuliah. Awalnya orang tua Silvi sudah menawari ingin menanggung biaya kuliah Asya. Tapi lagi-lagi Asya selalu menolak. Karena ia menganggap jika bantuan orang tua Silvi selama ini sebagai hutang. Orang tua Silvi pun tak bisa memaksa, kasihan juga pada Asya nanti mengembalikannya. Padahal orang tua Silvi tak mempermasalahkan, toh mereka sudah menganggap ponakannya itu sebagai anak kandungnya sendiri.

"Oh ya, kamu udah semester ke berapa ini?" tanya Asya begitu mereka sudah duduk di tengah-tengah gazebo.

Silvi menerawang keatas sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tahun ini semester ke-6," jawabnya kemudian.

Asya mengangguk sekilas.

"Sya. Aku mau bilang sesuatu sama kamu. Tapi janji jangan ngomong ke siapapun." Silvi mengulurkan jari kelingkingnya kearah Asya. Asya mengernyitkan dahinya. Silvi kayak anak kecil aja. Lalu setelahnya ia juga menautkan jari kelingkingnya dengan Silvi.

"Insya Allah."

Silvi tersenyum masih dengan jari yang saling tertaut. Ia mulai bercerita.

Ikhlaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang