5. 🕊

1.4K 70 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم✨

“Kemana kamu pergi, bawalah kebahagiaan. Dimana kamu singgah, ciptakanlah kebahagiaan. Saat kamu terpuruk, ingatlah kebahagiaan.”

(Ustadzah Sania AlMuthohar)

Ophi_16


5. Ujian

Asya memasuki restaurant dengan perasaan sedikit berkecamuk. Entah kenapa perasaannya tidak enak. Dirinya teringat dengan Maira.

Mencoba fokus untuk bekerja. Ia mencoba untuk menghilangkan pikiran buruknya itu. Melangkah menuju ruangan tempat karyawan. Ia melepas tas selempangnya dan segera mengganti pakaiannya dengan pakaian khusus karyawan.

"Eh, Asya. Gantiin Dina, ya?" tanya Hesti, salah satu karyawan perempuan temannya juga. Dulu ia memang mendapat shift pagi. Tapi semenjak Maira kelas 1 SD Asya izin untuk mengambil shift siang saja.

Ditempatnya bekerja seharusnya tidak ada shift hanya saja karena urusan penting Asya meminta izin. Dan gajinya pun sesuai dengan pekerjaannya.

Karyawan lainnya bekerja full dari jam 8 sampai jam 9 malam.

"Iya, Hes. Dina ada urusan apa emang?" Asya membenarkan letak hijabnya. Lalu duduk disamping Hesti yang sedang memainkan ponselnya.

Restaurant belum buka karena masih jam setengah 7. Biasanya karyawan berangkat lebih awal untuk bersih-bersih. Karyawan disini kerjanya tidak hanya menyajikan makanan kepada pelanggan saja. Melainkan juga membersihkan restaurant, baik itu menyapu, mengepel, atau lainnya.

Tak heran jika Asya yang kerjanya hanya separuh waktu saja gajinya sudah cukup untuk membiayai kehidupannya sehari-hari.

"Kakaknya ada tunangan. Kayaknya dia juga mulai cuti hari ini. Soalnya denger-denger sih, jarak tunangan sama pernikahannya cuma seminggu."

Asya mengangguk. Lalu kenapa Adit hanya memintanya menggantikan sehari saja?

Oh ya jangan lupakan jika ia juga ada tanggungan untuk menjemput Maira. Mungkin Adit tidak enak jika harus meminta bantuannya lagi.

"Eh, yaudah. Aku mau bersih-bersih dulu." Asya beranjak dari duduknya dan berjalan keluar. Tapi suara dari Hesti menghentikan langkahnya.

"Udah bersih semua, Sya. Kayaknya tinggal buang sampah aja deh, di belakang," ujar Hesti memasukkan ponselnya kedalam tas.

Asya mengangguk lalu segera berjalan menuju belakang restaurant. Tempat pembuangan sekaligus pembakaran sampah.

Setengah jam berlalu. Pengunjung sudah mulai ramai memasuki restaurant. Asya terlihat keluar masuk dari dapur. Kedua tangannya memegang nampan yang diatasnya terdapat menu makanan pesanan pelanggan.

Kedua sudutnya selalu tersenyum ramah menyapa beberapa pelanggan. Membuat pelanggan puas dengan cara bekerjanya.

"Duh, Sya bantuin bawa nampan yang didalem, ya. Sop buntut. Tangan aku gak bisa bawa. Bawa ke meja nomor 7," pinta Niken salah satu karyawan pada Asya. Ketika Asya memasuki dapur. Dengan cekatan Asya mengambil nampan berisi sop buntut itu.

Ikhlaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang