28. 🐣

1.2K 60 12
                                    


28. Berakhir

Satu persatu pelayat mulai meninggalkan pemakaman. Hanum mengelus bahu Asya yang tengah bersimpuh mengusap nisan Maira.

Athaya duduk di seberang, menatap Asya sendu.

"Sayang, sudah ya. Ikhlaskan. Allah lebih sayang sama Maira," ucap Hanum pilu. Wanita itupun juga sangat merasa kehilangan.

Air mata kembali menetes dari netra Asya. Gadis itu kini benar-benar sendiri. Maira sumber kekuatan yang dirinya miliki sekarang telah meninggalkannya juga.

Silvi, Azri beserta keluarganya ikut merasakan apa yang Asya rasakan. Gadis kuat itu kini telah kehilangan sumber kekuatan dan kebahagiaannya.

Sang Paman mendekat. Menepuk-nepuk pelan pucuk kepala Asya.

"Sudah. Tidak baik larut dalam kesedihan. Semua makhluk pasti akan kembali ke penciptanya. Maira pasti sedih melihat kamu seperti ini," ujar Paman yang kini tengah meraih bahu Asya.

Asya mau tak mau berdiri diikuti yang lain.

Aya dan Jefri yang juga hadir tak kalah terkejut mendengar kabar kematian Maira. Terlebih Aya, wanita itu tak menyangka jika gadis yang pernah ia temui beberapa bulan lalu adalah penyebab kematian Maira.

Silvi mendekat memeluk bahu Asya menggiring nya untuk meninggalkan pemakaman.

Paman berjalan mendekat pada Athaya. Menepuk bahu Athaya pertanda menguatkan. Paman tahu apa yang ada dalam pikiran pemuda itu. Mengenai kelanjutan hubungannya dengan Asya.

➷━━━━━━━━❥━━━━━━━━➷

Setelah pulang dari pemakaman Asya segera pulang diantar Silvi dan kedua orang tuanya.

Paman memutuskan untuk mengajak Asya tinggal bersama. Beliau tidak tega membiarkan Asya hidup sendirian. Mau tak mau Asya menurut saja.

Gadis itu jelas sangat terpukul. Perasaan bersalah juga menyesal seketika menyeruk dalam benaknya.

Tentang segala ancaman Larissa yang dirinya abaikan, juga tentang hubungan nya dengan Athaya yang menjadi salah satu penyebab kematian Maira.

Asya menganggap jika semua itu salahnya sendiri. Andai jika dirinya tidak mengabaikan Larissa dan mengakhiri hubungannya dengan Athaya, pasti Maira saat ini masih berada di sampingnya.

"Hei," panggil Silvi yang melihat pandangan kosong Asya.

Asya menoleh tanpa senyum di bibirnya. Kantung matanya yang membengkak benar-benar menandakan seberapa hancurnya hati gadis itu.

"Jangan melamun terus. Gak baik. Ini baju kamu udah semua?" tanya Silvi menunjuk beberapa koper berisi pakaian juga perlengkapan Asya.

Tanpa menoleh Asya langsung mengangguk. Silvi paham mungkin saat ini Asya masih butuh waktu untuk mengikhlaskan kepergian Maira.

➷━━━━━━━━❥━━━━━━━━➷

Athaya memasuki kantor polisi setelah pulang dari pemakaman. Dirinya sengaja tidak ikut mengantarkan Asya pulang. Ia tahu jika gadis itu sedang tidak ingin bertemu dengannya saat ini.

Athaya benar-benar tidak menyangka jika gadis kecil periang yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu harus menerima akibat dari kecemburuan Larissa.

Ikhlaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang