بسم الله الرحمن الرحيم✨
“Saat kau mendapat ujian yang berat, jangan pernah mengukur sendiri kemampuanmu. Namun lihatlah bagaimana kemampuan Allah untuk membuatmu melaluinya.”
(Ustadzah Ummu Hasan Al Kaff)
Ophi_16
✿
✿
✿6. Kak Atha?
Asya duduk dikursi depan meja Dokter Athaya. Dokter muda itu memandang Asya teduh. Iba melihat gadis muda didepannya.
"Dengan siapa?" tanya Dokter yang ber-nametag M. Athaya Abqory itu.
"Saya Asya, Dok. Saya Kakak pasien yang bernama Maira." Asya memandang Dokter Athaya dengan mata berkaca-kaca. Ia berharap jika tidak ada penyakit serius yang di derita Maira.
Dokter Athaya mengangguk. Menunduk memandang meja lalu mendongak menatap gadis di depannya.
Menghela nafas, Dokter Athaya mulai berbicara."Dari pemeriksaan medis. Maira mengidap kanker otak stadium tiga." Perkataan tegas Dokter Athaya berhasil membuat Asya mematung. Air matanya dengan lancang turun membasahi pipi putihnya.
Kedua tangannya membekap mulutnya guna meredam suara tangis yang mulai pecah. Asya menangis tergugu ditempatnya.
Dokter Athaya diam memandang Asya yang menangis pilu di depannya. Ingin sekali bertanya dimana orang tua gadis itu, kenapa gadis itu kemari sendirian. Tapi mungkin sekarang bukan waktu yang tepat.
➷━━━━━━━━❥━━━━━━━━➷Asya duduk dikursi samping brankar tempat Maira dirawat. Melihat kondisi Maira membuat Asya merasa gagal menjadi seorang Kakak.
"Maira. Maafin Kak Asya, ya. Kakak udah gagal jagain Maira," lirih Asya mengelus rambut Maira. Rambut Maira yang dulunya lebat dan tebal, sekarang terlihat begitu tipis. Bahkan banyak yang rontok dibantal yang digunakan gadis mungil itu tidur.
Kemana saja Asya selama ini hingga tak menyadari itu semua.
"Kakak terlalu sibuk kerja. Sampai lupa sama kesehatan Maira. Kakak gagal menjaga Maira. Maira bangun ya sayang. Biar Kakak aja yang gantiin Maira." Silvi,Azri dan juga Dokter Athaya yang berdiri disisi ranjang lainnya ikut sedih melihat Asya.
"Sya, gak baik ngomong kayak gitu. Jangan salahin diri kamu sendiri. Kamu itu Kakak yang baik buat Maira. Kamu berhasil didik Maira menjadi gadis yang pintar. Berhenti salahin diri kamu sendiri." Silvi mencoba menghibur Asya.
Asya menggeleng. "Kenapa harus Maira yang rasain ini semua. Kenapa bukan aku aja, Sil. Dia terlalu kecil untuk mengalami ini semua."
"Asya, berhenti menyalahkan diri kamu sendiri. Semua sudah takdir Allah. Kita sebagai hamba hanya bisa melalui cobaan yang Allah beri dengan melewati semuanya dengan ikhlas," ujar Azri. Bagaimanapun juga ia ikut merasakan kesedihan yang dialami Asya. Jangan lupakan jika gadis yang menangis di depannya ini adalah gadis yang ia cintai.
"Mbak Asya, ini semua bukan salah Mbak Asya. Maira menuruni penyakit yang mungkin diderita salah satu anggota keluarga, Mbak." Dokter Athaya menghela nafas sebelum melanjutkan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlaskah Aku?
ДуховныеApa Definisi Ikhlas Menurutmu? Kamu dituntut untuk ikhlas ketika suamimu menikahi wanita lain demi sebuah tanggung jawab. Dirimu ingin lepas, tapi keadaan tak membiarkanmu lepas darinya begitu saja. Akhirnya kamu terpaksa berbagi pernikahanmu deng...