بسم الله الرحمن الرحيم✨
“Tak harus berlelah membuat orang merasa nyaman berada di dekatmu.
Tak menyakitinya saja itu lebih dari cukup.
Bukan hanya nyaman yang akan mereka rasa, mereka akan dapat lebih dari itu.”(Ustadzah Atika AlMadihij)
Ophi_16
✿
✿
✿12. Rindu
Setelah selesai urusannya dengan Silvi. Asya memutuskan untuk segera kembali. Niatnya yang hanya ingin sebentar tapi malah harus menghabiskan waktu satu jam.
Dari makan siang bersama, juga Sholat berjamaah dirumah Silvi. Ditambah jalanan yang macet. Membuat Asya segera memasuki pintu restaurant dengan tergesa-gesa begitu turun dari motor.
"Huftt...." Asya menghembuskan napas. Segera berjalan memasuki ruangan karyawan dan kembali memakai atribut seragamnya.
Ketika hendak keluar diambang pintu Asya tak sengaja berpapasan dengan Azri yang sepertinya akan menuju ke ruang kerjanya. Terdapat tas yang tersampir dibahu kanannya. Sepertinya pemuda itu baru saja sampai di restaurant setelah tadi pagi dihubungi Hesti. Pikir Asya.
Asya menunduk. Sedangkan Azri diam sejenak lalu tersenyum maklum menatap Asya. Jujur saya, pemuda itu merasa tak nyaman dengan suasana seperti ini.
"Kenapa? Seperti terburu-buru gitu?" tanya Azri memecah kecanggungan. Asya mendongak lalu mengalihkan pandangan.
"Maaf aku telat. Tadi dari rumah Silvi sebentar." Azri menaikkan alis. Tumben Asya keluar di jam istirahat. Biasanya Asya akan menghabiskan waktu istirahat nya diruangan.
Tapi sedetik kemudian Azri mengangguk-anggukan kepalanya. Tahu alasan kenapa Asya pergi kerumah Silvi.
"Nanti bisa bicara sebentar?" tanya Azri masih menatap Asya. Asya melirik sebentar.
"Kapan?"
"Nanti jam pulang. Bisa?"
Asya mengangguk. Lalu setelahnya pamit untuk segera kembali bekerja. Azri sendiri melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya yang berada di lantai dua.
➷━━━━━━━━❥━━━━━━━━➷
Asya berjalan menuju parkiran ketika para karyawan lain juga pergi meninggalkan restaurant.
Sesuai ucapannya tadi siang. Rupanya Azri sudah menunggunya diparkiran. Asya berjalan mendekat. Lalu berdehem singkat. Mengalihkan atensi Azri yang sedang menunduk menatap layar ponselnya.
Azri menegakkan badannya yang semula bersandar pada mobil.
"Jadi ngomongnya?" tanya Asya sembari mulai menaiki motornya. Duduk di atas motor dengan kedua tangan bertumpu pada kepala motor.
Azri berdehem pelan sebelum memulai pembicaraan.
"Aku minta maaf soal semalem. Mungkin karena itu persahabatan kita jadi sedikit bermasalah."
Asya masih diam mendengarkan Azri.
"Aku tahu kita memang hanya bisa sebatas sahabat saja tidak lebih. Anggap saja kemarin aku tidak pernah mengatakan itu semua. Aku benar-benar minta maaf, Sya," ucap Azri dengan raut wajah penuh penyesalan. Tapi tak ayal jika kekecewaan masih mendominasi. Kenyataan bahwa Asya menolaknya secara tidak langsung cukup melukai hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlaskah Aku?
SpiritualApa Definisi Ikhlas Menurutmu? Kamu dituntut untuk ikhlas ketika suamimu menikahi wanita lain demi sebuah tanggung jawab. Dirimu ingin lepas, tapi keadaan tak membiarkanmu lepas darinya begitu saja. Akhirnya kamu terpaksa berbagi pernikahanmu deng...