11. 🐰

1.1K 55 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم✨

“Seorang itu pasti diuji dengan kondisi sejahtera, agar terlihat bagaimana syukurnya.
Atau diuji dengan bencana, agar terlihat bagaimana sabarnya.”

(Ustadzah Noora AlQadrie)

Ophi_16


11. Baikan


Pagi ini aktivitas Asya sama seperti biasanya. Sibuk melayani beberapa pelanggan. Keluar masuk dapur dengan nampan yang diatasnya penuh dengan makanan maupun minuman pesanan para pengunjung.

Mengingat kejadian semalam. Azri tak nampak sedari tadi pagi. Memang semalam Asya belum memberi jawaban. Tapi Asya rasa Azri sudah tahu jawabannya.

Setelah Asya memberi tahu jika Silvi menyukai Azri. Azri sempat mematung. Dan Asya yang tidak mendengar jawaban apapun dari Azri memutuskan untuk kembali memasuki rumah sakit.

Sejak semalam juga Asya mengirimi pesan maupun menelepon Silvi. Tapi sama sekali tak ada balasan. Dan waktu istirahat nanti Asya memutuskan untuk datang menemui Silvi di rumah. Sebenarnya pagi tadi Asya ingin kerumah Silvi dahulu. Tapi macet membuat niatnya gagal. Bahkan Asya berangkat sebelum Maira bangun. Asya menitipkan Maira pada salah satu perawat disana.

"Sya. Mas Azri gak kesini, ya?" tanya Hesti. Asya yang baru memasuki dapur jadi diam sejenak. Lalu setelahnya menggeleng, tak tahu.

"Kenapa emangnya?" Asya ikut bersandar di pantry dapur.

"Mau laporan mengenai peningkatan menu yang terjual. Kayaknya menu yang baru launching minggu lalu jadi menu favorit, deh." Hesti mulai menjelaskan.

Asya tersenyum senang sambil mengangguk.

Minggu lalu Azri launching menu baru. Kombinasi dari resep Jawa dan luar negeri dengan bahan utama sayur. Tak menyangka jika menu baru itu secepat ini menjadi menu favorit. Menggantikan beef favorit disini.

"Alhamdulillah kalau gitu." Asya tersenyum.

"Oh ya. Kamu punya nomornya Mas Azri, kan?" tanya Hesti sambil mengambil ponselnya disaku celana. Asya mengangguk. Karena ia sudah hafal dengan nomor sahabatnya. Maka dengan segera ia mengucapkan digit nomor Azri. Hesti pun dengan cepat mengetikkan beberapa angkanya.

Bisa Asya lihat Hesti mulai mengetikkan sederet pesan di room chat nya dengan Azri. Asya segera beranjak. Dan mulai kembali menghidangkan pesanan.

Jujur saja Asya kurang nyaman jika kembali mengingat Azri. Bukan apa jika ia semakin mengingatnya. Maka semakin ingat pula dirinya jika sudah menyakiti sepupunya.

➷━━━━━━━━❥━━━━━━━━➷

Jam istirahat sudah tiba. Asya memasuki ruang karyawan, dengan segera meraih ponselnya dan mengetikkan pesan kembali untuk Silvi. Berharap dapat balasan dari seberang sana. Namun nihil. Padahal tulisan online terpampang dibawah nama Silvi. Tanda dua centang abu pun tak kunjung membiru.

Asya memutuskan untuk menghubungi pamannya saja. Menanyakan apakah Silvi dirumah atau tidak. Takutnya jika nanti ia kesana tapi Silvi tidak dirumah.

Selang beberapa detik akhirnya suara sang paman terdengar dari seberang telepon.

"Assalamu'alaikum, Paman." Asya menyapa.

Ikhlaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang