30. 🐣

2.3K 79 8
                                    


30. Jarak

Suhu panas dalam ruangan membuat tidur Athaya sedikit terusik. Perlahan matanya terbuka. Bisa ia lihat jika kondisi kamar saat ini gelap, hanya ada sedikit cahaya dari balik gorden yang belum dibuka.

Saat akan bangun dari tidurnya, seketika pusing menyerang kepalanya. Jemarinya terulur untuk menekan pelipisnya yang terasa berdenyut kuat.

Saat berhasil duduk, hal pertama yang Athaya lihat adalah kondisi badannya yang tidak memakai baju. Tidak biasanya dirinya tidur dengan bertelanjang dada seperti ini. Pusing yang mendera membuatnya tidak bisa mengingat kejadian semalam.

Dengan perlahan kakinya berjalan menuju jendela. Menyibak gorden yang entah mengapa Athaya sedikit merasa asing dengan gorden tersebut. Gorden kamarnya bukan seperti ini.

Saat berbalik alangkah terkejutnya ia begitu melihat seorang perempuan tengah tidur pulas di samping dia tidur sebelumnya.

"Astaghfirullah! Siapa kamu?!"

Suara baritonnya membuat gadis itu terbangun. Athaya membelalakkan matanya begitu melihat adik angkatnya lah yang baru saja bangun.

"Viola?!"

Viola yang mulai mendapatkan kesadarannya langsung menangis. Dengan kedua tangan yang memegang erat selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Mas Atha," lirih Viola menatap Athaya sendu.

"Viola, apa yang telah terjadi?" Suara Athaya tercekat. Athaya mengelilingkan pandangannya. Dapat ia lihat pakaiannya berserakan dilantai bercampur dengan pakaian Viola.

"Mas Atha semalam mabuk," parau Viola.

"Viola bertemu dengan Mas Atha disalah satu club malam. Viola berniat membantu Mas Atha dengan membawa Mas Atha ke apartemen Vio."

"Tapi, kejadian setelahnya itu benar-benar terjadi antara suka sama suka, Mas. Viola juga tidak bisa menolak ajakan Mas."

Viola tergugu setelah sedikit menjelaskan. Athaya menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Dirinya sama sekali tidak bisa mengingat kejadian semalam.

Namun, dengan bukti kondisi kamar pagi ini. Juga segala penjelasan dari Viola membuat Athaya tidak berkutik.

"Mas harus tanggung jawab."

Athaya terduduk disisi ranjang membelakangi Viola yang semakin terisak dalam tangisnya. Bagaimana bisa dirinya melakukan hal sehina itu?

"Mas harus segera nikahin Viola!" seru Viola.

Athaya berdiri dari duduknya. Mengacak rambutnya kacau.

"Vio, kita saudara. Tidak mungkin Mas nikahin kamu."

"Mas gak mau nikahin Viola, tapi Mas udah nikmatin tubuh Viola! Mas egois, Mas pengecut. Bagaimana kalau Viola hamil, Mas?!"

"Tapi Mas sama sekali tidak mengingat kejadian semalam! Mas tidak bisa menikahi kamu, kita saudara!"

"Aaaa!" teriak Viola.

"Kita bukan saudara kandung, Mas. Kita melakukannya dengan sama-sama rela. Mas harus tanggung jawab!"

Istighfar tak berhenti Athaya lantunkan. Dengan cepat dirinya meraih kemejanya dilantai. Viola mengamati pergerakan Athaya yang kembali memakai bajunya.

"Mas mau kemana?!"

"Mas harus pulang."

"Mas mau pergi gitu aja setelah Mas buat Viola kehilangan harga diri Viola?"

Athaya tak menjawab. Langsung saja pemuda itu berjalan menuju pintu. Namun ucapan Viola sukses membuatnya mengurungkan langkahnya.

"Kalau Mas Atha gak mau tanggung jawab. Viola akan bilang kejadian ini sama Mama dan Papa!" seru Viola mengancam.

Ikhlaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang