8. 🕊

1.1K 64 6
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم✨

“Wahai hamba yang menginginkan surga sebagai tujuan, tanyakan pada dirimu apakah kau layak mendapatkan surga tanpa memiliki cinta dari sang Pemilik Surga?”

(Ustadzah Muna AlMunawwar)

Ophi_16


8. Mama.

Siang ini Asya sedang istirahat di ruang khusus karyawan. Pengunjung yang sangat ramai, membuatnya begitu merasa lelah dan panas. Ditambah matahari yang sangat terik.

Mengingat kondisi Maira, ada perkembangan. Bahkan Maira sudah jarang mimisan. Tapi, rambutnya semakin hari semakin banyak rontok. Membuat gadis mungil itu sedih, karena Maira begitu menyukai rambut panjangnya yang lebat.

Tapi keberadaan Dokter Athaya mampu membuat Maira tersenyum kembali. Asya bersyukur untuk itu. Setidaknya Maira masih bisa tersenyum dan tidak larut dalam kesedihan. Setidaknya jika pikiran Maira dalam keadaan baik maka akan membantu kondisinya semakin baik pula.

Meskipun kankernya sudah sampai stadium tiga, gadis itu bahkan tetap tegar dan berusaha membuat orang-orang disekitarnya tersenyum dan tidak sedih karenanya.

Asya benar-benar bersyukur akan itu. Dan ia berharap jika Maira bisa sembuh nantinya.

Semenjak kejadian di taman rumah sakit beberapa hari yang lalu. Membuat komunikasi antara Asya dan Dokter Athaya semakin dekat. Meskipun awalnya Asya sempat canggung karena mendengar godaan Dokter Athaya.

Asya tak menyangka, jika Dokter Athaya yang terlihat begitu bijaksana bisa dengan mudahnya melempar kata godaan seperti kemarin. Membuat pipi Asya memerah dan jantung berdegup kencang ketika mengingatnya.

Setelah kejadian di taman rumah sakit waktu itu. Maira bilang jika bosan. Akhirnya Dokter Athaya dengan senang hati membawa Maira jalan-jalan di taman kota. Meskipun sama-sama taman, setidaknya Maira bisa menghirup udara luar rumah sakit.

Asya yang melihat jika Maira bosan pun hanya ikut saja. Karena sang Dokter juga sudah mengizinkan bahkan yang membawa Maira jalan-jalan.

Asya masih ingat wajah berbinar Maira begitu melihat teman sebayanya yang juga banyak bermain di taman. Sempat sedih karena teman sebayanya pergi bersama kedua orang tua. Sedangkan, ia sudah tak mempunyai orang tua.

Namun, jangan lupakan keberadaan Dokter Athaya. Dokter muda itu mampu membuat Maira merasa tak sedih lagi. Entah dengan candaan maupun sikap yang penuh akan kasih sayang. Sepertinya Dokter Athaya sudah sangat menyayangi Maira.

Dan di taman kota itulah. Asya mengetahui usia Dokter Athaya yang sebenarnya. Diusia yang baru menginjak 26 tahun sudah bisa menyandang sebagai Dokter Spesialis Kanker.

Dari cerita Dokter Athaya juga, jika Dokter muda itu selalu mengambil akselerasi semenjak masih SMP. Tak heran jika diusianya yang baru menginjak 18 tahun sudah lulus S1 dilanjut S2, sampai ia bisa menyandang Dokter spesialis.

Dokter muda itu juga bercerita jika ia menjadi Dokter juga meneruskan jejak sang Papa. Sedangkan Sang Mama sebagai Dokter kandungan.

Dari perbincangan dan juga pembawaan Dokter Athaya, Asya merasa jika Dokter Athaya memang pemuda yang baik, dan dari keluarga yang baik juga.

Ikhlaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang