26. 🐣

1.2K 49 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم✨

Tahukah kenapa Allah pernah membuat dirimu di posisi paling terendah dalam hidupmu?
Agar kau tetap tawadhu ketika Allah angkat pada posisi tertinggimu.

(Ustadzah Tavi Alhasani)

Ophi_16


26. Terikat

Suasana taman yang ramai dengan beberapa jeritan anak kecil yang berlari kesana kemari, juga beberapa teriakan para orang tua yang melarang anaknya agar tidak berlaku nakal.

Pagi ini Hanum mengajak Maira ke taman kota untuk bermain. Tentunya bersama Athaya dan Asya yang ikut menemani.

Rama sendiri tidak bisa ikut.

Hanum terlihat bermain dengan Maira diatas tikar yang sengaja di bentangkan di rerumputan. Asya dan Athaya ikut duduk disisi lainnya.

Melihat Asya dan Athaya yang sedari tadi tak bertegur sapa membuat Hanum mengerti jika keduanya butuh waktu untuk berbicara secara privasi.

Hanum mengajak Maira untuk membeli balon dekat air mancur ditengah-tengah taman. Meninggalkan Asya dan Athaya dalam kebisuan.

Asya meremas jari-jari tangannya, sedikit canggung karena dari beberapa hari lalu tak pernah mengobrol seperti dulu dengan Athaya.

Athaya sendiri menggaruk pelipisnya. Tak bisa membohongi dirinya jika sangat menunggu jawaban Asya atas lamarannya beberapa hari lalu.

"Saya masih menunggu jawabannya," ujar Athaya memecah keheningan. Asya sempat tersentak karena Athaya yang tiba-tiba membahas masalah itu.

Tapi dirinya tahu tak baik menggantung Athaya terlalu lama. Tapi, akan banyak resiko yang akan mereka tanggung sebab jawaban Asya nantinya.

"Boleh saya jawab sekarang?" tanya Asya menunduk dalam. Athaya ditempatnya langsung menoleh kearah Asya dengan senyum lebar terbit dibibirnya, meskipun tak urung jika dirinya begitu takut jika jawaban Asya tak sesuai dengan apa yang ia harapkan.

Asya melirik Athaya sekilas saat Athaya menangguk pelan.

Asya mengalihkan pandangan. Menghela napas guna meredakan gejolak dalam hatinya.

"InsyaAllah, saya bersedia, Dok." Teramat lirih suara yang dikeluarkan Asya. Tapi cukup mampu didengar dengan jelas untuk Athaya.

Untuk beberapa detik Athaya diam. Mencoba mencerna dengan baik jawaban dari Asya. Takut jika ia salah dengar karena ekspektasinya sendiri.

Namun melihat Asya yang mengangkat kepala dan menatapnya dengan senyuman manis. Mampu membuat Athaya yakin jika barusan yang dirinya dengar nyata adanya.

Lirih syukur tak berhenti terucap dari bibir Athaya. Rasa senang, bahagia, juga syukur melebur jadi satu. Akhirnya dirinya benar-benar bisa melaksanakan ibadah seumur hidup bersama orang terkasihnya, Asya.

"Terimakasih, terimakasih banyak, Asya," ujar Athaya teramat senang. Secepat mungkin dirinya akan membicarakan ini pada kedua orang tuanya. Mungkin nanti setelah mereka tiba dirumah.

Asya tersenyum sambil menunduk. "Sama-sama, Dok. Terimakasih juga sudah memilih saya sebagai pendamping Dokter Athaya."

Maira datang bersama Hanum dengan dua balon ditangannya.

"Kak Sya! Mai beli balon!" seru Maira duduk disamping Asya. Asya tersenyum lalu merangkul pundak Maira lembut.

Hanum tersenyum melihat binar bahagia dari wajah Athaya. Memberi kode pada Athaya. Athaya mengangguk sambil tersenyum.

Ikhlaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang