بسم الله الرحمن الرحيم✨
"Jika kamu mencintai sesuatu karena tujuan, kelak jika tujuannya tercapai maka cintanya tersebut akan hilang.
Namun, jika kamu mencintainya tanpa tujuan, maka cinta tersebut tidak akan hilang."(Ustadzah Zainab Mahdina BSA)
Ophi_16
✿
✿
✿20. Kedekatan
Setelah makan siang bersama Asya memutuskan untuk segera pulang. Sekolah Maira pun baru bisa dimulai besok karena gurunya mendadak tidak bisa datang.
"Maira. Kak Sya pulang, ya. Maira jangan nakal," ucap Asya pada Maira yang mengantarnya sampai teras depan.
Hanum, Rama, juga Athaya pun ikut mengantar.
"Gak akan nakal, kok. Iya, kan, Maira?" tanya Rama. Maira menoleh kearah Rama sambil tersenyum lalu mengangguk.
"Iya, Pa."
Maira kembali menatap Asya. "Mai gak akan nakal, kok. Kak Sya kalau kesepian dirumah main aja kesini. Mai pasti kangen banget sama Kak Sya."
Bocah itu melengkungkan bibirnya ke bawah. Kemarin-kemarin dirinya begitu bersemangat ingin kembali sekolah. Tapi, sekarang dirinya merasa tidak bisa jauh-jauh dari Asya.
Asya tersenyum.
"Iya, tiap hari sehabis Kak Sya kerja, Kak Sya pasti mampir kesini. Kalau enggak, nanti Kak Sya telepon." Asya mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Maira. Meraih Maira kedalam dekapan hangatnya.
Maira mengeratkan pelukannya pada Asya. Menumpukan kepalanya pada bahu Asya. Bocah kecil itu begitu menyayangi Asya. Semua orang tahu itu. Dan Asya pun juga sangat menyayangi Maira.
Hanum dan keluarga tak pernah memaksa untuk mengajak Maira tinggal bersama. Tapi, mengingat keadaan Maira. Memang hanya ini jalan satu-satunya.
Athaya tersenyum melihatnya. Terlintas bagaimana awal mula pertemuannya dengan Asya waktu itu. Tak menyangka jika mereka bisa semakin dekat seperti ini. Meskipun penyebab kedekatan mereka karena dirinya sebagai dokter Maira.
Asya melepas pelukan. Mengelus pipi Maira dengan lembut. Lalu mengecup pelan dahi Maira. Semoga nantinya keadaan Maira benar-benar bisa pulih seperti sedia kala. Kasihan gadis kecil itu. Diusianya yang masih belia harus menderita penyakit ganas yang mematikan.
Kalau bisa Asya ingin dirinya saja yang menggantikan posisi Maira. Dirinya tak sanggup melihat adiknya yang dulunya begitu aktif dan ceria. Harus menjadi sosok gadis yang lemah karena penyakitnya.
Asya berdiri dari duduknya. Lalu menoleh menatap orang yang ada disana satu persatu.
"Kalau begitu saya pamit pulang Bu, Pak, Dok." Asya membungkukkan badannya sambil menatap mereka.
"Terimakasih atas bantuannya merawat Maira."
Hanum tersenyum lalu maju mendekati Asya. Memeluk Asya lama. Asya dengan senang hati membalas pelukan hangat Hanum. Selalu nyaman seperti pelukan sangat Bunda.
Ah, Asya jadi merindukan kedua orang tuanya. Kini dirinya akan hidup sendirian dirumah.
Asya dan Athaya berjalan memasuki mobil. Maira melambaikan tangannya pada Asya. Asya pun balas sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlaskah Aku?
EspiritualApa Definisi Ikhlas Menurutmu? Kamu dituntut untuk ikhlas ketika suamimu menikahi wanita lain demi sebuah tanggung jawab. Dirimu ingin lepas, tapi keadaan tak membiarkanmu lepas darinya begitu saja. Akhirnya kamu terpaksa berbagi pernikahanmu deng...