17. 🐰

1K 57 12
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم✨

“Orang paling bahagia adalah orang yang tidak menunggu sesuatu dari orang lain kecuali hanya berharap dari Allah.”

(Ustadzah Sofiyah Syekh Assegaf)

Ophi_16


17. Sama-sama Salah Tingkah

Asya dan Athaya memasuki area rumah sakit. Maira sendiri sudah tidur pulas di gendongan Athaya.

Menjelang sore mereka baru kembali dari acara makan bersama. Awalnya Athaya akan pulang bersama Viola. Tetapi Hanum meminta agar pemuda itu mengantar Asya kembali kerumah sakit saja. Biarkan Viola pulang bersama Hanum dan Rama.

Sang perawat sendiri sudah melenggang kembali menuju tempat kerjanya.

Asya membukakan pintu ruang kamar inap Maira dan mempersilahkan Athaya untuk segera membaringkan Maira keatas ranjang.

Setelahnya Asya membenarkan letak selimut. Athaya melihat seluruh gerak gerik gadis muda itu.

"Mbak Asya?" panggil Athaya dengan nada sedikit memelan. Asya menoleh perlahan lalu bertanya.

"Iya, Dok?"

"Bisa bicara sebentar?" tanya Athaya sambil menunjuk sofa ujung ruangan.

Asya melirik sekilas lalu mengangguk. Athaya lebih dahulu duduk disana. Menyisakan sisi tengah yang lenggang untuk jaraknya duduk dengan Asya.

Athaya berdehem memulai pembicaraan.

Dengan pandangan kearah Maira, pemuda itu mulai bicara.

"Mengenai rencana homeschooling tadi, saya dan kedua orang tua saya serius, Mbak."

Asya diam menyimak, pandangannya juga terarah pada Maira. Berpikir mungkin jika nanti ia mengijinkan Maira sekolah dirumah Athaya, itu artinya Maira akan tinggal disana, bukan? Dan Asya tinggal sendirian dirumah.

Pasti akan sangat sepi jika tidak ada Maira dirumah. Pasti akan sangat rindu dirinya dengan Maira nanti. Apalagi jika dirinya harus lembur kerja. Akan sangat tipis waktunya bersama Maira.

Tapi, Maira pasti akan sangat senang bisa sekolah lagi. Dan Asya akan jauh lebih senang dan bahagia melihat Maira senang.

Asya menghela napas sebelum menjawab. "Lalu bagaiamana, Dok?"

Athaya menoleh sebentar kearah Asya. Tersenyum tipis sembari menjawab.

"Dan kami akan sangat senang jika niat baik kami Mbak Asya setujui. Ini juga demi kebaikan Maira nanti. Papa juga bisa mengawasi perkembangan kondisi Maira ketika saya bertugas dirumah sakit," jelas pemuda itu.

"Mbak Asya bisa kapan saja datang kerumah jika nanti ingin bertemu dengan Maira. Maira pasti nanti juga akan sangat rindu dengan Mbak."

"Awalnya berat juga bagi kami memisahkan Mbak Asya dan Maira. Tapi melihat keantusiasan Maira membuat kami semakin ingin menyekolahkan Maira kembali. Akan sangat rawan jika Maira di sekolahkan di sekolah umum."

Ikhlaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang