Saya kembali bersama ANTARA readers!
Happy reading!
Apa kepercayaan yang besar terhadap sebuah hubungan selalu berakhir baik?
Atau rasa curiga juga diperlukan dalam suatu ikatan?"Mas enggak mau mampir? Ketemu nenek," ucap Mikha.
"Memangnya enggak ganggu?" tanya David.
"Enggak lha, yuk!" ajak Mikha.
Mikha lalu mempersilakan David duduk di kursi yang ada di depan rumah. Kemudian dia masuk ke dalam, memanggil nenek. Tidak lama kemudian, Mikha sudah kembali bersama nenek.
"Assalamualaikum, Nenek apa kabar?" David menyalami nenek.
"Waalaikumsalam, alhamdulillah apik. Koe piye kabare, Nak?"
"Sehat, Nek. Alhamdulillah."
Mikha lalu masuk lagi ke rumah. Selang beberapa menit dia kembali dengan nampan, membawa dua gelas teh. Mikha ikut duduk bersama David dan nenek. Mereka mengobrol santai malam itu. Sekedar membahas tentang pekerjaan dan hal-hal ringan lainnya.
"Ada tamu kok enggak disuruh masuk, Kha?" tanya ayah yang menghampiri mereka.
"Penak nang kene wae, isis." Nenek yang menjawab.
David berdiri dari duduknya, menyalami ayah Mikha. Ada perasaan lega di hati David. Ayah Mikha menerima kehadirannya. Tidak seperti saat Mikha masih SMA. Ayahnya tidak suka jika David bertamu. Mengajak Mikha masuk dengan berbagai alasan.
Setengah jam David berada di rumah Mikha. Ayah pun ikut bergabung mengobrol. David pamit karena sudah malam, dia belum istirahat sepulang dari kerja.
"Ayah saja yang antar David, kamu masuklah sama nenek," ucap ayah.
Mikha menuruti ucapan ayah. Ayah mengantar David sampai ke mobil. David ingin menyalami ayah sebelum masuk mobil. Namun, ayah mengajaknya bicara sebentar.
"David, maaf kalau dulu saya terkesan tidak suka dengan kamu. Waktu itu Mikha masih SMA. Saya tidak mau sekolahnya terbengkalai," ucap ayah.
"Iya, Om. Saya paham."
"Vid, saya minta sama kamu. Jangan pernah sakiti Mikha. Jika itu sampai terjadi, saya akan sangat marah."
"Iya, Om. Saya janji untuk selalu menyayangi dan melindungi Mikha."
"Saya pegang janji kamu. Mikha itu tidak pernah punya hubungan spesial dengan lelaki lain. Setahu saya, dia cuma dekat dengan kamu dari SMA sampai sekarang. Jadi, sekali lagi saya katakan untuk tidak menyakiti putri saya."
"Iya, Om."
"Ya sudah, sekarang kamu boleh pulang. Pasti capek seharian kerja."
"Saya pamit, Om. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
*****Udara pagi yang sejuk mampu membangkitkan semangat. Semua orang siap untuk beraktivitas kembali. Tidak terkecuali Tania. Sahabat Mikha itu masih di kamar. Dia menyingkapkan tirai jendela. Memandang ke luar lalu membuka jendela. Tania menghirup udara pagi, tubuhnya semakin rileks.
Tania masih berdiri di dekat jendela. Tangannya memegang gawai. Dia mulai berselancar di beranda media sosial. Matanya membesar, memastikan apa yang tengah dilihat. Tania menutup aplikasi tersebut. Kemudian dia menghubungi sahabatnya.
"Mikhaaa ...." teriak Tania.
"Tania, please deh enggak pakai teriak." Suara Mikha terdengar kesal.
![](https://img.wattpad.com/cover/221901224-288-k621836.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
Fiksi UmumKita adalah Antara. Antara adalah sebuah pembatas dari setiap pilihan yang ada. Kita adalah pembatas itu, berada di tengah. Terkadang bingung mau ke kiri atau ke kanan, ke atas atau ke bawah. Pergi atau tetap tinggal. Seperti Mikha, yang awalnya pe...