Hai hai readers setia ANTARA!
Sorry ya aku baru comeback, cusss deh langsung baca!Lagi, aku harus menentukan pilihan
Aku kembali menjadi ANTARAMikha sudah sedikit lebih tenang. Derai air matanya sudah reda. Mikha menyandarkan tubuhnya pada kepala kasur. Tania duduk disebelahnya, siap menjadi pendengar.
"Sekarang aku harus bagaimana, Tan? Beginikah ending kisahku dan mas David?" tanya Mikha tidak bergairah.
"Kamu adalah tokoh utama dalam kisahmu, Kha. Kamu yang akan menjadi penentu akhirnya, apakah happy atau sad ending? Perasaan yang kamu rasakan pun memengaruhi. Bahagia dengan akhir yang begini? Atau sebaliknya." Tania merasa tidak pantas menjadi penentu pilihan Mikha, dia hanya bisa memberikan kalimat pendorong agar Mikha memikirkan segala kemungkinannya.
"Aku masih gamang. Gambarannya juga belum terbayang. Apakah ini akan menjadi kisah yang menyedihkan? Atau justru kisah penuh pelajaran?" Tatapan Mikha begitu sendu, matanya sembab.
"Enggak perlu buru-buru, Kha. Pastikan pilihan itu adalah yang terbaik," ucap Tania mengingatkan.
Mikha diam saja. Keadaannya belum stabil. Pikirannya pun bercabang entah kemana-mana.
"Kalau gitu aku pulang dulu. Kamu perlu waktu sendiri, Kha. Aku enggak mau memengaruhi keputusanmu. Kehidupan selanjutnya kamu yang akan jalani, kamu yang lebih tahu tentang dirimu." Tania lalu turun dari kasur dan membenahi penampilannya.
"Makasih ya, Tania. Aku sedikit tenang udah berbagi kesedihan ini sama kamu." Mikha beranjak dari kasur, mendekati Tania.
"Aku juga lega udah mastiin keadaan kamu, yang sabar ya! Kamu wanita hebat!" Tania memeluk dan mengusap lembut punggung Mikha.
Mikha mengangguk dalam pelukan Tania. Air matanya menetes sedikit dan cepat-cepat menghapusnya saat pelukan mereka terlepas. Mungkin dia tidak ingin Tania melihat tetapi sahabatnya tidak mudah ditipu.
"Jangan nangis lagi, air mata kamu terbuang sia-sia kalau menangisi perselingkuhan kak David." Tania menatap lekat kedua mata Mikha.
"Aku enggak nangis lagi karena itu, aku sedih karena enggak nyangka jadi begini, aku merasa bodoh, selama ini aku yang enggak mau mengakui kenyataan. Aku yang menutup mata," ucap Mikha tertunduk.
"Udah dong, Kha. Sekarang yang harus kamu lakukan menentukan keputusan, minta petunjuk sama yang menghadirkan Cinta. Kita punya Tuhan, Kha." Tania terus mengingatkan Mikha untuk tidak bersedih lagi.
Mikha mengangguk lalu mengantar Tania ke depan rumah.
****"Aurel ... keluarlah! Ayo makan dulu!" Andri mengetuk pintu kamar dan memanggil Aurel.
Sudah entah berapa kali tetapi Aurel enggan menjawab apalagi keluar dari kamar. Ayahnya begitu khawatir.
Andri menunda kepulangannya. Dia khawatir akan keadaan Aurel. Meskipun posisi Aurel salah tetapi Andri tidak ingin memojokkan sepupunya. Semuanya harus selesai dan berjalan sebagaimana mestinya.
"Aurel ... masalahnya enggak akan selesai kalau kamu begini terus, Nak. Ayo, makan! Ayah enggak mau kamu sakit." Ayah Aurel yang sedari tadi diam akhirnya bersuara.
Ceklek.
Aurel membuka pintu setelah mendengar ucapan ayahnya. Dia tertunduk, menyembunyikan semburat sedihnya. Ayah Aurel memeluknya. Kemudian mereka duduk di ruang makan."Aurel ... kenapa kamu enggak bilang kalau David udah punya kekasih? Ayah tentu enggak akan memaksa kalian bersama. Apalagi kamu harus menjadi selingkuhan." Ayah Aurel sangat kecewa dan terpukul.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
BeletrieKita adalah Antara. Antara adalah sebuah pembatas dari setiap pilihan yang ada. Kita adalah pembatas itu, berada di tengah. Terkadang bingung mau ke kiri atau ke kanan, ke atas atau ke bawah. Pergi atau tetap tinggal. Seperti Mikha, yang awalnya pe...