Sesuai janjiku, aku kembali readers! Membawa episode terakhir ANTARA.
Happy reading!
Apakah sudah usai?
Inikah akhirnya?
Tidak ada kepastian
Penutup bukan berarti menjadi akhir"Kamu yakin, Rel? Udah dipikirkan bener-bener?" tanya Andri.
"Udah, Ndri. Aku yakin dengan keputusan ini."
Pagi itu Aurel ke kantor agency menemui Jasmine.
"Saya bisa bantu kamu. Tapi kamu harus siap, waktunya enggak sebentar Aurel. Paling cepat dua tahun," ucap Jasmine.
"Tidak masalah, Bu."
"Baiklah, saya akan urus semuanya. Sejujurnya saya juga tidak mau kehilangan model seperti kamu. Terima kasih sudah memilih jalan ini."
*****Sebelum berangkat ke kantor, David mengunjungi rumah Mikha. Dia ingin memberitahu kalau hubungannya dengan Aurel benar-benar sudah selesai. Dia ingin Mikha memberi kesempatan dirinya untuk memperbaiki keadaan. Namun sayang. David terlambat.
"Mikha udah pergi, Vid." Ibu Mikha memberitahu.
"Pergi kemana Tante? Ke rumah nenek?" tanya David.
Ibu Mikha hanya menggeleng.
"Mikha menitipkan ini untuk kamu." Ibu Mikha memberikan bingkisan dan sebuah surat.
David masih belum bisa menguasai dirinya. Dia masuk ke mobil dan membuka bingkisan tersebut. Sebuah jam tangan. Ada kartu ucapan selamat ulang tahun di dalamnya. David refleks menangis. Mikha sudah menyiapkan kado untuknya.
Suara tangis David pecah memenuhi mobil. Dia tidak lagi bisa menahan. David kemudian membuka surat dari Mikha.
Hai Mas!
Sekali lagi selamat ulang tahun ya! Maaf karena enggak bilang langsung. Dan maaf karena kemarin surprisenya gagal. Padahal aku mau ulang tahun kamu kali ini menjadi yang paling istimewa dan enggak akan terlupakan.Mas, aku pamit. Aku harus pergi. Jika kamu kesulitan memilih maka aku akan mempermudahnya. Aku saja yang pergi, Mas.
Jangan cari aku! Mulailah dari awal lagi. Anggap saja kita hanya bertemu didalam mimpi. Dan sekarang waktunya kamu bangun. Hadapi hidup yang sesungguhnya.
Mas, jangan hidup dengan rasa bersalah! Aku memang kecewa tetapi aku enggak bisa benci sama kamu. Aku memilih pergi karena takut akan kecewa lagi. Cinta itu masih ada, Mas.
Jika suatu hari aku kembali dan kita ditakdirkan bersama, kuharap saat itu lukaku benar-benar sudah sembuh. Tapi bukan berarti aku meminta kamu menunggu. Sekali lagi aku minta. Yakinkan diri Mas! Siapa pemilik hati kamu sesungguhnya.
Mas, terima kasih atas kenangan manis selama ini. Terima kasih sudah mencintaiku. Aku enggak tahu sampai kapan akan memelihara cinta ini. Terima kasih, Mas. Aku pergi.
Setelah membaca surat Mikha, tangis David semakin menjadi. Betapa menyesalnya karena telah mengecewakan Mikha. Bahkan isi surat Mikha masih begitu manis. Tidak ada kebencian sedikit pun tertulis.
"Mikhaaaaa ... aaaaahhh, enggak ... Kamu enggak boleh pergi, Mikhaaaa ... maafkan, Mas! Mikhaaaa ...." David histeris.
David mencoba menghubungi Mikha tetapi tidak tersambung. Mikha pergi tanpa jejak.
Sesampainya di kantor David dipanggil ke ruangan bos. David diturunkan jabatannya dan diskors tidak mendapat gaji satu bulan. David juga harus melalui masa percobaan kembali selama enam bulan agar tetap bisa bekerja disana. Dia menerima saja. Nama perusahaan menjadi perbincangan karena dirinya. Apa yang didapatnya tidak sebanding dengan kerugian project yang gagal karena skandal dirinya dan Aurel.
*****Sepulang dari kantor David berniat mengunjungi Aurel. Dia ingin meminta maaf dan menanyakan bagaimana pekerjaannya? Setibanya di rumah Aurel. David hanya menemukan papan yang tergantung di pintu.
'Rumah ini dijual'
David memanggil-manggil Aurel.
"Orangnya sudah tidak di rumah, Mas. Sudah pergi tadi pagi." Seorang tetangga memberitahu.
"Aurel ... kemana kamu? Apa kamu dipecat? Bagaimana keadaan om Rahardjo? Ini semua salahku," batin David.
Hal yang sama dilakukan David, menghubungi Aurel dan hasilnya pun sama seperti saat dia menghubungi Mikha. Tidak tersambung.
*****Mikha
Apakah ini memang akhirnya? Aku sendiri tidak tahu. Kekecewaan ini membawaku pergi dari mas David. Rasa cintaku pun tidak mampu menjadi penawar kecewa. Terlalu sakit.Bertahun-tahun aku dan mas David memupuk cinta agar tetap subur. Namun, dalam waktu setahun mas David menyembunyikan bara yang siap membakar kapan saja. Hari ini, semuanya hangus. Menyisakan abu cinta yang siap berhamburan bersama udara. Apakah aku harus menyimpan abu itu dalam guci? Jika pun iya, abu itu tidak akan pernah utuh kembali bukan?
"Kha ... kang Anto wes teko, Nduk. Ayo mangkat mengko ketinggalan pesawat," ucap nenek menghampiriku ke kamar.
"Iyo, Nek."
Sebelum berangkat aku memeluk erat nenek. Akhirnya nenek tetap tinggal disini dan aku menerima beasiswa dari kampus. Melanjutkan S2 di India sebenarnya tidak menjadi pilihan utama sejak awal. Begitulah Tuhan menetapkan takdir. Terkadang hal yang tidak menjadi prioritas yang menolong kita. Apakah ini hari terakhirku menjadi sebuah antara?
"Ojo hidup karo masa lalu, Nduk! Sing ora apik wes Gusti Allah tunjukne."
Aku hanya mengangguk dalam pelukan nenek.
*****
Satu bulan kemudian....Sikap David yang tidak tegas menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Hidup dengan penuh penyesalan dan kehilangan semua hal yang pernah dia pertahankan karena egois. Keserakahan itu membuat David tidak memiliki satu pun dari semuanya. Kini rasa bersalah menghantui setiap hari. Ketidaktahuan akan keberadaan Mikha dan Aurel semakin membuatnya terpuruk. Apakah mereka baik-baik saja? Atau justru merana karena ulahnya. David telah dihukum semesta. Ketenangan hidup menjadi hal yang mustahil bagi David.
Aurel
Aku merasa terasingkan di kota ini. Hidup dengan bersembunyi demi memperbaiki keadaan yang kacau karena kesalahanku. Sebenarnya aku juga tidak yakin semuanya akan kembali seperti semula. Namun, akan kucoba.Aku tidak tahu bagaimana kabar David dan Mikha. Sepertinya memang lebih baik begitu. Kuharap mereka sudah berbaikan.
Perih rasanya. Kurelakan cintaku. Sebagai penebusan rasa bersalah terhadap dia yang terluka karenaku.
Mikha
Belum lama aku pergi, jelas rasa itu masih meninggalkan bekas. Jejak luka itu, apakah akan memudar? Tanyaku pada langit disuatu malam. Di negeri ini, harapku untuk menemukan penawar luka. Namun bagaimana aku akan membaik bila lupa akannya saja aku tidak bisa.Dalam atma, terpatri cinta sekaligus kecewa. Dia yang membuatku bahagia dan yang melumpuhkan kesenangan itu. Dia, pemantik asa sekaligus pemadam cita. Mengapa tidak kunjung lenyap dari ingatan?
Bagaimana jika segala tentangnya terus bersemayam dalam jiwa? Mungkinkah aku akan sembuh dari kesakitan ini?
Kemungkinan itu selalu ada, itu yang kupercaya. Perlahan akan kulepas ikatan yang tidak seharusnya. Rengkuhan yang hanya mencipta memar, tidak semestinya kupertahankan. Ini keputusanku. Tentang menemui akhir, aku tidak terlalu yakin. Biarlah. Kunikmati segala perih hingga aku lupa bahwa aku sedang tidak baik-baik saja.
Apa-apa yang terasa telah selesai belum tentu demikian adanya. Satu hal yang memang telah usai, harapan untuk berbahagia dengannya.
~selesai
Jangan lupa vote dan komentarnya ya readers!
Terima kasih sudah membaca!
Terima kasih sudah menjadi pembaca setia ANTARA!
Terima sudah mengikuti hingga sejauh ini!
Aku enggak bisa bilang apa-apa lagi selain TERIMA KASIH!Love love untuk readers kesayangan!
Kasih kesan untuk cerita ANTARA di komentar ya!
Thank you, thank you, thank you!
See you di cerita aku yang lain!
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
General FictionKita adalah Antara. Antara adalah sebuah pembatas dari setiap pilihan yang ada. Kita adalah pembatas itu, berada di tengah. Terkadang bingung mau ke kiri atau ke kanan, ke atas atau ke bawah. Pergi atau tetap tinggal. Seperti Mikha, yang awalnya pe...