Setianya membuat orang lain merasa iri
Bukan tak ada yang berusaha merebut hati
Namun, kesetiaan diatas segalanyaMasih ditahun 2009, pertengahan bulan Desember, Mikha yang sudah berseragam putih abu-abu tengah mempersiapkan perlengkapan ujian semester ganjil, ujian pertamanya setelah berstatus siswi SMA. Hari itu adalah hari pertama ujian. Mikha terlihat begitu bersemangat. Ia sudah sangat siap untuk melaksanakan ujian.
Mikha sudah tiba di sekolah. Setelah menemukan ruang ujiannya, ia mencari dimana tempat duduk yang tertempel nomor peserta ujian miliknya. Dan bangku baris kedua dari pintu kelas, dengan posisi paling depan. Mikha menemukannya.
"Siapa ya senior yang duduk disebelah," batin Mikha penasaran.
Di sekolah Mikha memang selalu mengacak siswa dan siswi dalam satu ruangan ketika ujian. Biasanya, setiap meja dengan dua bangku akan diisi dengan kakak kelas dan adik kelas. Hal tersebut salah satu cara yang dilakukan agar para peserta didik tidak saling menyontek atau bekerja sama.
Bel masuk berbunyi. Mikha keluar ruangan untuk berbaris dan melewati pemeriksaan perlengkapan ujian. Ia masih belum tahu siswa yang akan duduk di sebelahnya. Saat Mikha masuk ke kelas, bangku di sebelahnya masih kosong. Sampai akhirnya setelah beberapa menit Mikha duduk,
"Hei, Mikha!" sapa seorang siswa.
"Ya," sahut Mikha tanpa menoleh ke arah pemilik suara, ia masih sibuk meruncingkan pensil.
"Mikha, ngapain?" tanya siswa tersebut.
"Enggak lihat nih, lagi ngeruncing pensil." Mikha kesal.
Ada siswa yang sok akrab dengannya, bisa tahu pula namanya. Siapa sih siswa yang duduk di sebelahnya? Mikha lantas menoleh. Dan ia dapati siswa yang diyakini adalah senior tengah tersenyum sok akrab. Mikha mengernyitkan dahinya.
"Apa kabar?" tanya siswa itu lagi.
Mikha tidak menjawab, ia masih heran mengapa ada senior yang bertingkah aneh begitu.
"Kamu lupa siapa aku?" Lagi siswa itu bertanya.
Mikha semakin bingung. Ia teliti lekuk wajah senior tersebut. Tidak ada nama atau ingatan apapun tentangnya.
"Heemmm kamu beneran lupa ternyata," ucap siswa itu frustasi.
"Maaf kak, kita pernah kenal? Atau pernah jumpa?" sesal Mikha tidak enak karena sama sekali tidak ingat dengan senior tersebut.
"Kita memang belum pernah kenalan, tapi aku kenal kamu. Kita juga pernah ketemu bahkan ngobrol." Siswa itu menjawab.
*****Hiruk pikuk di kampus masih sama. Semua sibuk dengan urusan masing-masing. Pegawai biro datang telat, sudah menjadi kebiasaan. Dosen menggeser jadwal kuliah, bebas mereka lakukan. Mahasiswa atau mahasiswi berlari terbirit-birit karena bangun kesiangan sementara ada kuliah pagi dengan dosen killer, pemandangan indah. Mahasiswa dan mahasiswi semester penghujung terkantuk dengan kebosanan menunggu dosen pembimbing, kebudayaan dari nenek moyang.
Seperti yang sedang dilakukan Mikha hari itu. Sudah tiga jam ia duduk di depan ruang dosen, menunggu pembimbingnya. Teman duduknya pun sudah berganti entah berapa kali. Tetapi Mikha masih tetap bergeming. Kalau hanya menunggu begitu bukanlah masalah besar baginya. Hari itu juga bukan kali pertama Mikha melakukannya. Beberapa hari lalu, ia juga dihadapkan pada situasi yang sama. Bahkan lebih lama dan ia hampir putus asa. Namun, dosennya muncul saat detik-detik terakhir kebosanan ketika ia memutuskan untuk beranjak. Makanya, Mikha tidak mau sampai hilang kesempatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
General FictionKita adalah Antara. Antara adalah sebuah pembatas dari setiap pilihan yang ada. Kita adalah pembatas itu, berada di tengah. Terkadang bingung mau ke kiri atau ke kanan, ke atas atau ke bawah. Pergi atau tetap tinggal. Seperti Mikha, yang awalnya pe...