Chapter 25 Ternyata Sudah Dekat

57 8 4
                                    

Hola readers!

Episode terbaru ANTARA hadir kembali!

Happy reading!

Perlahan kecurigaan ini menuju nyata
Apapun yang akan terbukti
Harus siap menerimanya
Sekalipun itu kebenaran yang pahit

"Maaf ya lama, Sayang!" David sudah kembali dengan dua cup minuman yang dibawa.

"Enggak kok, Mas." Mikha menerima minumannya.

Mereka menyeruput minuman masing-masing. Menatap bunga-bunga yang bermekaran di depan mereka. Pemandangan yang menenangkan. Sejenak Mikha lupa dengan kecurigaan perselingkuhan David. Begitupun David yang mampu mengikis kecewanya untuk sesaat karena kabar yang diberi Mikha.

Mikha menyandarkan kepalanya pada lengan David. Masih sama, lengan David adalah tempat bersandar ternyaman Mikha. Hangatnya juga masih sama. David mengusap lembut kepala kekasihnya itu. Berkali-kali kata sayang terucap dari bibir David. Berkali-kali pula Mikha merasa teriris setiap saat mendengarnya.

David melakukan hal demikian sebagai bentuk penyesalan. Dia sudah menipu Mikha dan dirinya sendiri. Dia mengingkari bahwa dari seratus persen cintanya ada sedikit yang ditujukan untuk Aurel. Walaupun tidak sebanyak yang dia berikan kepada Mikha. David membenci dirinya sendiri, ucapannya tidak bisa dipertanggung jawabkan. Dia menyesali semuanya.

Sementara Mikha, sakit itu hadir begitu saja. Mendengar kata sayang dari David membuat sendi-sendinya nyeri. Cara David mengucapkan memang sama tetapi rasanya semakin terasa berbeda. Mikha yang juga bingung dengan apa yang dirasakan tanpa ingin menitikkan air mata. Dadanya sesak. Perasaan yang sulit dimengerti.

"Nanti makan malam sama Bunda mau?" tanya David.

"Iya, Mas." Mikha menyembunyikan isaknya.

"Dek ... Adek nangis?" David menyadari suara Mikha yang tertahan.

"Eee enggak kok, Mas."

"Sayang ...." David menegakkan kepala Mikha.

Mata Mikha sudah merah, air matanya tergenang di pelupuk mata. Dia masih saja tidak mengakui. Padahal jelas David tahu. David terus menanyakan alasan Mikha menangis. Mikha tidak memberitahu. Dia tetap mengatakan bahwa dirinya tidak menangis. Hanya tiba-tiba matanya terasa perih.

David tahu kekasihnya berbohong. Air mata itu merupakan tangisan bukan karena perih. Suara Mikha yang tertahan telah menunjukkan semuanya.

"Sayang ... ada apa? Cerita sama, Mas!" pinta David.

Mikha hanya menggeleng. Dia sendiri pun memang tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.

David menarik Mikha kedalam pelukannya. Seketika tangis Mikha tumpah. Selalu begitu. Untuk kesekian kalinya Mikha menangis dalam pelukan David.

"Menangislah! Jangan ditahan, Dek! Kalau memang kamu mau mengatakan sesuatu, katakanlah! Jangan kamu pendam!" David mengusap kepala Mikha.

Mereka terdiam cukup lama dalam pelukan. Hanya isak Mikha yang terdengar. Setelah keadaannya cukup tenang, Mikha menarik diri dari pelukan David.

"Sudah tenang? Sudah dilepaskan semuanya, Sayang?" tanya David.

Mikha mengangguk.

David mengusap sisa air mata Mikha. Dia mencoba mengajak Mikha untuk semakin tenang dan mau bercerita. Namun, Mikha enggan mengatakan apa yang sedang dirasakan. David sedikit mendesak tetapi hasilnya tetap sama.

"Ma'af, Mas. Untuk saat ini aku belum bisa cerita. Tapi, kamu pasti akan tahu apa yang sedang aku rasakan jika waktunya telah tiba," ucap Mikha.

"Ya sudah. Kita pulang sekarang yuk! Biar enggak kesorean," ajak David.

ANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang