Prolog

130K 8.8K 604
                                    

Sebelumnya cerita ini adalah pengganti cerita aku yang yang lain yang belum terselesaikan tapi ini alurnya tetap sama beberapa penokohannya juga ada yang sama dan ada yang diganti.

⚠️Warning‼️Cerita ini murni dari imajinasi aku, dan beberapa pengalaman hidup pahit aku juga. Ingin mengingatkan juga di sini ada kata kata serta adegan kekerasan yang tidak pantas untuk di tiru! Mohon kebijakan nya!

SEBELUM ITU AKU MAU TANYA. GIMANA CERITANYA KALIAN BISA NEMU CERITA INI?

Sebelum itu Cya buat cerita baru nih judulnya Lepidopetra, jangan lupa mampir yaa vren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum itu Cya buat cerita baru nih judulnya Lepidopetra, jangan lupa mampir yaa vren...

Okei Happy Reading!

Aku pikir aku adalah hujan yang berkali-kali terjatuh tapi tak pernah mengeluh pada takdir

Ini tentang seseorang sang pengagum hujan, si penikmat tangisan sang semesta yang terlihat tegar namun rapuh didalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ini tentang seseorang sang pengagum hujan, si penikmat tangisan sang semesta yang terlihat tegar namun rapuh didalam.

Ana terus berjalan dibawah guyuran hujan deras, menatap orang-orang yang berlarian untuk menghindar dari tangisan sang langit.

Ia menatap langit yang gelap dengan guntur yang saling bersahutan.

"Hai langit! Kenapa nasib kita sama? Mereka hanya menyukai kita disaat kita dalam keadaan bahagia namun mereka tak mau menerima kesedihan kita? Bahkan orang yang mengaku suka hujan pun akan berteduh, karena pada akhirnya kita tahu bahwa orang yang kita sukai dapat menyakiti."

Ana menatap langit yang gelap karena ditutupi oleh awan hitam, ia tersenyum, "Jangan merasa kesepian, disini ada aku yang menikmati setiap tetesan tangisan mu."

****

Ana menatap langit langit ruang inapnya, menikmati suasana sunyi nya ruangan, begitu sepi dan tenang.

"Dokter?"

"Hm?"

"Kenapa hidup itu rumit? Semuanya pergi secara perlahan." Ujar Ana dengan lirih.

"Hidup memang rumit Ana, ada yang datang dan ada yang pergi."

"Kalo Ana ikutan pergi boleh?" Tanya Ana menatap dokter Gibran dengan mata sayunya.

"Ana udah capek?" Gibran mengenggam tangan Ana yang sudah sangat kurus sekali. Mengusapnya penuh dengan kelembutan.

"Iya." Jawab Ana dengan suara bergetar nya.

"Beneran mau pergi?"

"Iya."

"Ana jangan capek dulu ya."

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan! Nanti mereka semua nyariin kamu kalo kamu pergi."

"Benarkah?"

Gibran mengangguk.

"Dokter Gibran!"

"Hm?"

"Kalo Ana capek, boleh istirahat aja?"

Gibran terus menatap Ana, tanpa sadar setetes air mata meluncur begitu saja mengalir di pipinya, lalu mengangguk, membuat Ana tersenyum penuh dengan ketulusan.

"Makasih dokter, makasih atas semuanya, Ana istirahat dulu yah!" Ujar Ana semakin lirih dan perlahan memejamkan matanya.

"Tuhan, jika jodohku adalah kematian tolong buatlah mereka bahagia tanpa kehadiran diriku"

-Anandira

(Arga Panji Adiputra)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Arga Panji Adiputra)

(Anandira Shintania Aditama)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anandira Shintania Aditama)

(Anandira Shintania Aditama)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Alvian Prasetyo)


(Alvian Prasetyo)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC.

Pembaca yang baik adalah pembaca yang tidak hanya stuck di prolog saja

Mohon dukungannya vrennn✨🤩

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang