19_Tumor Otak_

26.2K 2.9K 141
                                    

Playlist, Melly Goeslaw - Siap terluka

Jangan lupa vote and Komennya di setiap paragraf nya vren✨✨

Happy Reading

Gibran menatap Ana yang menyantap nasi Padang nya dengan lahap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gibran menatap Ana yang menyantap nasi Padang nya dengan lahap.

"Kaya gak makan setahun aja." Cibirnya.

Ana endongak, menatap Gibran sengit. "Emang iya! Ana itu belum makan dari Ana nyasar sampai sekarang!"

"Lagi kenapa kamu bisa nyasar sampai kemari?" Ana mengangkat bahunya acuh.

"Saya heran, kata dokter kamu sempat keritis sama koma tapi katanya kamu itu di temuin dua hari yang lalu, kapan kamu koma nya?" Ana menghela nafas capek.

"Inilah mukjizat dari Tuhan dok!" Ujar Ana dengan mulut yang penuh.

"Telan dulu makanan kamu Ana!"

Ana mengangguk, lalu menelan makanan yang penuh di mulutnya  "Buktinya Ana ngelewatin masa keritis cuma sehari, terus koma juga sehari, besokannya sadar kan."

Tak!

"Pinter banget kalo ngomong." Ana mengusap dahinya yang di sentil oleh Gibran.

Gibran menatap Ana penuh arti, bagaimana bisa tuhan memberi begitu banyak cobaan pada pundak kecil gadis ini?

"Saya sudah denger semua mengenai kondisi kamu dari dokter." Ana menghentikan kunyahan nya, ia mendongak menatap Gibran.

Lalu terkekeh. "Dokter mah gak asik! Baru aja Ana pengen main rahasia-rahasiaan."

Gibran mengusap lembut puncak kepala Ana, menatapnya dengan sayang. Bagi Gibran Ana sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Semenjak ia memutuskan untuk memilik karier nya, ia jauh dari keluarga, karena Papa nya membenci dirinya yang menjadi seorang dokter daripada menjadi penerusnya.

"Ana!"

"Hm?"

"Gapap." Sontak Ana mendongak menatap Gibran.

"Saya tahu kondisi kamu gak bisa dikatakan baik Ana."

Ana menundukkan kepalanya. Ia mengigit bibir dalamnya, menahan rasa yang sendari tadi ingin ia lepaskan.

Gibran dapat melihat bahu Ana yang perlahan bergetar.

"Badan kamu sakit, mental kamu capek, fikiran kamu lelah semua fisik kamu itu capek, tapi hati kamu."

Gibran menjeda ucapannya, ia menghela nafas panjang.

"...hati kamu selalu mengatakan kamu bisa, kamu mampu, kamu memang bisa tapi sewaktu-waktu kamu akan tumbang Ana."

"Kamu udah terlalu lama memendam semuanya sendiri, bahu ini."

Gibran menyentuh bahu Ana yang bergetar. Gibran tahu Ana tengah menahan tangisnya.

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang