26_Mama_

23.4K 2.8K 252
                                    

Jangan lupa vote and spam komennya di setiap paragrafnya vren 🤩

Tadi ini udah aku publish tapi ada kesalahan jadi aku unpub ulang. Sekarang udah bener kok.

Happy Reading

Ana terus memandang keluar jalan yang terlihat padat karena hari sudah sore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ana terus memandang keluar jalan yang terlihat padat karena hari sudah sore.

Alvian menghela nafas. "Jangan diem mulu Na. Kan fikiran gue jadi kemana-mana."

Ana menoleh ke Alvian, menatapnya bingung. " Emang lo mikirin apaan hah!"

"Gue takutnya lo berak di celana." Gelak tawa terdengar.

Mata Ana berkedut kesal. "Bangsat!" Ana mencubit pinggang Alvian dengan gerakan memutar, membuat si empunya merintih.

"Akh! Iya ampun, peace!" Ana mendengus kesal. Dirinya kembali menyumpah serapah Arga yang tidak punya otak.

Hingga matanya menangkap sosok yang terlihat familiar sekali di pengelihatannya.

Ana terus menatap sebuah keluarga yang baru saja keluar dari restoran.

"I-itu Mama?" Ana meneguk salivanya kasar, ia mencoba berfikir jernih.

Ia tahu Mama nya selama ini sedang sibuk menjadi kepala dokter di bidang Departemen Bedah Saraf, namun hingga saat ini Ana belum mengetahui rumah sakit mana.

Tatapan Ana beralih menatap Alvian. "Yan! Ikutin mobil itu!"

Alvian mengerinyit bingung. "Mobil yang mana? Banyak nih!"

"Itu yang baru keluar dari restoran!" Alvian mengangguk dan menjalankan mobilnya ketika lampu sudah hijau.

Ana terus mengawasi mobil di depannya agar tak hilang dari pandangan. "Jangan kehilangan jejak Yan! Tapi tetep jaga jarak!"

Alvian mengangguk. "Tapi itu siapa sih Na? Lo keliatan panik banget."

Ana tidak menjawab, dirinya hanya fokus terhadap mobil yang berada di depannya.

•••🌧️•••

Arga duduk terdiam di kamarnya. Ia terus kepikiran dengan ucapan Ana.

"Inget sampe kebukti kalo dia pelakunya, gak ada kata maaf buat lo Ga, gak akan pernah ada. Cih! NAJIS! ANJING!"

Ia menghela nafas panjang, padahal dia tidak bermaksud membela siapa pun.

Arga hanya ingin Ana untuk tidak bertindak semena-mena apalagi ini di sekolah. Karena itu akan membuat dirinya dipandang buruk.

Ia bersyukur tidak terjadi apa-apa pada Ara tadi, penyakitnya tidak kambuh, dan ia juga cukup kesal ternyata Ara membohongi dirinya mengenai jadwal check up di rumah sakit.

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang