3_Bercak Darah_

40.5K 3.9K 248
                                    

Ana sedang asik menonton drama yang ia tunggu-tunggu untuk di update.

Ting! Ia meraih ponselnya dan mengecek pesan masuk.

"Jangan lupa hari ini check up Ana, saya tunggu!"

Begitulah isi pesan dari dokter Gibran. Ana menjauhkan HP-nya malas menanggapi chat serta panggilan dari dokter tersebut.

Ceklek!

"Loh kok kamu disini? Nggak pulang?" Ana menatap kedatangan Arga heran.

"Nggak! Pengen disini aja." Jawab Arga.

"Lagi ngapain?

"Nonton suami." Ucap Ana sembari menunjuk TV yang lagi menampilkan wajah Ji Chang Wook.

Arga mendengus melihat kelakuan pacarnya yang sering halu. "Aku yang nanti jadi suami kamu." Uc
ap Arga sembari menarik hidung Ana.

"Ih! Sakit tau!" Kesal Ana.

Arga menaiki kasur Ana dan merebahkan kepalanya di paha kekasihnya.

Ana tidak marah saat Arga melakukan hal ini, karena ia sangat menyukai Arga yang manja.

"Emangnya aku mau jadi istri kamu!" Ana mendengus dan menyisir rambut Arga dengan jemari jemarinya, membuat Arga memejamkan matanya dengan nyaman dan tanpa sadar Arga telah terjun ke alam mimpi nya.

Ting! Ting! Ting!
Buru buru Ana meraih HP-nya dan langsung menonaktifkan suara HP-nya takut Arga terbangun

Drtt..
Ana membuka pesan dari dokter Gibran, "Saya masih menunggu kamu Ana."

Begitulah isi pesan dari dokter Gibran. Gibran yang cukup bawel untung ganteng.

"bodoamat! mager gue!" lalu Ana menonaktifkan HP-nya agar tidak ada yang menganggu dirinya.

Ceklek!

"ANA LO LI- Ups! Sorry, lanjut lanjut!" Ucap Alan dengan pelan karena dirinya yang mendapatkan tatapan maut dari Ana.

Untung saja Arga tidak terbangun saat mendengar suara Alan tadi. Jika bangun sudah dipastikan Alan akan tamat.

Ceklek!

"Apa lagi?" tanya Ana dengan penekanan namun tak bersuara.

Alan menggaruk belakang kepalanya, "Nggak, gue cuma mau bilang, jangan sampai lo perkosa Arga ya."

BUGH!

Telat, Alan sudah lebih dulu kabur dan tak sempat bantal yang Ana lempar mengenainya.

"Dikira cewek apaan gue sampai-sampai perkosa cowok duluan." Dengus Ana dan melanjutkan acara menontonnya yang tertunda.

Namun beberapa kali Ana merasakan pusing di kepalanya. Dengan perlahan Ana memindshkan kepala Arga yang berada di pangkuannya.

Ana menyenderkan tubuhnya sembari memijat pelipisnya yang pusing.

Semakin lama Ana semakin merasakan pusing yang hebat menghampirinya.

ia meraba-raba laci yang berada di bawah tempat tidur.

Ana meraih toples obat yang berukuran cukup besar, Ana merasakan bahwa toples tersebut ringan? Ia membuka toples obat tersebut dan kosong?

Ana kembali menyenderkan tubuhnya.

"Gila pusing banget." Keluh Ana.

Ana dapat merasakan ada sesuatu yang mengalir keluar dari hidungnya dengan cepat.

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang