12_Amarah Alan_

26.2K 2.8K 119
                                    

Jangan lupa sebelum baca vote dulu vren✨🤩✌️

Happy Reading

"ADIT KELUAR LO! ADIT SIALAN! ANJING!" Umpat Alan emosi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ADIT KELUAR LO! ADIT SIALAN! ANJING!" Umpat Alan emosi. Ia terus membuka kasar setiap pintu yang ada di kantor.

"Tuan a-anda tidak bisa seperti ini." Ucap wanita resepsionis tadi. Wanita itu cukup takut karena Alan yang begitu marah.

Alan menatap wanita itu tajam. "Dimana Adit sekarang?!"

Terlihat wanita itu kesulitan menelan salivanya. "Tid-

"Lo mau kantor ini gue acak-acakin?" Bisik Alan penuh dengan Ancaman. Ia melangkah ke dalam sebuah ruangan dan mengambil tongkat baseball.

"Ja-Jangan tuan."

PRANG!

"Akh!" Teriak beberapa karyawati yang memekik kaget.

Alan memukul pintu kaca di sebelahnya hingga pecah.

"Masih gak mau tunjukkin?"

Wanita itu mengangguk takut. "Ik-ikuti saya tuan." Wanita berjalan dengan langkah yang bergetar.

Tok..Tok..Tok..

Ceklek

"Maaf pak sa-

"Berani sekali kamu menganggu di waktu meeting!" Wanita tersebut menunduk dan tiba-tiba saja ia tertarik kebelakang.

Adit mengerinyit. "Alan?"

Alan menatap Adit tajam penuh kebencian. Melihat dari tatapannya Adit tahu bahwa putranya sedang tidak baik-baik saja.

Ia berjalan cepat menghampiri putranya. Karena tak ingin membuat kekacauan di ruang rapat.

"Ayo bicara!" Adit menarik lengan Alan sebelum itu, Alan menepis kasar tangan Adit yang ingin menyentuh lengannya.

BUGH!

BUGH!

Alan mencengkeram baju Adit hingga dia kembali berdiri. Nafasnya memburu. "PUAS LO?!"

Adit masih diam walau emosinya sudah memuncak. Ia harus menjaga image nya di depan klien.

"Kenapa lo harus pulang kemarin?! KENAPA! BANGSAT!"

BUGH!

Adit kembali tersungkur dilantai. "Asal kalian tahu, dia orang yang kalian bangga-banggakan adalah orang yang telah mel-

BUGH!
BRUK!

Sebelum Alan menyelesaikan perkataannya, dia sudah lebih dulu tumbang oleh beberapa anak buah Adit yang baru saja tiba.

Adit menghampiri putranya yang pingsan. Ia menghela nafas lelah, lalu menatap para klien nya.

"Saya minta maaf atas keributan yang telah putra saya buat, mungkin ia terlalu marah saat saya pulang setelah sekian lama tidak menemuinya. Sekali lagi saya mohon maaf."

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang