Troublemaker

20 6 0
                                    

  Mobil honda jazz merah itu berhenti pada sebuah saung yang letaknya masih berada di lingkungan kampus.

  Tempat ini terasa adem dengan rindangnya pepohonan yang tumbuh menjulang tinggi di sekeliling. Semilir hembusan angin melambai–lambaikan dedaunan nan berguguran disertai iringan suara bak nyanyian dari kicauan burung di sekitar membuat suasana terasa menyejukkan dan menenangkan hati. Suasana seperti di pedesaan dengan keasrian lingkungan yang masih alami.

  Si cowok itu mengajak Sasha dan Bella menuju ke saung dan di sana mereka melihat ada seseorang yang telah menunggu kedatangan mereka. Tampak seorang pria duduk santuy di saung sambil ngudud.

  Betapa terkejutnya Bella mengetahui siapa orang itu. "Dia...?" Bella berhenti lalu menarik tangan Sasha.

  Sasha menoleh ke arah Bella, ikut menghentikan langkahnya. "Bel, apa dia yang sudah—"

  Bella segera menganggukkan kepala sebelum Sasha menyelesaikan ucapannya. Seketika Bella merasa cemas dan was–was.

  Ternyata betul perkiraan Sasha, dia memang sudah menduga bahwa orang yang ingin menemuinya pasti ada hubungannya dengan pelaporan yang dibuat atas kejadian yang telah dialami oleh Bella.

  "Jangan takut, Bel. Kita hadapi bersama–sama" Sasha mengembangkan senyuman dan menggenggam tangan Bella, menguatkan sahabatnya untuk tidak menunjukkan rasa takut sebagai kelemahan bagi seorang wanita yang bisa ditindas semena–mena oleh laki–laki ataupun siapa saja.

  "Xel, nih gue udah bawa mereka ke sini" Si cowok melaporkan kepada bosnya.

  "Bagus bro, tugas loe sekarang udah selesai. Loe boleh pergi" perintah Axel.

  "Ok. Gue cabut dulu, Xel. Kalo loe perlu apa–apa lagi, loe tinggal calling gue aja"

  "Thanks ya bro"

  Si cowok tersebut pergi meninggalkan Sasha dan Bella bersama cowok yang ternyata adalah si Axel. Salah satu anggota panitia ospek yang telah membully Bella waktu itu.

  "Loe yang bernama Alesha?" tanya cowok tinggi berkulit putih memandang Sasha dari ujung jidat sampai ke ujung sepatu.

  "Benar. Kamu siapa?" Sasha berpura–pura bertanya pada cowok yang berdiri tepat di depannya.

  "Elo gak tau siapa gue. Gue Axel! Selama ini di kampus belum ada seorang pun yang berani melawan gue" Axel menatap Sasha lekat–lekat dengan berlagat sok memperkenalkan diri. Selow man.

  "Oh, jadi kamu si troublemaker itu. Gak sangka ternyata orang populer di kampus ini adalah seorang pengecut. Beraninya sama cewek. Dan juga hanya bisa menyuruh orang lain untuk membawa kami ke sini" suara Sasha tenang, dia juga berani membalas tatapan tajam mata Axel.

  Bella terkejut akan ucapan Sasha itu, dia menyelinap ke belakang punggung Sasha sambil memegangi kedua bahu Sasha. Tapi anehnya, Axel malah tersenyum. Sikapnya tidak menunjukkan kemarahan sama sekali.

  "Alesha, Alesha, ternyata benar apa yang dikatakan oleh Anton dan lainnya. Loe memang luar biasa, gadis cantik, pintar juga berani. Tapi sayang gue gak tertarik itu semua, tidak seperti mereka yang respek dan mengagumi elo. Di mata gue, loe seperti seekor tikus yang sudah berani membangunkan singa tidur. Gue memang ingin bertemu langsung dengan loe dan sekarang loe udah ada di sini berhadapan dengan gue lalu loe berani menyebut gue apa  tadi, Pengecut"

  Selangkah demi selangkah, Axel menghampiri Sasha sampai tubuh keduanya berjarak semakin dekat. Menyisakan sejengkal bertatap muka.

  Sasha tak menyangka tiba–tiba Axel mendaratkan wajahnya ke pipi Sasha. Sasha menyadari akan tindakan Axel yang tak pantas, seperti Axel hendak menciumnya. Secara refleks Sasha beraksi dengan sekuat tenaga, kedua tangan menahan dada Axel hingga tubuh Axel terdorong ke belakang.

  Sasha memang tak menguasai jurus bela diri tetapi berkat tubuhnya yang gesit dan lincah akibat gerakan dance yang ia pelajari. Masih ingatkan dengan mas Yuda yang terkena tendangan kaki Sasha diperutnya? Nah jangan macam–macam sama kaum wanita. Dibalik pesona dan kelembutannya tersimpan suatu kekuatan super yang tak terduga.

  Sejak Sasha dibawa tadi, ia memang sudah bersiap–siap antisipasi untuk selalu waspada terhadap kemungkinan kejadian yang tidak ia inginkan dan akhirnya Sasha berhasil menjaga diri.

  Sontak wajah Axel memerah, dia tak percaya tubuh tinggi gagahnya tersorong mundur gara–gara sentuhan dari gadis yang baru ditemuinya ini.

  "Alesha" Axel tetlihat kesal, dia segera melangkah maju untuk meraih tubuh Sasha. Tapi untung saja niat jahatnya tak tersampaikan karena Anton, Tommy dan Rian datang berlarian ke saung menuju ke arah mereka bertiga.

  "Axel. Tunggu!!" seru Rian menahan tubuh Axel yang masih ingin mendekati Sasha dan Bella.

  "Apa–apaan nih, Xel!!" Tommy segera membantu Rian untuk menahan tubuh Axel yang berontak.

  "Alesha, kamu gak kenapa–kenapa. Apa kalian berdua baik–baik aja?" tanya Anton khawatir dengan kedua gadis yang terpaku diam saling berpelukan. Kedua gadis belia tersebut terlihat gemetaran. Wajah Bella tampak pucat ketakutan.

  Sasha manggut–manggut. Mengatur deru nafas yang tak beraturan atas kejadian menegangkan yang baru saja dia alami.

  Di relung hati kecil Sasha sebenarnya merasa takut juga akan perilaku Axel barusan. Apalagi di sini tempatnya sepi jadi bisa saja Axel bertindak nekat untuk berbuat apa saja kepada dia dan Bella.

  "Hey! Ngapain kalian ke sini. Gak usah ikut campur.Ini urusan antara gue sama kedua cewek ingusan ini" sahut Axel marah karena niatnya dihalangi oleh Rian dan Tommy.

  "Tenang, Xel. Sudah cukup elu buat masalah. Kali ini loe gak bisa lolos dari kasus yang kemarin. Sekarang aja elu lagi diskors. Apa elo juga mau kena DO" ujar Rian.

  "Iya, Xel. Sabar bro, kita tau loe pasti marah dan gak bisa terima ini. Tapi bukan begini caranya" timpal Tommy menyetujui saran Rian. Anton dan Tommy mencoba menghentikan keributan kecil di antara Axel bersama kedua mahasiswi baru tersebut dengan mencekal lengan Axel.

  "Bullshit! Gue gak peduli. Lepaskan gue!" Axel terus berontak untuk melepaskan lengannya yang mulai pegal. Ia juga merasa pamornya telah jatuh di depan teman–temannya terutama di kampus. Hingga akhirnya, Rian dan Tommy melepaskan cekalan lengan Axel.

  Jari telunjuk Axel mengacung tegak di depan mata Sasha. Tatapan mata  Axel penuh amarah tetap menatap manik mata Sasha. "Buat loe, Alesha. Apa yang sudah loe mulai, loe juga harus mengakhirinya"

  "Dengar semua! Gue Axel! Apa yang gue inginkan pasti selalu gue dapatkan!!"

  Kata–kata Axel terdengar seperti ancaman. Axel pun pergi dengan hati dongkol bercampur dendam yang terpendam dalam hati. Ia merasa telah sangat dipermalukan oleh seorang mahasiswi baru yang bernama Alesha.

  Setelah kepergian Axel, si cowok brengsek. Anton cs mengajak Sasha dan Bella untuk kembali, bergabung mengikuti kegiatan ospek di kampus yang telah dimulai.

   EPISODE SELANJUTNYA 🦁🦁🦁

Cinta AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang