Putus

12 4 0
                                    

  Sesampainya di kos-kosan setelah  diantar pulang oleh Beno, Sasha masih kepikiran terhadap sikap Bella yang mendadak pergi tanpa berbicara apa-apa. Sasha gelisah, perasaannya kalut dikarenakan panggilan telepon dan chatnya ke Bella tak mendapat jawaban sekalipun.

  Sasha bergumam sembari menatap ponsel. "Aneh. Bella tidak pernah seperti ini?"

  Tanpa pikir panjang, ia memutuskan untuk segera menemui sahabatnya. Tiga puluh menit kemudian Sasha pun tiba di kos Bella, ia mengetuk pintu kamar dan muncullah Bella dengan raut wajah bete.

  "Sha, ngapain elu ke sini?" tanya Bella berdiri di ambang pintu.

  Sasha berucap cemas, "Bel, kenapa elu tadi ninggalkan gue terus telpon dan chat gue gak dibalas. Apa elu sakit atau....?"

  Bella menyela kesal, "Udahlah, Sha. Ga perlu pedulikan gue lagi. Gue ga sangka, gue bisa berteman sama cewek yang gak punya hati kayak elu" Tangan telunjuk Bella menunjuk Sasha.

  "Bella, apa maksudnya ini?" Sasha bingung akan kata kata ketus yang dilontarkan oleh Bella.

  "Lu marah juga karena video gue itu?" tanya Sasha memastikan rasa penasarannya.

  Tanpa menjawab Bella hanya menggelengkan kepala.

  "Lalu, elu sahabat gue kan Bel?"

  "Enggak, Sha. Sekarang kita bukan sahabatan lagi. Gue benci sama elu, Sha!!" teriak Bella di depan Sasha

  Sasha menganga tak percaya. Apa Sasha tidak salah dengar.

  "Hah? Apa yang elu katakan Bel?" Sasha terkejut, bingung dan bertanya-tanya ada apa gerangan dengan sahabatnya tersebut.

  "Bella, apa salah gue? Kenapa elu jadi benci sama gue?" tanya Sasha.

  "Itu karena lu ternyata yang udah menjadi penyebab hancurnya kehidupan orang yang gue cintai!!"

  "Gue ga paham, Bel. Siapa yang sedang elu bicarakan ini?"

  "Sasha, elu yang selama ini telah membuat Beno menjadi pencandu narkoba"

  Sasha terperanjat kaget. "Apa? Beno narkoba? Bella elu kenal Beno?" Sasha terkejut bertubi-tubi dengan pernyataan Bella.

  "Iya, Sha. Beno adalah pacar gue dan gara-gara elu hubungan kita kandas bahkan saking bucinnya ke elu, Beno sampai berbuat cara yang salah hanya untuk melarikan diri dari rasa cinta butanya ke elu, Sha" jelas Bella.

  "Elu tau Sha, gimana rasanya elu melihat orang yang lu sayangi jatuh terpuruk karena mengejar cinta orang lain. Sakitnya tuh di sini, Sha!" Bella menepukan tangan ke dada dengan mata basah berkaca-kaca.

  "Bella, gue sungguh ga tau tentang kalian. Gue sama Beno hanya teman biasa dan soal Beno kecanduan narkoba, gue sama sekali ga percaya itu. Beno ga mungkin...."

  "Manalah elu tau, Sha. Bukankah selama ini elu sibuk dengan kehidupan elu sendiri. Bertahun-tahun gue menahan kekecewaan. Gue diputus sepihak, gue rasa gak berarti di mata Beno. Lebih menyedihkan lagi gue melihat Beno sebagai pencandu, tersiksa di rumah sakit. Beno lupa diri, melupakan keluarga bahkan gue juga dilupakan begitu aja" Bella terisak. Akhirnya Bella meluapkan isi hatinya yang terpendam.

  Tak kuasa menahan emosi perasaan sedih, kesal dan kecewa. Bella yang sejak lama telah salah menyangka bahwa Sasha-lah yang telah merebut cinta Beno darinya. Ia masuk dengan membanting pintu kamar. Walau Sasha terkejut akan reaksi luar biasa Bella tersebut, ia hanya bisa terdiam menatap kosong daun pintu yang tertutup.

***********

  Sasha duduk termenung di bawah cahaya rembulan malam memikirkan semua perkataan Bella tentang Beno yang mengkonsumsi narkoba disebabkan oleh Sasha. Secara tidak langsung, ia merasa bersalah atas apa yang dialami oleh sahabatnya yang menderita karena mencintai dirinya.

Cinta AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang