Tamu tak diundang

23 6 0
                                    

  Sinar mata serta senyuman kebahagiaan menghiasi wajah ayu Sasha melihat siapa orang yang kini berada dihadapannya. "Kak Dylan"

  Tanpa sungkan Sasha langsung memberikan pelukan hangat melepaskan semua kerinduan yang terpendam dihati atas kehadiran sang kekasih disisinya. "Sasha kangen kak Dylan"

  Mata Sasha terpejam dan semakin mempererat dekapan diri pada Dylan. Perasaan Sasha terbuai oleh cetar–cetar membahana.

  "Aku juga kangen, Sha. Aku ingin melihatmu terakhir kalinya. Aku datang menemuimu hanya untuk berpamitan"

  Sasha terkejut mendengar ucapan Dylan. Sasha melepaskan pelukan mesranya lalu menatap Dylan terheran heran, "Kak Dylan mau ke mana? Kenapa kak Dylan berbicara seperti itu?"

  "Sha, aku mungkin tidak bisa menjaga dan mendampingimu lagi. Aku minta maaf" suara Dylan bergetar dengan wajah tertunduk.

  Sepasang bola mata indah Sasha mendadak basah, baru disadari akan sikap dan tatapan dingin Dylan kepada dirinya. OMG! Kemanakah tatapan cinta Dylan Artamirza untuk Sasha?

  "Sasha tidak mengerti apa maksud kak Dylan?"

  "Sorry, Sha. Tapi aku harus pergi. Selamat tinggal"

  Perlahan Dylan melangkah mundur, bergerak jauh menjauhi Sasha.

  "Kak Dylan.... Kak Dylan... Tunggu! Jangan tinggalkan Sasha" Sasha berteriak memanggil–manggil dan mencari–cari Dylan dengan kebingungan. Namun, lelaki yang dicintainya itu tiba–tiba menghilang entah kemana. Seketika kegembiraan yang baru saja dirasakan Sasha berubah menjadi kesedihan.

  Sasha tersentak, kedua mata terbuka lebar. Nanar mengamati langit–langit dan dinding ruangan kamar. Sasha terbangun dari tidur, terduduk dikasur seraya memegang kedua pipi. Sasha menarik selimut untuk mengelap titik–titik air di wajahnya. Ruangan dingin ber-AC tidak dapat menahan timbulnya keringat kecemasan yang dialami Sasha di alam mimpi.

  "Astaga, rupanya itu hanya mimpi. Tapi, kenapa gue bermimpi seperti itu?" Sasha meraih dan mengecek hp dan belum ada tanda–tanda kontak dari Dylan. Sedangkan, waktu telah menandakan tengah malam.

  "Kenapa saat ini kak Dylan sama sekali tidak menelepon Sasha" ucap Sasha sambil iseng–iseng menekan–nekan hp mencalling Dylan.

  Tut... Tut.. Tut...

  Tanpa terduga panggilan hp Sasha masuk dan tersambung walau panggilan teleponnya tak mendapat jawaban. Begitu senangnya Sasha, dia pun mencoba beberapa kali mengulang kembali menelepon Dylan. Tapi, alhasil, nihil. Sekali pun tidak diangkat.

  "Ada apa ini, apa yang sudah terjadi. Jangan–jangan....."

  Sasha kecewa dan gelisah, pikirannya  teringat akan mimpi aneh yang baru saja dia alami.

  "Apa arti mimpi buruk gue tadi ada hubungannya dengan kak Dylan?" monolog Sasha.

  "Ya Tuhan, jaga dan lindungilah kak Dylan. Jangan biarkan sesuatu hal buruk menimpa kak Dylan. Amiinn...." bisik Sasha berdoa untuk menepis rasa resah yang mendadak merasuki dalam hati. Untuk menenangkan diri dan pikiran yang kusut tak menentu, Sasha berniat mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat malam sebelum dia kembali melanjutkan tidurnya.

                        ••••••••••••••••

  Tak terasa sudah dua kali dua puluh empat jam, masih tak ada kabar apapun dari Dylan. Di kampus, Sasha berusaha menyembunyikan kegalauan yang mendera di sanubari. Sasha sebisa mungkin bersikap seperti biasa di hadapan orang lain tak terkecuali, Bella, teman dekatnya.

  Jam tiga sore Sasha pulang lebih awal dikarenakan hari ini ospek di kampus  telah berakhir. Sesampainya di tempat kost, Sasha melihat Amara senyum–senyum ke arah Sasha yang baru saja menutup pintu pagar.

  "Sasha tumben cepat pulang. Gak sabaran ya mo ketemu si doi. Pacar elu tampan bingit. Nemu di mana? Beruntung banget lo, Sha" jelas Amara meng—kepoin Sasha.

  Sasha tertegun, tidak paham akan ucapan Amara yang menyebut kata 'pacar'.

  "Gak usah malu–malu kucing. Ayo sana. Lo dicari tuh ama yayang dan udah lama si doi nungguin lo dari tadi"

  "Siapa orang yang sedang kak Amara bicarakan. Benarkah kak Dylan yang dimaksud? Mungkinkah kalo kak Dylan ada disini"

  Antara percaya atau tidak, Sasha berlari ke kamarnya dengan secercah harapan akan bertemu dengan orang yang begitu dirindukannya. Akan tetapi, bayangan Dylan hanyalah angan semata, Sasha malah mendapatkan tamu tak diundang.

  "Halo, Sha. Apa kabar?" salam seseorang cowok berdiri di teras. Tersenyum manis menyambut pertemuannya dengan Sasha.

  "Mas Yuda?" gumam Sasha menatap Yuda. Yap, dia adalah si yuyu kangkang alias Yuda, kakak Agnes.

  "Mas Yuda kok bisa ada di sini" ulang Sasha merasa terkejut mengetahui siapa orang yang mengunjungi kediamannya.

  "Mas Yuda kangen sama kamu" ujar Yuda menggoda gadis yang pernah menolak cintanya.

  "Kangen?" jawab Sasha bersuara hampir tak terdengar.

  "Iya, Sha. Kita kan sudah lama tidak berjumpa. Emangnya kenapa, gak boleh ya" Yuda menatap Sasha yang terbengong seperti terhipnotis mendengar kata–kata 'kangen' jurus rayuan dari laki laki bernama Yuda Bramasta Hisyam.

  "Sorry, Sha, kamu gak suka kalau aku datang menemuimu. Atau jangan–jangan Dylan nanti akan marah kalau kamu dekat–dekat denganku. Cemburu kale"

  "Ya, enggaklah mas. Kak Dylan bukan orang yang posesif. Sasha senang jumpa sama mas Yuda. Tapi, kok, mas Yuda bisa tau Sasha ada di sini"

  "Begini, Sha. Aku lagi ada bisnis di sini trus pas aku jumpa sama Ariel, dia juga bilang kalo kamu berkuliah di Jogja. Ariel juga kasih alamat kost kamu di kota ini. Oleh sebab itu, apa salahnya kalo aku mampir ke sini. Sekalian Ariel juga menyuruhku untuk menengok keadaan adik iparnya yang cantik dan pintar ini. Selamat, Sha, sekarang kamu sudah menjadi seorang mahasiswi"

  "Oh, ya, Sha. Gimana, apa kamu betah tinggal di sini?" tanya Yuda memperhatikan gerak gerik Sasha yang salah tingkah karena mendapat pujian serta selamat dari seorang mantan pelatih dance yang pernah membimbing dan mengajarkan Sasha.

  "Begitulah, mas. Sasha betah kok di sini" ucap Sasha.

  "Pokoknya, Sha. Jogja adalah kota yang indah dengan bermacam keanekaragaman akan pesona alam, budaya dan kuliner. Rugi loh kalo kita tidak menikmati itu semua. Siapa tau nanti kita bisa bersama berjalan bergandengan tangan menyusuri Malioboro"

  Sasha tersenyum, ia tau bahwa Yuda sedang bercanda dan ucapannya itu membuat wajah Sasha kembali ceria.

  Kunjungan singkat tersebut diakhiri ucapan Yuda, "Sampai jumpa my sweet heart" Dan sebelum pergi tanpa disangka oleh Sasha, Yuda juga tidak lupa memberikan serangkai bunga tulip putih segar nan indah.

  "Bunga?"

    
     EPISODE SELANJUTNYA🎉🎉🎉

Cinta AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang