Pesan kakak

24 6 0
                                    

  Fajar menyingsing bersamaan dengan munculnya senyum hangat sang mentari yang bersinar seakan menyapa selamat pagi kepada Sasha yang berdiri membuka pintu.

  Sepagi ini Sasha memang telah bersiap–siap untuk pergi ke kampus, padahal waktu baru saja menunjukkan jam setengah enam. Sasha berencana sebelum ke kampus, terlebih dahulu ia akan mampir menemui Bella di tempat kostnya. Sasha ingin sekali mengetahui bagaimana kabar dari teman barunya sekarang karena kemarin Sasha dan Bella belum sempat bertukar nomor hp mereka masing–masing.

  Selesai menyapu serta membereskan kamar, Sasha menghabiskan sepotong roti manis dengan susu milo panas sebagai pengganjal perut. Bagi Sasha, hidup mandiri sudah biasa. Namun, semua hal kebutuhan yang diperlukan oleh dirinya masih disediakan oleh sang kakak. Begitulah sifat kak Tiara yang cerewet dan overprotektif, sangat perhatian kepada adik kesayangannya. Walau kini Sasha telah beranjak dewasa.

  Selesai mengunci pintu kamar, Sasha pergi dengan tidak lupa membawa perlengkapan ospek, yaitu topi caping dan karton nama.

  Di pintu pagar, Sasha dikejutkan dengan kedatangan seorang cewek yang turun dari sebuah mobil grand livina hitam. Cewek tersebut adalah Amara yang sepertinya pagi–pagi begini baru pulang entah dari mana. Sasha juga tidak tahu kemana Amara selalu pergi setiap malam.

  "Bye....mas" suara lembut Amara mengkiss bye kepada orang yang berada di dalam mobil sambil merapikan rambut leceknya pada kaca mobil sebelum mobil itu melesat pergi.

  Sasha dan Amara pun berpapasan.

  "Pagi, cantik" sapa Amara dengan langkah sempoyongan dengan riasan wajah yang amburadul.

  "Kak Amara dari mana?" tanya Sasha lembut.

  "Biasa, Sha. Tugas, loe mau ke mana?"

  "Ke kampus, kak"

  "Oh...baguslah. Hati–hati di jalan cantik. Jangan lupa salam buat yayang lo, ya" Amara tersenyum menggoda Sasha kemudian berjalan menuju ke arah kamar bernomor lima.

  "Astaga kak Amara" Sasha geleng–geleng kepala, heran melihat gelagat Amara seperti orang yang sedang mabuk. Saat Amara berbicara, Sasha juga mencium bau alkohol dari mulut Amara.

  Sasha sebenarnya ingin bertanya lebih lanjut lagi kepada cewek tetangga kostnya yang baru saja tiga hari ia kenal belakangan ini. Tapi, Sasha ingat akan pesan dari sang kakak untuk tidak terlibat dalam suatu masalah apapun di mana kini Sasha hidup sendiri berada jauh dari keluarga.

  "Jaga diri baik–baik, hati–hati berteman dan bergaul juga. Jangan ikut campur dengan urusan orang lain" Begitulah bunyi pesan dari kak Tiara.

                        •••••••••••••

  Sasha dan Bella memasuki halaman kampus dengan bergembira. Sasha senang dengan keadaan Bella yang baik dan sehat–sehat saja. Walau baru sehari mengenal dan langsung berteman tapi keduanya terasa akrab satu sama lain. Mereka berdua sama–sama gadis cantik yang periang, saling cocok bersahabat. Keduanya seperti anak taman kanak–kanak yang bermain penuh keceriaan.

  Di tengah senda gurauan mereka, datang seorang cowok mencegat langkah Sasha dan Bella.

  "Kalian berdua mahasiswi baru, kan?" Si cowok memandang bergantian ke arah Sasha dan Bella.

  "Iya" jawab Sasha dan Bella serentak.

  "Ayo ikut gue. Ada yang mau bertemu dengan kalian" perintah si cowok seenak jidat.

  "Ketemu sama kita, mana orangnya? Siapa?" cerocos Bella.

  "Sudah gak usah banyak tanya. Ikut aja. Kalian tidak mau kan membuat masalah di kampus baru kalian ini" ancam si cowok.

  "Maaf, memang ada urusan apa sama kita. Bukannya kita tidak saling kenal" tutur Sasha ramah meski mendapat paksaan.

  "Nanti kalian juga tau sendiri. Pokoknya elo berdua harus ikut gue. Sekarang!" suara keras si cowok itu sukses menarik perhatian orang–orang yang sedang berseliweran diantara mereka.

  Sasha meraih lalu menggenggam tangan Bella yang ada disampingnya. Terasa suasana ketegangan menyelubungi kedua gadis belia yang saling bertukar pandangan. Sasha melihat sinar mata kecemasan pada diri Bella.

  Sasha berpikir, "Aku gak mau bikin Bella ketakutan, aku juga gak mau memancing keributan daripada nanti situasi memanas. Jadi, lebih baik aku ikuti aja. Apa sih maunya orang ini"

  "Baiklah kita ikut denganmu" ucap Sasha menyetujui permintaan si cowok.

  "Nah, gitu dong. Kenapa gak dari tadi, susah banget" gerutu si cowok sambil berkacak pinggang.

  "Sha, kamu kok—"

  "Udah, Bel. Gak apa, tenang aja" ujar Sasha memperlihatkan senyum dan wajah manis. Dia mengumpulkan seluruh keberanian yang ada dalam dirinya guna mengatasi dan menyelesaikan hal ini dengan cara baik–baik, damai tanpa perselisihan dengan siapapun.

  Kalau saja ada sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi, maka Sasha harus mengambil resiko. Harus siap menghadapi konsekuensinya. Sasha percaya kalau Tuhan akan selalu menjaga dan melindungi di mana pun ia berada. Semoga saja tidak ada hal buruk yang akan menghampiri kedua gadis polos dan lugu seperti mereka.

  Sasha dan Bella akhirnya berjalan mengikuti si cowok tersebut, lalu menyuruh kedua gadis itu untuk masuk ke dalam sebuah mobil honda jazz berwarna merah yang terparkir tidak jauh dari gerbang kampus.

    EPISODE SELANJUTNYA🏎🏎🏎

Cinta AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang