Kepastian

19 6 0
                                    

  Waktu terus berlalu, sudah tiga puluh hari hubungan percintaan antara Sasha dengan Dylan terasa samar-samar tanpa adanya kejelasan kabar dari Dylan, kekasih hati nan jauh di mata.

  Siang dan malam Sasha tetap sabar menunggu dengan rasa rindu, sedih serta khawatir bercampur jadi satu di dalam jiwa dan raga. Namun apa yang sedang dinanti-nantikannya itu sekalipun tak kunjung hadir, baik telepon atau sms bahkan sepucuk surat cinta tak pernah menyambangi si gadis yang sedang dirundung lara.

  Sasha heran juga tak mengerti, gerangan apakah yang terjadi? Panggilan di telepon dan chatingan-nya ke hp Dylan tak pernah dibalas. Tanda-tanda apakah ini? Dunia Sasha berubah, kini dara jelita tersebut terlihat murung. Sikapnya jadi pendiam, tiada lagi keceriaan dan senyuman yang menghiasi di wajah putihnya.

  Di depan orang, Sasha mencoba menjalani hari harinya yang kelabu terlihat menutupi kegundah gulanaan yang sedang mendera di hidupnya. Akan tetapi di malam-malam kesendiriannya, Sasha tak dapat menahan gejolak perasaan tak menentu yang sedang ia alami. Air matanya selalu tumpah disela-sela doa dan tidurnya gelisah tak henti-henti memikirkan kepastian akan keadaan dari kekasih hati.

  Sesungguhnya Sasha ingin curhat dengan seseorang tapi dia tak ingin ada ikut campur orang lain dalam hubungan percintaan LDR-nya dengan Dylan. Apapun masalahnya biarlah akan dia pendam sendiri di dalam dada, hanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa satu-satunya tempat bagi Sasha untuk mengadu dan berserah diri.

  Walau apa yang terjadi, meski Sasha hidup dalam keresahan tetapi Sasha yakin dan masih percaya akan cinta pertamanya dari seorang laki-laki yang bernama Dylan Artamirza.

                         ••••••••••••

  "Alesha" sapa Anton yang berpapasan Sasha di lantai tiga gedung perkuliahan.

  "Kak Anton" ucap Sasha.

  "Lu mau gak masuk jadi salah satu anggota BEM. Soalnya gue, Rian dan Tommy udah mengusulkan hal ini sama Rama, selaku Presiden Mahasiswa di kampus ini"

  "Makasih kak atas rekomendasinya tapi di kampus inikan aku masih baru apa pantas untuk mendapat tawaran tersebut. Lagian aku juga gak berminat ikut beroganisasi, kak"

  "Gak jadi masalah, Alesha. Lu pasti bisa karena kita tau lo mampu. Lu pintar, berani serta berwawasan dengan ide-ide kreatif yang lu miliki. Kalo menurut gue secara personal, lu layak kok bergabung di BEM. Banyak loh orang yang ingin mendapat kesempatan ini"

  "Sasha senang atas kepercayaan kak Anton dan yang lainnya ke Sasha. Tapi, Sasha tidak bisa cepat untuk mengambil keputusan"

  "Baiklah, Alesha. Kita akan menunggu jawaban lu. Semoga aja nanti lu mengambil keputusan yang tepat. By the way, apakah Axel masih gangguin lu?'

  "Enggak, kak"

  "Baguslah, kalo ada si Axel macam-macam lagi, segera beritahukan sama kita-kita ya Alesha" seru Anton berjalan memasuki sebuah ruangan, menyudahi pembicaraan mereka.

  Sasha manggut-manggut tak bersuara melanjutkan langkahnya turun tangga ke lantai dua untuk mencari Bella.

                         ••••••••••

  Sasha dan Bella sama-sama baru keluar dari mata kuliah terakhir hari ini.

  "Sha" panggil Bella.

  "Hmm"

  "Gue perhatikan belakangan ini lu agak lain, Sha?" tanya Bella yang berjalan beriringan dengan Sasha.

  "Apanya yang lain?" Sasha malah balik bertanya.

  "Wajah lu kelihatan pucat, kedua mata lu juga sering terlihat sembab. Apa lu sakit, Sha?"

  Sasha menghela nafas. Memang satu bulan ini dia merasa lesu tak bergairah, tak nafsu makan dan meriang. Lebih tepatnya merindukan abang sayang. Sad dah.

  "Gak Bel, aku baik-baik aja. Mungkin ini karena efek kurang tidur" jawab Sasha.

  "Beneran nih? Atau lu lagi punya masalah, Sha. Curhat dong, apa lu gak mau cerita ama gue" selidik Bella mencari tau akan perubahan sikap dari sahabatnya akhir-akhir ini tidak seperti Sasha yang dia kenal.

  Sasha geleng-geleng tanpa berkata apa-apa, dia terus berjalan tanpa memperhatikan orang orang berseliweran di dekatnya. Tak disadarinya kalau dia menyenggol seseorang yang lewat di depannya.

  "Sasha, awas!!" terdengar suara Bella namun teriakan Bella terlambat. Tak dapat terhindarkan lagi sekarang Sasha bersentuhan juga berhadapan dengan Axel.

  "Hey, kalo jalan jangan melamun" hardik Axel mengejutkan Sasha yang berjalan tengah memikirkan sesuatu.

  "Lu lagi mau cari masalah sama gue. Sengaja nabrak gue segala atau elu memang ingin dekat-dekat dengan gue. Alesha, Alesha, waktu itu mau gue sentuh lu aja sok jual mahal. Dasar munap" cibir Axel.

  "Maaf, maaf kak. Aku benar-benar gak sengaja" gugup Sasha mengetahui Axel-lah yang telah tersenggol olehnya.

  Insiden kecil ini menjadi tontonan gratis bagi orang-orang di sekitar mereka.

  Bella menghampiri Sasha yang hanya terdiam lalu tanpa menunggu berlama-lama Sasha segera menyelinap, menghindar dari beberapa orang yang mengerumuni mereka tanpa sepatah kata pun membalas ucapan Axel.

  Kepergian Sasha itu diiringi tatapan tanda tanya dari Axel dan Bella yang merasa aneh akan reaksi pasif Sasha yang sama sekali tidak merespon dan tidak menghadapi Axel, si troublemaker.

EPISODE SELANJUTNYA🙄🙄🙄

Cinta AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang