Rindu berat

23 6 0
                                    

  Setiba di rumah, Axel langsung melemparkan jaket yang ia kenakan lalu menjatuhkan badan di sofa. Tepat di samping seorang cowok yang sedang asyik memainkan sebuah gitar.

  "Brengsek!!"

  Mendengar makian dari Axel, jari jemari lincah si cowok tersebut segera berhenti memetik senar gitar. Lalu, memandang heran. "Lho Xel, datang–datang kok seperti kebakaran jenggot aja"

  "Sorry bro, gue lagi emosi banget nih"

  "Astaga, gue heran baru kali ini gue liat lu seperti ini. Kenapa loe bisa semarah ini. Emangnya siapa sih orang yang sudah berani cari masalah sama lu, Xel" Kata–kata terakhir si cowok tersebut membuat Axel terdiam. Bagaimana mungkin hanya gara–gara dua orang cewek bau kencur bisa menjadi akar permasalahan penyebab dari kekalutan seorang Axel Alexander, pemimpin kelompok BTS (Boys Thunder Storm) yang sudah dikenal oleh banyak orang di kampus dan juga di jagat pergengngan kota ini.

  "Kenapa diam, gak mau cerita nih. Pasti masalah cewek ya" tebak si cowok kemudian lanjut memetik senar gitar.

  "Lu kok bisa tau, Ben?" tanya Axel.

  "Ya apalagi, masalah yang paling rumit di dunia ini dan gak ada habisnya ya cuman satu–satu itu. Yang barusan gue bilang tadi W–A–N–I–T–A" jelas si teman cowok yang berada di samping Axel.

  "By the way, seperti apa yang sudah terjadi sama lu. Gara–gara wanita itu juga hidup lu berubah. Saking bucinnya lo sama tuh cewek. Siapa namanya? Hmmm... Sasha, loe mau aja menghancurkan diri lu sendiri. Semua cewek itu memang sama saja. Meliukkan tubuhnya seperti ular siap melilit lalu mematuk dan memberikan bisa beracun kepada siapa pun yang berada di dekatnya" ucapan Axel terkesan menyindir teman lawan bicara. Sontak gerakan tangan teman Axel berhenti memetik senar gitar. Cowok itu meletakkan gitar kemudian beranjak ke arah Axel yang bersikap cuek dan biasa biasa saja.

  "Hey Xel, apa maksud lu!" gertak si cowok mencekal lengan baju Axel. Axel merasa terkejut melihat reaksi dari si cowok yang ternyata dia adalah Beno. Beno Ardilova.

  "Eitss, apa–apaan nih, Ben. Calm down!"

  "Gue gak suka dengan ucapan lo tadi. Apalagi lu bicara tentang Sasha. Ingat ya Xel, Sasha bukan cewek seperti itu. Jangan lu samakan Sasha dengan cewek–cewek yang lu kenal selama ini"

  Terlihat sorot mata kemarahan pada diri Beno, orang yang sejauh ini masih selalu mengagumi seorang gadis pujaan hatinya yaitu Sasha forever.

  "Ok, ok, sorry Ben. Tadi gue kebawa emosi, sekali lagi gue minta maaf. Kalau tadi gue menyinggung perasaan  lu"

  "Sorry juga Xel, kalo gue marah ama lu. Semestinya gue berterimakasih atas bantuan loe karena lu senantiasa ada disisi gue" balas Beno melepaskan tangannya.

  "It's okay, Ben. Gak usah dimasukkan ke hati. Gue ngerti perasaan lu. Kitakan brother. Sebenarnya gue gak mau loe larut terus dalam kebodohan cinta fana lu yang kini sudah membuat lo jatuh, hidup sia–sia. Move on, move on, hidup cuma sekali Ben. Nikmatilah itu" balas Axel menepuk pundak Beno. Axel dan Beno bertos ria dan saling tersenyum mengakhiri perdebatan kecil yang terjadi di antara Axel dan Beno yang ternyata mereka berdua bersaudara sepupuan.

                      •••••••••••••••

  Sepulang dari kampus, dikamar kost Sasha tidak sabar menunggu telepon dari Dylan. Namun, apa yang diharapkan tak kunjung kabar. Boro–boro menelepon, untaian kata–kata chat pun tiada terkirim dihpnya. Tumben–tumben berubah total, tak seperti biasanya karena setiap hari telepon dari Dylan selalu melebihi dosis resep dokter. Tapi, sejak pagi tadi Sasha dan Dylan absen bersay hello dalam mengawali hari–hari aktivitas mereka.

  Sasha merasa heran karena sebelumnya hal ini tidak pernah terjadi pada hubungan asmara ldr yang sejauh ini telah mereka jalani bersama. Tak dapat dipungkiri, baru sehari saja tak mendengar suara si jantung hati, jujur Sasha mengakui dilanda rindu berat.

Oceans apart day after day
And I slowy go insane
I hear your voice on the line
But it doesn't stop the pain

If I see you next never
But how can we say forever

Wherever you go
Whatever you do
I will be right here waiting for you
Whatever it takes
Or how my heart breaks
I will be right here waiting for you

  Suara deringan hp seketika. mengobati kegalauan didalam benak Sasha.

  "Halo kak Dylan, kok baru telepon. I miss you" suara manja Sasha menjawab telepon masuk.

  "Halo sayang. I miss you too, dek"

  Suaranya kok beda ya, pikir Sasha. Sasha menjauhkan hp dari telinga ke hadapan wajahnya. Membaca nama penelepon. 

  "Loh kak Tiara" kejut Sasha mengetahui bahwa suara kakaknya yang sedang menelepon dirinya. Bukan Dylan. Kecewa tak uuu---

  "Iya, baso ini kakak. Hayo, kakak dikira Dylan ya. Duh lagi kangenan nih ama yayang. Nah, kalau sama kakak kangen gak?" tanya kak Tiara.

  "Ih kakak malah meledek kayak gak pernah pacaran aja. Pastilah Sasha juga kangen banget sama kakakku nan cantik dan ce...re....wet"

  "Wah, adek kakak yang pintar. Makasih atas pujiannya" terdengar cekikikan kakak disambungan telepon.

  "Sasha mo tanya sama kakak"

  "Ada apa, dek?"

  "Kemaren apa kakak mengirimkan Sasha buket bunga"

  "Hah! Bunga. Enggah dek, paling–paling Dylan gak. Romantis banget, pasti buket bunga yang indah. Ariel aja gak pernah memberi kakak bunga"

  Sasha menjauhkan hp digenggaman tangan. "Mungkin benar apa kata kakak"

  Sasha terdiam. Ingin rasanya ia cepat–cepat menelepon Dylan untuk bertanya dan memastikan kalau Dylanlah si pengirim buket bunga anggrek bulan nan harum dan cantik yang kini telah menghias indah dikamarnya.

  Pembicaraan antara adek dan kakak pun berlanjut. Panjang. Lebar. Melepas kerinduan.

     EPISODE SELANJUTNYA ☺☺☺

Cinta AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang