Sasha, awas!

7 4 0
                                    

  Sasha membuka mata dan pandangannya menyapu ke sekeliling ruangan. Ia mendapati dirinya berada di ranjang kamar sebuah losmen.

  Sasha celingak-celinguk. "Di mana nih? Gue kok ada di sini" tanya Sasha.

  "Sasha, syukurlah kamu udah siuman" sahut Dylan berdiri di ambang pintu yang terbuka lebar.

  Sasha sontak bangkit karena terkejut melihat Dylan. "Kak Dylan?"

  Netra Sasha membola dengan mulut menganga. Ini pasti khayalannya ataukah dia sedang memmimpikan Dylan. Ya Tuhan sadarkanlah hambamu ini.

  Dylan menghampiri Sasha. Ia duduk di samping Sasha yang salting. "Maaf, saya bawa kamu ke sini karena tadi kamu pingsan. Are you ok?"

  "Aku baik" Sasha berusaha menunjukkan sikap biasa saja, mencoba mengalihkan rasa syoknya.

  Sasha tak pernah membayangkan hal buruk yang baru saja ia alami. Sasha juga tak menyangka bahwa orang yang telah menolongnya adalah Dylan. Duh niat ingin move on malah gamon.

  "Makasih atas bantuannya" ucap Sasha.

  Ia hendak beranjak pergi namun Dylan menahan Sasha. "Sasha tunggu!"

  Sasha berhenti sejenak. "Kenapa kak? Rasanya urusan kita cukup sampai di sini" ujar Sasha tanpa berpaling ke arah Dylan. Ia mencoba menepiskan semua hasrat gairah kerinduan pada kekasih hati. Ingin rasanya ia memeluk Dylan setelah sekian lama tak bersua namun kini dirinya hanyalah sang mantan?.

  Dylan mendekati Sasha. Kini posisi Dylan tepat berada di hadapan Sasha.

  "Are you hurt?" bisik Dylan mengamati lekat wajah Sasha.

  OMG!! Detak jantung Sasha berirama  tak beraturan. Getaran indah di hatinya kembali hadir, Sasha melihat jelas tatapan cinta di bola mata Dylan sehingga membuat perasaan Sasha diaduk-aduk tak menentu.

  "Jangan kak, jangan tatap aku seperti ini" suara hati Sasha berkecamuk. Tubuh Sasha bergetar hebat saat tangan Dylan menyentuh keningnya.

  Sasha tak kuasa menahan magnet cinta dari pria yang pernah menaburkan bunga-bunga cinta di hatinya. Sasha akui sosok Dylan masih selalu bersemayam dalam pikirannya. Rasa itu masih ada walau hubungan asmara mereka yang seumur jagung tersebut terpaksa harus berakhir. Sungguh disayangkan.

  Mata Sasha terpejam, tak berani menatap balik Dylan. Andai saja kata putus tiada pernah terucap pada hubungan mereka mungkin ini momen terindah bagi kedua insan yang sedang di mabuk cinta.

  Melepaskan gelora rindu di dada, saling bertatap mesra serta memeluk penuh cinta. Tetapi kemesraan itu terbalut oleh kebisuan masing-masing. Mereka berdua sama-sama saling terdiam. Hanya bahasa tubuh yang mengisyaratkan signal-signal cinta di antara mereka.

  "Cukup kak, Sasha harus pergi" ucap Sasha lirih. Ia memalingkan muka lalu melepaskan sentuhan tangan Dylan.

  "Sha, lukamu mesti diobati dulu. Sebentar ya" Dylan membasahi sapu tangan lalu mengompres kening Sasha yang memar. Dylan tidak lupa menghembus luka Sasha.

  Saat Sasha meringis menahan nyeri, "Ya Tuhan, ternyata kak Dylan masih peduli"

  Sasha semakin panas dingin akan gerakan Dylan yang seolah-olah akan mengecup keningnya dengan hati-hati dan penuh perhatian.

  "Sakit ya?" tanya Dylan lembut membuyarkan kehaluan Sasha.

  "Eeh?" lidah Sasha tercekat tak berkata apa-apa. Kemudian, Dylan mengoleskan salep zambuk di kening Sasha yang memar. Sasha merasakan sensasi sejuk pada lukanya dan perlahan rasa nyeri berangsur reda.

Cinta AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang