Pelabuhan Terakhir

16 6 1
                                    

  "Alesha"

  Masih terngiang-ngiang terus ditelinga Beno. Satu kata yang tidak asing yaitu nama yang selalu mengingatkan Beno pada seseorang yang begitu sangat berarti bagi dia.

  "Alesha. Nama itu sama dengan nama lengkap Sasha" gumam Beno terduduk di pinggir tempat tidur.

  "Tuh kan gue langsung kepikiran Sasha. Gue kangen banget sama lu, Sha. Gue ingin sekali bertemu dengan lu. Gue juga ingin bersama lu seperti dulu. Sungguh....tersiksa hidup jauh dari lu. Memang gue kecewa, gue juga patah hati. Tapi, yang lebih menyakitkan bagi gue, gue gak sanggup untuk melupakan elu, Sha"

  Beno beranjak lalu berdiri memandang jauh ke luar jendela kamar. "Gue selama ini coba menghadapi kenyataan kalau lu itu telah menemukan kebahagiaan elu dengan Dylan. Elu sudah memilih Dylan sebagai cinta sejati elu. Jadi untuk sekarang dan selamanya Sasha adalah milik Dylan"

••••••••••••

  Sasha dan Beno berdiri berhadapan, keduanya tersenyum-senyum senang. Apalagi Beno paling bahagia setelah sekian lama tak melihat sang pujaan hati yang siang malam selalu ia rindukan.

  "Sasha" bisik Beno lembut.

  "Beno" gumam Sasha dengan perasaan terharu.

  Mereka bergantian saling menyapa penuh sukacita. "Gue gak percaya kalau bertemu dengan elu, Sha. Gue senang banget bisa melihat elu lagi" ucap Beno.

  "Iya, Ben. Gue juga sama senangnya bertemu dengan elu. Apa kabar, Ben?" tanya Sasha.

  "Sehat, Sha. Seperti yang elu liat gue baik-baik aja kan?"

  "Benarkah, Ben? Apa itu jawaban  yang jujur?"

  "Maksud elu, apa Sha? Apa gue pernah bohong sama lu?"

  "Apanya yang baik-baik saja. Lu sakit, Ben"

  Sasha terdiam sesaat memperhatikan ekspresi keterkejutan di wajah Beno. "Gue gak sangka lu bisa salah melangkah. Apa yang terjadi pada diri lu, Ben? Kenapa?"

  Suasana kegembiraan diantara mereka berubah. Tiba-tiba Sasha menjadi sedih, terlihat genangan air di kedua sudut mata.

  "Sha, gue....."

  "Gue sebagai sahabat gak percaya melihat keadaan lu yang menyedihkan seperti ini. Lihat diri lu sendiri, lu terpuruk. Hidup lu hancur Beno. Gue kecewa" Sasha menyeka air mata kemudian meninggalkan Beno yang membisu, hanya bisa berkata di dalam hati.

  "Gue emang salah, Sha. Gue lemah. Gue bukan cowok yang seperti elu harapkan. Sorry, Sha, gue juga manusia yang punya perasaan. Inilah yang gue takutkan kalo suatu saat Sasha mengetahui kondisi gue. Sasha mungkin membenci gue dan nantinya gue pasti akan kehilangan Sasha untuk selamanya" suara hati kecil Beno berkecamuk membayangkan bagaimana jika saja dia benar benar bertemu lagi dengan Sasha.

  "Hoi, bengong aja. Pantesan dari tadi gue panggil gak ada balasan" Tiba-tiba kedatangan Axel membuyarkan lamunan Beno.

  "Hayo, pasti lagi mikirin... Sasha!" seru Axel sambil berkacak pinggang.

  "Ayolah bro, buat apa buang-buang waktu untuk khayalan semu semata. Berpikirlah secara logika" Axel menunjuk ke kepalanya.

  "Elu ya, Xel, belum pernah rasain jatuh cinta. Apalagi falling in love in the first time" cemooh Beno.

  "Hahahahaha..... Beno, Beno. Dalam kehidupan gue cewek yang harus jatuh cinta. Apalah arti cinta, karena bagi gue tuh sama halnya sekedar motor baru yang bisa gue beli kontan, kredit atau malahan bisa jadi tukar tambah"

Cinta AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang