Kece badai

22 6 1
                                    

  Sydney, 10.00 PM.

  Di sebuah rumah sakit terlihat beberapa paramedis berjalan tergesa-gesa memasuki ruang ICU, di mana ada seorang pemuda terbaring tak bergerak dengan selang infus dan selang oksigen yang menempel di tubuhnya.

  Tittt..... Titttt..... Titttt.....

  "Hurry up, call the doctor!" ujar  seorang suster melihat grafik di layar Patient Monitor Mindray yang menunjukkan denyut jantung pasien melemah.

  Salah satu dari mereka pun keluar kembali dari ruang ICU untuk memanggil dokter. Dokter segera mengambil tindakan menggunakan alat kejut jantung. Setelah, dilakukan berulang-ulang, akhirnya upaya dokter berhasil menstabilkan kembali keadaan pasien. Peralatan medis yang memantau si pasien pun juga berjalan normal lagi.

  Sekeluarnya dari ruang ICU, dokter dihadang oleh sepasang suami-istri yang sama-sama terlihat cemas dan gelisah menunggu di depan ruang ICU.

  "Doctor, How is my son?" tanya seorang bapak-bapak bule ingin mengetahui bagaimana perkembangan dari kondisi pasien.

  "Thank goodness his condition is stable now, but he is still in coma. Be patient. We will try our best" dokter tersebut berlalu meninggalkan kedua orang tua pasien yang merasa sangat sedih mendengar penjelasan dari dokter tentang anaknya yang sekarang masih dalam keadaan koma.

  "Wake up my son, It's been a month you have been lying here, your mommy and your daddy miss you so much. We waiting for you to go home together. You must be able to go through all of this because you are a strong child. My son, we always love you" kedua orang tua paruh baya itu saling berpelukan, menguatkan satu sama lain dalam mengatasi kesedihan yang sedang dialami keduanya.

  Genangan air mata tak dapat terbendung oleh kedua orang tua tersebut, menitik dari sudut mata yang hitam dan mencekung karena lelah kurang tidur dengan keadaan sang putra terbaring kritis sejak sebulan yang lalu di hadapan mereka.

                        ••••••••••••••

  "Kak Dylan"

  Sasha tersentak bangun dari tidur, untuk kesekian kali dia bermimpi tentang Dylan. Diraihnya bantal lalu didekap, seolah ingin menyembunyikan kesenduan wajah si dara jelita akan sesuatu yang baru saja mengusik waktu istirahat di peraduan kasur empuk serta selimut hangat bed cover.

  Sarung bantal bagaikan teman tak bersuara terlihat basah, menjadi saksi bisu Shasa menangis di malam-malam kesendiriannya.

  Begitulah kisah percintaan yang sekarang sedang dijalani Sasha, gadis polos nan ceria yang hidupnya selalu baik dan happy-happy saja kini di rundung nestapa. Kekasih hati entah kemana rimbanya tanpa jejak kabar berita.

  Tawa bahagia dan manisnya cinta yang baru pertama dirasakan Sasha hanyalah sekejap saja. Akankah hubungan asmara dua insan yang masih seumur jagung ini pupus dan kandas begitu saja? Hanya karena putusnya komunikasi akibat tanpa jelas dan pasti akar muasalnya.

  Sasha menghela napas panjang sambil menyeka air mata yang jatuh membasahi paras cantiknya. Sasha masuk ke kamar mandi membasuh wajah, kedua tangan dan kaki untuk mensucikan dan mendekatkan diri dengan melakukan sholat malam. Dini hari yang sunyi laksana hati Sasha yang sepi, menumpahkan segala unek-unek isi hati hanya kepada sang Ilahi.

Sendiri
Kukemas air mata di pipi
Tak percaya ku yang telah terjadi
Cintamu kini telah terbagi
Haruskah cinta aku akhiri
Hanya sampai di sini?

Asmara
Kemana lagi akan kucari?
Siapa yang' kan mengusir sepi
Disaat ku sendiri

Asmara
Mungkinkah kau sampaikan padanya?
Walau hatiku penuh derita
Aku masih selalu cinta

                          ••••••••••••

  Hari ini adalah hari libur nan santai, Sasha masih rebahan di balik selimut. Tak ada gairah untuk jogging pagi atau peregangan otot-otot tubuh langsingnya, ngedance seperti dulu lagi.

  Suara ketukan pintu yang nyaring  memaksakan Sasha mau tidak mau harus bergerak membukakan pintu kamar.

  "Astaga si putri tidur, pantesan aja ditelepon operatornya bilang nomor yang anda tuju sedang di atas kasur, mohon tidak diganggu terlebih dahulu" kelakar Bella membuat Sasha tersenyum tipis diantara kekusutan wajah Sasha yang tak dapat disembunyikan dari sahabatnya yang datang tiba-tiba di pagi ini.

  "Ayo, buruan, sana mandi. Siap-siap" Bella mendorong tubuh Sasha ke kamar mandi.

  "Tunggu, tunggu... Siap-siap untuk apa? Hari ini kita kan gak ke kampus, Bel, ngapain juga pagi-pagi begini lu datang ke sini?" ucap Sasha.

  "Kita pergi hangout-lah"

  "Hangout, ke mana, Bel? Gue lagi mager nih"

  "Udah gak usah banyak tanya, ikut aja nanti pasti seru deh. Cepet gue tunggu nih. Gak pake lama, Sha!" desakan Bella akhirnya mengantarkan langkah Sasha masuk ke kamar mandi untuk segera menyegarkan diri.

  Selesai Sasha mandi dan berdandan ala kadarnya, kedua gadis cantik itu keluar dari kamar Sasha. Di depan kost, Amara menghampiri mereka berdua.

  "Mau ke mana, Sha" tegur Amara menghentikan langkah Sasha dan Bella.

  "Kita mau pergi, kak Amara" jawab Sasha.

  "Kok cuman berdua, mana si doi? Atau lagi nunggu jemputan pacar ya"

  "Pacar?" beo Bella menanggapi ucapan Amara pada Sasha.

  "Lu tau gak, Sha, pacar lu itu kece badai. Baru melihat pertama saja, gue langsung terhempas, terpesona gimana gitu? Sha, kalau ada kembarannya atau saudara sanak family yang semirip cowok lu itu, boleh dong kenalin ke gue. Jadilah dapat kw-nya pun gak apa"

  "Kalian have fun ya. Salam gue buat si kece badai. Oke, Sha" celotehan Amara pun berhenti, Amara berjalan masuk menuju kamarnya.

  Sasha terkesan cuek menanggapi semua kata-kata Amara, lain halnya dengan Bella yang jadi kepo ingin mengetahui lebih jauh tentang pacar yang tadi disebut-sebut oleh cewek yang dia tidak kenal bernama Amara.

  "Jangan-jangan, gara-gara soal pacar dan hubungan mereka lagi diterjang riakan ombak lautan asmara. Mungkin hal itulah sikap Sasha jadi berubah karena terlalu memikirkan hubungan percintaan dengan pacarnya" suara hati Bella menebak-nebak, mengetahui sebab-musabab dari keanehan pribadi Sasha yang tidak seperti Bella kenal sebelumnya.

  "Oh, ternyata, lu dah double, Sha. Gue kira kita sama-sama single woman. Apa karena cowok elu itu, pacar, sekarang elu jadi...." Bella tidak melanjutkan perkataannya, mendadak dia melihat perubahan dari raut wajah Sasha yang murung.

  Tanpa berbicara, Sasha berjalan mendahului Bella yang kembali berbicara pada diri sendiri. "Sha, gue sahabat elu. Sikap diam elu ini mah udah cukup menjawab pertanyaan yang ingin gue lontarkan tadi. Gue ngerti ini urusan pribadi lu dan gak etis kalau gue ikut campur. Jadi, sebaiknya lebih baik gue menunggu aja dulu, siapa tau nanti Sasha sendirilah yang mau bercerita tentang pacar atau si cowok kece badai itu ke gue"

      EPISODE SELANJUTNYA🤓🤓🤓

Cinta AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang