SF 2

12.2K 341 10
                                    



"Lepaskan aku!" seru Saint. la merasa lemah di bawah kungkungan Perth, Daddy nya.

"Tidak akan pernah. Kau milikku, Saint.." guman Perth lalu mencium dan menghisap leher jenjang Saint.

Saint merasa jijik dengan dirinya, bisa-bisanya ia
mendesah disaat seperti ini. la menggigit bibir
bawahnya guna menahan desahan. la tidak rela
mengeluarkan suara menjijikkan seperti itu.

"Mendesah lah, Saint."

"Ti. dak."

Perth tidak henti memberikan tanda di leher Saint.

Saint berusaha sekuat tenaga untuk tidak peduli. Mencoba mengalihkan pikirannya sendiri agar tak terbawa arus permainan Perth.

Tapi sia-sia, ciuman bibir Perth terasa begitu memabukkan. la benci mengakui ini. la juga benci ketidakberdayaannya.

Perth mencium bibir Saint, melumatnya rakus seolah tidak ada hari esok.

"Lepaskan aku! Lepas!" Saint tak menyerah ia terus
saja berontak usai Perth melepaskan ciumannya. Mata Saint berkabut, bukan karena gairah melainkan amarah.

Tidak ada lagi air mata, hatinya sudah hancur dan tergores.

"Lepaskan aku, Daddy!"

Mata Perth menatapnya menajam.

"Kau.... menurut lah padaku, atau .." Perth melirik meja belajar Saint.

"Aku akan menunjukkan aktifitas kita pada
mommy mu. Aku akan bilang padanya, jika anaknya ini menggoda suaminya. Dan bercinta di saat malam pertamanya. Bisa kau bayangkan, bagaimana ekspresi mommymu, hmm?" Perth menunjuk handycam menyala di atas meja belajar Saint, kebencian pun semakin tampak di mata Saint. 

"Mommy mu akan kecewa dan terluka. Anak yang sangat disayanginya tega mengkhianatinya." ujar Perth lagi dengan senyum  kemenangan terukir di wajah Perth.

"Daddy kejam!"

"Ya. Pria kejam ini, akan membahagiakan mu, Saint baby."

Sreekk...

Sekali tarik, baju tidur milik Saint robek seketika. Tubuh putih porselen milik Saint terpampang nyata. Dibalik baju tidurnya Saint tidak memakai pakaian dalaman satu pun. Benar-benar memudahkan niat jahat Perth.

"Anak nakal, kau harus mendapatkan hukuman dariku." Perth menundukkan tubuhnya, ia memainkan bagian atas tubuh Saint.

Saint menahan nafasnya, berusaha mengontrol dirinya. la tidak ingin menangis lagi dihadapan Perth dan memohon untuk dilepaskan. Toh, percuma hal itu tidak akan dipedulikan oleh Daddy nya.

"Mendesah lah, Saint. Mendesah lah!" bentak Perth tetapi Saint tidak takut, ia menutup bibirnya rapat.

"Baiklah, jika itu maumu. Aku tidak akan bermain
lembut."

"Kau bertingkah seolah menolak ku Saint, tapi
nyatanya tubuhmu menyukai sentuhan ku."

Runtuh sudah pertahanan Saimt. Mulutnya terbuka
kecil. Suara menjijikkan itu keluar.

"Teruslah mendesah," ucap Perth.

Saint sungguh tak kuasa setelah mendapat tiga serangan pada titik-titik sensitifnya, ia merasa gila.
Ikut gila bersama kegilaan Perth. Saint merasa ribuan kupu-kupu berterbangan di perutnya.

"Hen-ti-kan." Saint terbata-bata.

"Aku mau.."

Perth tahu Saint akan mencapai puncaknya pun secara sengaja menghentikan segala aktifitas tanga dan mulutnya.

Wajah memerah Saint menahan gairah, pandangan yang menyenangkan bagi Perth, pria itu tersenyum tipis.

"Kau akan mendapatkannya, jika kau menurut. Katakan kau milikku, dan siap bercinta kapan pun di mana pun bersamaku. Katakan, Baby!"

Mata Saint membulat.
"Aku tidak sudi!"

Perth menyeringai.
"Begitu kah?"

Perth melepas celana hitamnya kasar, menunjukkan betapa perkasanya milik nya. Ia menatap mata Saint yang terkejut melihat miliknya, kemudian kembali menindih Saint.

Perth memposisikan penisnya tepat di hole yang akan menyambutnya.

"Apa yang kau lakukan?!" Saint berteriak terkejut,
ia merasa sesuatu yang tumpul menyentuh holenya.

"Apa yang ingin aku lakukan," desis Perth tajam penuh penekanan. Bibir Perth kembali menguasai bibir Saint, keduanya saling mengerang.

Tangan Perth tak dibiarkan menganggur, mempermainkan titik-titik sensitif tubuh Saint.

Ruangan didominasi suara kecapan dan juga erangan. Dari luar tidak akan ada yang mendengar, karena kamar ini sudah terpasang peredam suara.

Oleh itu, percuma bagi Saint berteriak minta tolong. Tidak akan ada yang mendengarnya.

Perth menyudahi ciumannya, ia meletakkan dahinya
pada dahi Saint meski kedua tangannya tetap bekerja.

"Kenapa?" Pertanyaan lemah itu keluar dari mulut Saint.

Tidak ada jawaban, Perth memilih bungkam. Namun, gerakan tangannya yang tadi bekerja, berhenti otomatis.

Perth menatap mata Saint dalam. Seolah mata itu
bisa berbicara untuk menjawab pertanyaan Saint. Yang tak dimengerti oleh Saint.

"Aku akan melakukannya." Bersamaan dengan itu, Perth  memasukkan penis nya semakin dalam.

"Tatap aku." titah perth. Kedua tangan Perth menangkup wajah Saint. Dengan sekali sentak.

Bless.

Keperawanannya yang telah ia jaga selama ini direnggut paksa oleh Daddy sendiri. Sudut mata Saint mengeluarkan air mata.

" Akhh.. Lepaskan, sakit. Kenapa Daddy tega melakukan kepadaku. ?" Rancau Saint.

Tapi Perth tutup telinga akan hal itu.

"Daddy menghancurkan--" 

Perth  memotong ucapan Saint dengan kembali mencium bibir Saint, bibir yang sudah menjadi candu untuknya mulai saat ini.

Setelah memastikan rasa sakit itu hilang, Perth menggerakkan pinggulnya. Perlahan.

"Lupakan semua orang. Dunia ini milik kita. Hanya
kita." Mata Perth tak lepas dari wajah Saint. Alis yang bertaut, mata tertutup, mulut sedikit terbuka dan wajah yang memerah. Menggemaskan.

"Aku suka wajahmu saat ini, Baby."

Malam itu, Perth melakukan sesuai kemauannya.
Sementara Saint, tidak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah. Dia sudah berontak, segala penolakan telah ia lakukan. Sayangnya, tidak berhasil. Harta berharganya telah di renggut. Tak tersisa lagi, dan tak akan kembali walau ia sesali.

**

Perth mencium seluruh wajah Saint. Lalu menarik
selimut untuk menutupi tubuh keduanya yang polos.
Mendapat perlakuan sedemikian rupa, mulut Saint
tetap bungkam. la pasrah. Satu yang dipikirkannya saat ini mommy nya.  la merasa telah mengkhianati mommy nya.

Saint memiringkan tubuhnya, memunggungi Perth.
Dapat ia rasakan sebuah tangan kekar memeluk tubuhnya dari belakang, siapa lagi kalau bukan Perth. Yang Saint lakukan hanya diam. Semua sudah terjadi. Menyesalinya pun percuma.

Dan Perth, Saint merasa dipermainkan pria itu. Pria
yang memiliki perubahan sikap yang berubah-ubah. Saint membencinya. Sangat  membencinya. Tangan Saint mencengkram selimut yang menutupi tubuh polosnya. Sebagai lampiasan segala emosi yang berkecamuk dalam dirinya.

Airmata mengalir dari ujung mata Saint, hatinya
hancur. Terasa sesak dan menyakitkan, sebelum kedua matanya tertutup, ia bergumam dengan lirih syarat akan kepedihan, menyesali karena telah terlena dan mudah dirayu.

"Maafkan Saint, mommy."

TBC


KATA ORANG ORANG JANGAN TERLALU MEMBENCI, TAKUT NANTINYA MALAH SUKA

BENAR ATAU TIDAK YA???

love,

Alin

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang