SF 30

1.8K 100 5
                                    






Brakkk

Yatch dan Son berjengit kaget. Perth masuk kedalam
kamarnya dengan membanting pintu.

"Uncle Yatch, Uncle Perth kenapa?"

Yatch mendekat kearah Son.

"Tuan muda."

"Uncle Perth marah sama Son, ya?" lirih Son, matanya berkaca siap untuk menangis.

"Uncle Perth marah, itu karena Tuan muda tidak menghargai makanan ini. Padahal uncle Perth sudah membuatnya dengan susah payah." Yatch Berjongkok di depan Son.

Son melirik makanan buatan Perth yang di letakkan di sampingnya.

"Memang rasanya tidak enak?" tanya Yatch.

"Enak."

"Terus tadi kok?"

"Ta-tadi ... huaaaa Uncle Yatch."

"Tuan muda sudah, jangan menangis."

"Ta-tadi Son memang mau spaghetti sama sosis, te-
terus...." Son menarik masuk ingusnya.

"... Son tadi juga mainan yang jual-jual pizza sama hamburger. Son jadi pengen huaaa, Uncle."

"Tuan muda tidak mau uncle Perth semakin marah
kan?" Son menganggukkan kepalanya sembari menangis.

"Kalau gitu, jangan menangis lagi. Uncle Perth tidak
menyukai anak yang suka menangis."

Son menatap Yatch dengan berkedip-kedip lucu.

"Son nggak akan nangis lagi," ujar Son sambil menghapus airmata nya.

Diam-diam Yatch menghembuskan nafas lega. Jujur, dirinya tidak ahli dalam menghadapi anak-anak. la hanya berharap, kuat menghadapi Son dua hari ke depan.

"Tuan muda jadi mau pesan pizza dan hamburger?"

"Son mau makan buatan uncle Perth!"

Yatch menganggukkan kepalanya.

"Uncle Yatch, punya kertas sama pensil?"

"Punya."

"Son masih belum bisa nulis lancar, nanti bantuin Son, ya?"

"Bantuin apa?"

"Son mau minta maaf sama uncle Perth."

***

Pukul enam pagi Perth bangun dari tidurnya. Semalam, rasa kesal dan marahnya ia lampiaskan dengan tidur. la tidak mau menjadi lebih berengsek lagi karena marah pada anak kecil.

Saat akan berjalan ke kamar mandi, Perth menemukan sebuah kertas dibawah pintu kamarnya. la berubah haluan dan mengambil kertas tersebut.

Maafin Son, uncle Perth!
Son janji nggak bakalan nakal lagi
Son sudah habiskan spaghetti nya. Enak kok, uncle Perth.

Tulisan yang berantakan. Spasinya bukan perkata tapi perhuruf. Kalau tidak cermat mungkin tidak akan bisa dibaca.

Perth menggelengkan kepalanya pelan, tiba-tiba
hatinya menghangat hanya sekedar membaca tulisan ditangannya ini. Membuat rasa kesal dan marahnya tadi malam, hilang begitu saja.

la membuka pintu kamarnya, tampak kosong dan sepi.

Apa Yatch dan bocah itu belum bangun? batin Perth.

Mengetuk kamar Yatch, Perth tidak mendapatkan
jawaban apapun. Baginya, tidak biasa Yatch seperti ini. Biasanya pria itu selalu cepat tanggap. Perth masuk kembali ke dalam kamarnya, ia mengambil ponsel dan menghubungi Yatch.

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang