SF 5

6.7K 203 7
                                    




Saint menggeliatkan tubuhnya yang terasa remuk.
Perth benar-benar menguras tenaganya sampai dia pingsan.

Entah, bagaimana caranya ia berada di kamarnya sendiri. la tidak tahu dan tidak perduli. Bahkan jika pria itu yang memindahkannya pun ia juga tidak perduli.

"Ugh.." ringis Saint sebelum beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi. Pantatnya terasa nyeri. Matanya pun susah terbuka. Berat. Mungkin bengkak.

"Anak nakal."

Tubuh Saint menegang, tapi ia tidak berniat menghentikan langkah kakinya.

Tidak lagi ada rasa malu. Tubuhnya, pria itu sudah melihat bahkan merasakannya. Apalagi, Saint merasa tidak ada harga dirinya, tak ubahnya seorang jalang. Jika ada sebutan lebih rendah dari itu, Saint akan memasukkan daftar namanya ke sana.

"Berhenti di sana, Saint.. "

Tepat di depan pintu kamar mandi Saint berhenti melangkah. Mata indahnya tertutup saat derap langkah kaki menuju kearahnya.

Merasa tangan di kedua sisi kepalanya serta kecupan
di bibir tiba-tiba. Saint terpaksa membuka matanya,
memicing tak suka pada sosok yang sudah berdiri di
depannya.

"Apa maumu?" Saint membalik tubuhnya, menatap
pria yang tengah memunggunginya. Pria itu hanya tertawa seolah mengejek dirinya.

"Tidak ada." Saint menggeram, kedua tangan di masing-masing tubuhnya terkepal,

"Kalau begitu, pergilah!" usir Saint.

Punggung tegap dan lebar khas pria yang selalu menjaga tubuhnya dengan berolahraga itu berbalik. Sepasang mata menggelap, syarat akan kemarahan. Menyalurkan getaran rasa takut pada diri Saint.

"Kau..mengusirku." ujar Perth keras.

"...di rumahku sendiri." ujar Perth lagi menatap intens pada Saint.

"Sulit dipercaya." lanjutnya.

Perth melangkah mendekati Saint membuat Saint
bergerak mundur lebih jauh lagi.

Braakk.

Pintu kamar mandi ditutup kasar oleh Perth. la kemudian menghimpit tubuh Saint. Lalu menarik dagu Saint itu agar mendongak menatapnya.

"Dengar. Apapun dan siapapun yang berada
dalam wilayah ku, itu adalah milikku. Termasuk dirimu juga tubuhmu," ucap Perth tepat di wajah Saint, mulut mereka hanya berjarak sekitar satu centi meter. Maju sedikit saja, akan kena. Percaya deh.

"Kau gila.." desis Saint, ketakutannya telah hilang
berganti amarah dan benci.

"Aku bukan boneka mu!" Tekanan keras di dagunya, Saint hiraukan. la berusaha keras menahan sakit.

"'Ya, aku gila.." hujung bibir Perth terangkat, ia
menyeringai. Tapi tidak membuat jarak diantara mereka. la malah semakin mendekat, menekan tubuh Saint membuat bahagian selatan mereka bertema dan itu bukanlah apa-apa bagi Perth. Tenaganya tentu lebih besar dari anak kecil didepannya.

"Aku gila karena mu, Saint." ujar Perth lalu mencium rakus bibir Saint sehingga mereka melakukannya lagi kegiatan panas mereka.

Kali ini, Saint bukan merasa takut kepergok. la hanya takut masuk lebih jauh ke dalam jurang dosa dengan hatinya.

Saint takut hatinya ikut terpengaruh dan bermain. Saint takut hatinya berubah dan mula mengharap.
la tak pernah memikirkan akan cinta terlarang terjadi dalam hidupnya, tidak sekalipun.

Napas Saint terengah, merasa gerakan liar Perth sangat memabukkan. Membuat Saint lupa diri dan ingin lebih.

Begitu juga dengan Perth, ia merasakan hal yang sama. Hal yang membuat mereka melayang. Merasakan betapa nikmatnya surga dunia.

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang